“Dia datang.” bisikan serupa hembusan nafas itu keluar dari mulutnya. Kedua sudut bibirnya tertarik menciptakan seulas senyum tipis.
Di depan sana baru tiba rombongan milik idol terkenal. Meski mereka menggunakan jalur khusus untuk memasuki hotel, bukan berarti seseorang sepertinya tidak bisa mengambil potret sang idol.
Dia mulai membenahi topinya, membuat benda tersebut sedikit merunduk menutupi jidatnya. Setelah itu diangkatnya kamera DSLR yang senantiasa ia bawa di saat ia berburu gambar 'sang idol'.
Hinata, dia adalah idola masa kini yang paling digemari om-om. Gadis berusia awal 20 tahunan itu mampu memikat pria-pria dewasa dengan wajah Innocent serta tingkahnya yang lugu dan manis.
Gadis itu sebenarnya bukan jenis idol yang memiliki keahlian hebat di bidang menyanyi maupun menari. Namun Hinata pandai memberikan fan service yang baik di setiap pertunjukannya.
“Hei, ada apa dengan muka cemberutmu itu?” pria yang saat ini masih sibuk memotret Hinata dari kejauhan memberikan komentar terhadap ekspresi gadis itu yang nampak kesal.
“Meski begitu, kamu tetap manis.” ucapnya lagi.
“Aku makin mencintaimu, Hinata-chan.” ucap dia lagi sambil meraba adik kecilnya yang sedikit menegang di bawah sana.
.
.
.
.“Apa ini, Sasuke?” Hinata menatap tajam pada sang manjer saat pria itu memberinya kostum maid beserta bando kelinci pada Hinata.
“Kau akan mengenakan itu di fanmeeting selanjutnya.” lelaki itu menjelaskan dengan nada datar.
Hinata menatap nanar kostum tersebut. Ia kemudian menangis saat dalam kepalanya mulai terbayang dirinya mengenakan kostum tersebut di hadapan orang-orang. Hinata benar-benar lelah menjadi seorang idol yang menjual rupa dan kemolekan tubuhnya untuk memikat para penggemar mesum.
Gadis itu bukan tidak tahu kalau selama dia menjadi Idol, dirinya sering dijadikan objek fantasi liar para penggemarnya yang kebanyakan pria-pria dewasa itu. Hinata tahu, namun tidak mampu berbuat apa-apa.
“Sampai kapan aku harus melakukan pekerjaan ini, Sasuke? Aku lelah.” gadis itu bertanya sambil beruraian air mata.
“Sampai hutangmu pada Kakekku lunas.” Sasuke menjawab dengan wajah dinginnya.
“Tidak perlu mendramatisir, Hyuuga. Pekerjaanmu itu menyenangkan. Kau dapat uang sekaligus kesenangan.” tutur kata Sasuke yang tanpa perasaan itu membuat hati Hinata terluka.
Lelaki itu kemudian bergerak mendekati Hinata, dia tersenyum tipis pada gadis itu. Sasuke menyentuh sisi wajah Hinata dan membelainya hingga ke bagian leher. Praktis saja membuat Hinata merinding dibuatnya.
“Setidaknya Kakek Madara masih berbaik hati padamu. Dia membiarkanmu mempertahankan keperawananmu, Hinata.”
Hinata menatap penuh kebencian pada Sasuke. Uchiha dan semua antek-anteknya yang biadab itu selalu memperlakukannya sebagai budak. Mereka tidak menganggap Hinata sebagai manusia.
“Sabar, Hinata. Satu tahun lagi.” Hinata berucap dalam hati bermaksud untuk menghibur dirinya yang sedang sesak dada gara-gara memikirkan nasibnya.
..
Hinata telah bersiap-siap untuk menghadiri fanmeeting yang hanya akan dihadiri oleh 30 penggemar paling beruntung. Biasanya penggemar yang bisa menghadiri acara tersebut telah menghabiskan banyak uang. Mereka membeli beberapa keping album terbaru Hinata agar bisa mengikuti undian.
“Hinata, kau sudah siap?” Sasuke datang dengan langkah yang tergesa. Para penggemar Hinata sudah mulai memasuki venue.
Sasuke melihat kalau Hinata sudah siap dengan penampilannya. Gadis itu memakai pakaian maid, lengkap dengan bandana kelinci berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Obsession [Hinata Centric]
FanfictionDia penggemar beratku, mengikuti ke manapun aku pergi. Dia memotretku dan menghasilkan gambar yang indah. Dia terobsesi padaku, dan menjadikan aku sebagai objek fantasi liarnya. Aku adalah Hinata Hyuuga, Idol ternama yang merupakan budak agensi. Hi...