Bab 1

9 2 0
                                    

(Hak Cipta Di lindungi Undang-undang)

❤️Wajib vote dan Comment di setiap chapter.

❤️Jangan sungkan kalau ada yang salah dari penulis untuk di beri masukan.

Happy reading

*****

Bab 1

"Abbas anakku." Panggil seorang pria paruh baya yang tengah berbaring dengan banyak peralatan medis di tubuhnya.

"Iya, Abi."

Abbas mendekat dengan tubuh yang bergetar. Rasa khawatir dan takut kehilangan kini menghantui perasannya. Tangannya menggenggam tangan keriput sang Ayah yang kian terasa semakin dingin.

"Abi titip adikmu Anisa. Tolong jaga dia."

"Tentu, Abi. Tanpa di minta pun, aku dan Saeef akan menjaganya." Jawab Abbas. Matanya berkaca-kaca, menandakan betapa pilu hatinya saat ini.

"Abi minta kamu nikahi Adik mu. Kalian tidak sedarah, Abi ingin Anisa dan kamu menjadi pasangan suami istri yang tidak bisa di pisahkan." Pinta Abi Hisyam di tengah-tengah kesakitan pada tubuhnya.

"Abi, itu tidak mungkin. Mas Abbas adalah Kakakku selamanya. Kami sudah seperti adik dan Kakak kandung. Rasanya sangat aneh dan akan sulit untuk kita menjadi pasangan suami istri," elak Anisa dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya. Jantungnya berdebar di saat detik-detik perasannya yang akan di tinggal sang Ayah.

"Iya, Abi, itu tidak mungkin. Abbas janji akan menjaga Anisa tanpa harus menikahinya." Timpal Abbas.

"Abbas, Anisa, Abi tahu yang terbaik untuk kalian. Abi mohon, ini permintaan terakhir Abi."

Suara Abi Hisyam hampir habis. Nafasnya tersengal-sengal seolah ada yang menghambatnya. Saeef yang merupakan seorang Dokter pun kini tampak khawatir, ia segera memeriksa kondisi sang Ayah meski dengan perasaan hati yang hancur. Air matanya kian menetes, kenyataan pahit ini harus ia terima. Yang pertama ia akan kehilangan sang Ayah. Dan yang kedua sang Kakak sulungnya itu akan menikah dengan adiknya sendiri.

Ummi Tavi menatap Abbas seraya mengangguk. Memberi isyarat agar putranya itu menyetujui keinginan sang Ayah untuk yang terakhir kalinya. Abbas tak bisa lagi berpikir jernih, ia hanya ingin membahagiakan sang Ayah di detik-detik terakhirnya.

"Baik, Abi. Abbas akan menikah dengan Anisa sekarang juga, sesuai keinginan Abi."

Deg

Anisa merasa jantungnya seakan copot seketika. Langit seakan runtuh menimpanya hidup-hidup. Tubuhnya bergetar, pikirannya melayang tak menyangka. Semua ini terasa bagaikan mimpi, takdir membalikan kehidupannya dengan sekejap.

***

Di sore hari yang indah, dengan suasana yang begitu asri dan pemandangan kebun teh yang hijau menyejukkan mata. Putri kecil bernama Anisa kini sedang duduk di balkon hotel yang di tempatinya ketika menjenguk kedua Kakaknya yang tengah mondok di pasuruan, Jawa Timur beberapa hari ini. Kepalanya bersandar di bahu gagah sang ayah, dengan tangan yang menggenggam boneka favoritnya yang tak pernah ketinggalan.

"Abi, kenapa Tante Salma bilang tadi kalau Adek bukan anaknya Abi?" tanyanya dengan raut wajah kesal.

Abi Hisyam tersenyum seraya menatap putri kecilnya. Kedua tangan besar itu menangkup pipi merah milik putri kecilnya.

"Adek anak Abi kok. Buktinya Adek sama Abi terus kan setiap hari!" Jawabnya penuh cinta.

"Tapi kenapa Tante Salma bilang kalau Adek gak sedarah sama Abi?"

My Brother is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang