5. Mengintai Sang Idola

182 45 6
                                    


Dua minggu telah berlalu. Sampai saat ini orang misterius yang menerobos kamar Hinata belum juga tertangkap. Jangankan menangkap, pihak keamanan yang terkait saja belum menemukan identitas orang itu. Dan hal tersebut membuat Madara geram bukan main.

Sementara itu, keadaan Hinata telah membaik dan gadis itu bahkan sudah memulai syutingnya.

“Aku harus kembali ke Jepang.” Madara berkata sambil menatap datar ke arah Hinata.

Gadis itu dan peserta yang lainnya tinggal di asrama dalam gedung yang sama. Saat ini dia sedang beristirahat, menjadikan Madara mengambil kesempatan untuk mengunjungi anak didiknya.

Kedua mata Hinata perlahan menatap Madara, ada sorot ketakutan dalam kedua manik ametis gadis itu. Madara tahu apa penyebabnya. Pria itu pun memutuskan untuk memberi sentuhan kecil di tangan Hinata. Gadis itu dapat dengan mudah merasakan kehangatan atas sentuhan telapak tangan Madara di punggung tangannya.

“Sasuke sedang dalam perjalanan ke sini. Dan dia akan menjagamu selama kau berada di Negara ini.” Madara menjelaskan dengan suara yang rendah.

“Nanti saat kau debut, tentu kau juga akan mendapatkan manajer baru dan bodyguard baru. Jadi kau tidak perlu cemas.”

Hinata menggigit bibir bawahnya, ia merasa takut jika dirinya tidak akan masuk line up debut. “Apa Madara-sensei benar-benar yakin aku bisa debut bersama mereka?” tanya Hinata meminta kepastian.

Mendengar itu Madara memperlihatkan smirk nya, “Tentu saja. Kau akan debut bersama group tersebut.” ucapnya penuh keyakinan.

Karena Madara sudah berkata demikian, Hinata mau tidak mau mempercayai ucapan pria itu. Meski dirinya tahu akan mendapatkan kursi untuk debut, Hinata tetap akan berjuang seperti teman-teman yang lainnya. Ia akan mengasah kemampuannya lebih baik lagi agar dirinya memang pantas mendapatkan posisi tersebut.

Madara melirik arloji di tangannya, waktu kunjungan telah habis. Dan Hinata harus kembali ke asrama segera mungkin. Pria itu lantas memberikan Hinata sebuah paper bag.

“Ini untukmu. Ada permen susu kesukaanmu, dan snow globe. Kau biasa memutarnya sebelum tidur.” kata Madara membuat Hinata tercengang.

Bagaimana bisa?
Bagaimana bisa pria itu tahu kalau dirinya sering memutar benda tersebut sebelum tidur?

Hinata ingin bertanya pada Madara dari mana pria itu tahu kebiasaannya. Namun salah satu staff acara tersebut mengingatkan Hinata untuk kembali ke asrama.

Madara dan Hinata berdiri dari kursi mereka, pria itu memeluk Hinata sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan tempat tersebut.

..

“Selamat malam Hinata-chan.”

Hinata yang sedang berjalan menuju kamarnya mendapat sapaan dari salah satu staff kamera acara bersangkutan. Dia adalah Sai, orang Jepang.

Gadis itu merasa punya seorang kakak dengan kehadiran Sai. Pria itu selalu ramah dan baik padanya. Sai juga sering membantu Hinata saat menjalani syuting.

“Malam juga, Sai-san.” gadis itu tersenyum tipis. Hinata masih tidak menyangka jika pria yang waktu itu bertemu dengannya di atap gedung apartemen, menjadi salah satu staff acara survival yang diikutinya.

“Kau habis dari mana?” tanya Sai tanpa memudarkan senyum ramahnya. Pria itu sering tersenyum hingga membuat kedua kelopak matanya tertutup.

Karena Sai yang selalu bersikap ramah padanya, Hinata pun berlaku demikian. Gadis itu mengulas senyum kecil yang menambah kesan manis di wajah ayunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love And Obsession [Hinata Centric]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang