"Dek, udah pulang belum sekolahnya?"
"Udah, Mas. Adek ini baru aja mau pulang."
"Langsung ke Rumah Sakit ya, Dek. Abi di larikan ke Rumah Sakit!"
Deg
Jantung Anisa teras copot ketika mendengar ucapan Abbas melalui sambungan telepon. Hatinya bergetar ketakutan, teringat sang Ayah yang memang memiliki penyakit jantung. Rasa takut begitu menghantuinya. Ia langsung bergegas berlari menuju keluar sekolah yang dimana sudah ada Pak Sarip yang menunggunya di depan gerbang.
"Hey, Nis, Lo ninggalin gue?" tanya Tiara berlari mengejar Anisa.
"Maaf, maaf, Ti. Abi aku dilarikan ke rumah sakit, aku harus kesana sekarang."
"Astaga, okay hati-hati, Ti!" teriak kecil Tiara.
Anisa mengangguk lalu membuka pintu mobil tersebut dengan perasaan panik. Di dalam mobil, pria Pemiliki kulit coklat itu terlihat tegang tidak seperti biasanya.
"Pak Sarip tadi yang nganterin Abi?" tanya Anisa khawatir.
"Ngga, Dek. Mas Abbas yang bawa Abi Hisyam ke Rumah Sakit. Bapak di suruh jemput Adek langsung." Kata Pak Sarip.
"Gimana kondisi Abi tadi, Pak?"
"Abi Hisyam tadi tiba-tiba pingsan, Dek. Lagi santai di kebun sama Ummi Tavi, tapi tiba-tiba aja sakit dada dan berakhir tak sadarkan diri." ujar Pak Sarip. Ia sudah menjadi bagian dari keluarga ini, sehingga tak ada batasan apapun. Bahkan panggilannya pun sama, tidak seperti bawahan pada majikan pada umumnya.
"Ya Allah!"
Mata Anisa berkaca-kaca, ia merasa hatinya membisikan sesuatu yang menyedihkan sedang terjadi. Ia berdoa dan berdzikir meminta kepada Allah agar Allah menyembuhkan kembali Abi Hisyam dan membuatnya sehat seperti sedia kala. Tasbih digital yang selalu tersemat di tangannya terus ia lafalkan dzikrullah di dalamnya.
20 menit berlalu, akhirnya Anisa sampai di Rumah Sakit tempat dimana Saeef bekerja disana. Dengan masih memakai baju putih Abu, Anisa berlari kecil di temani Pak Sarip. Sesampainya di lantai dua, ia akhirnya bertemu dengan keluarganya. Anisa langsung memeluk Ummi Tavi yang kini terlihat sedang terduduk dengan wajah yang memerah.
"Ummi, Abi kenapa?" tanyanya terisak.
"Abi kena serangan jantung, Dek." Terdengar suara Ummi Tavi yang serak menahan tangis.
"Abi gak akan apa-apa kan, Mi? Ade takuuut!"
"Do'a kan yaa, Nak. Abang Saeef sedang berjuang untuk menyelamatkan Abi." Ummi Tavi mengusap lembut punggung sang putri tercinta.
"Insyaallah Abi akan baik-baik aja. Berdoa jangan putus, Dek!" Seru Abbas menenangkan. Meski dirinya pun saat ini gundah gulana. Namun ia harus tetap terlihat tegar demi menguatkan Ibu dan adik-adiknya.
Tak lama kemudian datanglah Saeef. Pria itu menghampiri semua anggota keluarganya dengan raut wajah sedih.
Anisa segera menghampiri Saeef, tak sabar ingin segera mengetahui keadaan sang Ayah.
"Bagaimana kondisi Abi, Bang?"
"Detak jantungnya sangat lemah. Abi mendapatkan serangan jantung mendadak."
"Allahuakbar!"
Tubuh Anisa terasa mendadak lemas, ia terduduk lemah seraya kembali memeluk sang Ibu. Pikirannya sudah melayang pada hal buruk. Bayangan demi bayangan buruk itu semakin menghantuinya.
"Apa Abi sudah sadar, Bang?" tanya Ummi Tavi.
Saeef mengangguk pelan seraya menggenggam tangan sang Ibu, "Udah, Mi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother is My Husband
RomanceAnisa terpaksa harus menikah dengan Kakak angkatnya karena keinginan sang Ayah di detik-detik terakhirnya. 19 tahun bersama di dalam satu rumah sebagai adik dan Kakak keduanya kini menjalin hubungan sebagai suami istri di tengah-tengah kecemburuan s...