BAB 3

4 0 0
                                    

"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Itu adalah takdir yang pasti di lewati."

****

Jam pulang pun sudah tiba, ujian hari kedua  sudah selesai di lakukan. Anisa bersiap hendak pulang karena Abbas sudah menunggunya di mobil untuk menjemputnya. Anisa berjalan bersama dengan Tiara seraya memakan roti yang di belinya dari kantin karena perutnya sudah keroncongan lapar.

"Heh!"

Tiba-tiba tubuh Anisa terhunyung saat seorang wanita berambut panjang mendorong tubuhnya.

"Awwwsshhh!" Anisa meringis kaget.

"Lo jangan gatel yaa sama semua cowok. Terutama cowok gue!" ucap Alesha yang  merupakan Kakak kelas Anisa.

"Maksud Kakak apa?"

"Alaahhh, jangan sok polos deh Lo. Jangan sok lugu, jijik banget Anj***!" Alesha kembali mendorong Anisa.

"Heh, Lo jangan kurang ajar yaa sama sahabat gue. Maksud Lo apa dorong-dorong sahabat gue hah?" Tiara pasang badan membela Anisa. Wanita yang terkenal pemberani itu tidak ada takutnya meski Alesha adalah Kakak kelasnya.

"Diem, Lo. Gue gak ada urusan sama Lo!" Teriak Alesha.

Semua mata tertuju pada mereka. Membuat Anisa malu bukan kepalang. Peristiwa ini akan mencoreng nama baiknya di sekolah.

"Lo urusan sama sahabat gue, maka Lo urusan sama gue, ngerti!" Teriak Tiara mendorong dada Alesha dengan telunjuknya.

"Ti, udah Ti!" Anisa menenangkan Tiara.

"Bilangin tuh sama sahabat Lo yang sok lugu itu. Jangan pernah gatel sama cowok-cowok di sekolah ini. Apalagi sama cowok gue!"

"Aku gak pernah gatel sama cowok-cowok, Kak. Aku gak ada niatan buat deketin mereka. Aku cuman mau belajar disini!" ucap Anisa.

"Alah jangan sok deh Lu. Kepala aja pake jilbab, kelakuan kaya Lonte!" Teriak Alesha.

"Astaghfirullah!" Anisa menggelengkan kepalanya. Tak menyangka kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu begitu kasar dan menyayat hatinya.

"Heh, jaga bicara Lo yaa!" Bela Tiara mendorong keras tubuh Alesha. Ia tak terima sahabatnya di perlakukan seperti itu.

Sedangkan Anisa saat ini matanya sudah berkaca-kaca. Wanita berhati lembut itu tak biasa di perlakukan kasar seperti ini. Apalagi kini banyak mata yang tertuju padanya. Ia sangat malu.

"Heh Lo berani yaa sama gue. Gue itu Kakak kelas Lo!" Teriak Alesha tak terima.

"Kenapa gak berani? Lo menjijikan tau. Sahabat gue gak pernah gatel sama cowok Lo. Malahan cowok Lo yang suka godain Anisa. Kalau mau marah sama Cowok Lu sana. Makanya jagain dong cowoknya. Kalau perlu operasi tuh muka biar lebih cantik, jadi cowok Lo gak ngelirik sahabat gue lagi." Teriak Tiara.

Suasana menjadi sangat riuh saat ini. Banyak orang-orang yang menonton mereka. Menunda kepulangannya demi menonton drama ini.

"Heh jaga yaa mulut, Lo. Jelas-jelas sahabat Lo tuh yang gatel!" Teriak Alesha tak mau kalah.

"Kak, stop yaa. Aku gak pernah urusan sama Cowok Kakak. Aku bahkan gak pernah meladeninya ketika dia terus nyamperin saya!" ucap Anisa dengan tegas.

"Alaahh, munafik, Lo!"

Bruk

Anisa terjatuh karena dorongan keras dari Alesha. Tubuhnya menyentuh lantai koridor kelas. Lagi-lagi Anisa meringis kesakitan.

"ALESHA!" teriak seorang pria bertubuh tinggi yang tak lain adalah Elvano. Pria itu menghampiri Anisa dan hendak membantunya untuk berdiri. Namun Anisa menolaknya, raut wajahnya terlihat marah dan kecewa pada pria itu.

My Brother is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang