𝐓𝐰𝐢𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐨𝐞𝐦 #𝟎𝟏

655 60 27
                                    

— 𝐓𝐰𝐢𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐨𝐞𝐦 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟎𝟏 —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— 𝐓𝐰𝐢𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐨𝐞𝐦 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟎𝟏 —






“Apa yang terjadi?”

Jericho menghela napas, melihat manik cokelat milik Dorothy yang tanpa daya. Dia mengapit dagu gadis itu, mendekatkan wajah untuk mengamati lukanya lebih jelas. Membuat Dorothy nyaris memalingkan wajah merasakan deru napasnya yang hangat, selalu beraroma champange atau mint, kadang juga beraroma kopi ketika pria itu bergadang di malam hari untuk menyelesaikan pekerjaannya sebagai kepala keluarga baru. Duke Rovein. 

“Apa kau baik-baik saja?”

Selalu. Pertanyaan yang sama. 

“Ya.”

Yang juga dijawab Dorothy dengan kebohongan yang sama. 

Entah Jericho yang mudah ditipu atau Dorothy yang terlampau lihai. Begitu manik mereka bertemu dalam satu garis lurus, saling menatap dalam sepersekian detik. Sekali lagi, Jericho tertipu. Pria itu tak dapat menemukan kebohongannya. Sekalipun Dorothy mengepalkan tangan kuat dibalik gaunnya yang basah, menahan debaran jantungnya yang kencang serta rasa sakit tak terkatakan yang menjalar keseluruh rongga dada. Seakan menikam jantungnya lagi seperti sebelum-sebelumnya. 

Namun luka disekujur tubuh yang Dorothy rasakan tak sebanding dengan apa yang dirasakannya dalam lubuk hatinya. 

Malam itu dingin, nyaris pukul dua belas malam dan mereka masih berada di alun-alun kota. Jericho menghentikan kereta kudanya begitu melihat siluet gadis yang amat dikenali. Menghampiri Dorothy yang terduduk di sudut alun-alun dengan lebam nyaris disekujur tubuh dan gaun setengah basah.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Count Lilliandre ringan tangan dan seringkali menjadikan putri semata wayangnya sasaran. Dorothy adalah gadis baik, sahabat kecil yang selalu ada ketika Jericho berada di titik paling rendah dalam hidup. Jericho pernah menjalani kehidupan neraka satu kali dan Dorothy adalah orang yang memberinya kekuatan untuk melewati segalanya. Membuatnya berhasil menjadi satu-satunya orang yang pantas mewarisi gelar Duke ketimbang para saudara laki-lakinya yang tamak. 

Karena itulah, melihat lebam keunguan nyaris menghiasi seluruh tubuh Dorothy membuat Jericho marah. Pria itu hampir pergi ke kediaman Count Lilliandre untuk menghukum pria tua pecandu judi itu. Menyeretnya ke pengadilan kerajaan agar setidaknya mendapatkan hukuman setimpal karena sudah lalai menjalani tugas sebagai bangsawan, juga menyiksa putrinya sendiri. 

“Ada apa, Tuan Duk—” 

“Berhenti menyebutku dengan panggilan itu, Dorothy! Kita sahabat!” Jericho menggeram. Manik obsidiannya berkilat tajam, penuh oleh amarah yang ditahannya dengan baik. Sungguh, Dorothy yang memanggilnya hormat dengan gelar seakan membuat jarak pada mereka meski memang seharusnya gadis itu menghormatinya yang memiliki status lebih tinggi. 

Twilight Poem | Jeongbby [ GS ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang