Banyak Idol yang berada di bawah naungan agensi milik Madara. Namun hanya Hinata saja yang mendapat title 'Kesayangan Madara'. Sebutan itu tercipta karena timbulnya rasa iri antar sesama idol yang berada di bawah agensi yang sama. Mereka merasa kalau Madara terlalu meng-istimewakan Hinata dalam segala hal. Seperti pemilihan lagu, konsep MV, kostum bahkan promosi.
Hinata tidak mengerti kenapa orang-orang bisa berpikiran seperti itu. Padahal kenyataannya ia sangat dibuat menderita oleh Madara. Pria itu bahkan membuatnya harus merubah imej demi menggaet penggemar yang usianya 25 tahun ke atas.
“Hinata, Kakek Madara meminta kau datang ke Penthousenya.” Sasuke berujar dari balik sofa. Pria itu sedang asyik bermain game, namun tetap harus menyampaikan pesan dari Madara.
Sebenarnya Madara itu belum pantas disebut kakek. Usia pria itu baru 40 tahun. Namun Sasuke memang biasa memanggil pria itu kakek, karena Madara merupakan anak dari adiknya kakek buyut Sasuke.
“Untuk apa?” Hinata bertanya. Gadis itu berdiri di depan Sasuke sambil mencoba mengeringkan rambutnya yang basah. Hinata memang baru selesai mandi setelah memenuhi jadwalnya di sore hari.
Sasuke menatap gadis itu sekilas sebelum kedua obsidian hitamnya kembali fokus pada layar ponsel.
“Aku tidak tahu.” jawabnya singkat.Hinata menggigit bibir bawahnya dengan cemas. Gadis itu bertanya-tanya dalam hati, kira-kira apa yang diinginkan pria itu? Hinata tidak pernah merasa nyaman dekat-dekat dengan Madara. Pria itu sangat menyeramkan di matanya. Ditambah perangai Madara yang tempramental, membuat Hinata makin takut.
“Kau ikut denganku kan, Sasuke?” Hinata bertanya. Dia tidak ingin menghampiri Madara seorang diri.
“Tidak. Dia hanya menyuruhmu.” Sasuke kembali menjawab tanpa menatap Hinata.
Hinata tidak memiliki pilihan lain kecuali datang ke tempat Madara. Gadis itu kemudian berjalan memasuki walk in closet untuk mengambil pakaian. Namun dia bingung harus memakai apa. Pada akhirnya Hinata pun meraih dress floral yang berlengan panjang. Gadis itu memakainya dengan cepat, lalu ia kembali ke kamarnya untuk merias wajah.
“Hinata, Kakek Madara barusan menelepon.” ucap Sasuke. Lelaki itu sudah tidak bermain game, dan sekarang sedang tiduran nyaman di kasur Hinata sambil makan camilan.
Hinata menatap kesal pada Sasuke. Bisa-bisanya Sasuke makan di tempat tidur miliknya. “Sasuke, kau punya kamar sendiri. Kenapa kau malah bersantai di atas kasurku sambil mengunyah makanan?”
Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya, “Kenapa? Ada masalah?” responnya santai.
Hinata bungkam seraya menahan rasa kesal yang bercokol di hatinya. Tidak ada Uchiha yang normal, semuanya tidak waras. Hinata benci keluarga kejam dan menyebalkan itu.
“Tadi Madara-sensei bilang apa?” Hinata teringat kalau Madara barusan menelepon Sasuke.
“Dia bilang kau harus cepat ke penthousenya.” tukas lelaki itu membuat Hinata dengan terburu-buru merias wajahnya.
..
Tempat tinggal Madara dan tempat tinggal Hinata berada di gedung yang sama. Sehingga Hinata tidak perlu keluar dari area hunian mewah tersebut untuk pergi ke tempat Madara. Dia hanya perlu memakai Elevator untuk naik ke dua lantai di atasnya.
Dan di sini lah Hinata, berdiri kaku di depan Madara setelah pria itu membuka pintu beberapa detik yang lalu.
“Masuk.” suara berat khas pria dewasa itu menyapa pendengaran Hinata. Memerintah sang gadis yang kini dengan patuh mengikuti langkah kaki Madara.
Hinata menyatukan kedua telapak tangannya untuk saling bertautan, mencoba meredam segala keresahan dalam hatinya. Berada satu ruangan bersama seorang Uchiha Madara yang katanya Agung membuat Hinata kesulitan untuk bernafas.
“Aku membelikan ini untukmu saat aku di Korea Selatan.” Madara menyodorkan sebuah kotak persegi panjang berwarna biru muda pada Hinata.
Gadis itu menatap kotak tersebut dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Ia kemudian mengambilnya dan membuka kotak tersebut.
Ternyata isinya adalah lipstik.
Kenapa dia memberikan aku Lipstik? Tanya Hinata dalam hati.“Terima kasih, sensei.” ucap Hinata dengan suara yang sangat pelan.
Madara tidak merespon ucapan terima kasih dari Hinata. Pria itu masih betah memandangi si gadis malang yang berada di depannya.
Hinata benar-benar tidak nyaman dengan Keheningan di antara mereka. Gadis itu kemudian memberanikan untuk menatap wajah Madara. Dan ternyata itu adalah pilihan yang buruk. Karena Madara masih setia menatap Hinata lekat-lekat.
“Hinata, ada yang ingin ku sampaikan padamu.” pria itu berbicara sambil mengusap bibir bawahnya dengan ibu jari.
“Kontrakmu dengan agensiku sisa satu tahun lagi. Namun hutang-hutang Ayahmu masih belum bisa lunas dalam kurun waktu tersebut.”
Hinata menundukkan wajahnya yang mulai lesu. Mendengar pria itu membahas hutang-hutang ayahnya membuat gadis itu merasa kehilangan semangat hidup.
“Bagaimana kalau kau ikut acara survival idol di Korea Selatan? Aku ingin kau menambah kekuatan fanbase selain yang kau miliki di Jepang.” Jelas Madara membuat Hinata terkejut.
Ikut survival Idol di Korea Selatan? Hinata sudah pesimis duluan. Dia tidak memiliki bakat istimewa untuk dilirik penggemar di negara tersebut.
“Sensei, anda tahu bagaimana kemampuanku. Aku hanya akan mempermalukan diri di sana.” kata Hinata. Gadis itu tidak memiliki kepercayaan diri untuk bersaing bersama para trainee di negara tersebut.
Madara mengangguk singkat, “Aku tahu. Tapi kau lupa siapa dirimu.” pria itu berucap penuh rasa percaya diri.
“Kau itu Kesayanganku. Aku tidak mungkin menempatkan dirimu di sebuah pertandingan tanpa menyiapkan kursi kemenangan untukmu debut.”
**
Hinata tidak bisa tidur. Tanpa sepengetahuan Madara maupun Sasuke, gadis itu menyelinap keluar dari apartemen. Gadis itu perlu menghirup udara segar untuk menenangkan segala resah di hati.
Pembahasan dengan Madara beberapa waktu lalu membuat isi kepala Hinata hampir pecah. Dia tidak bisa menolak keinginan Madara untuk mengirimnya ke acara survival di Korea.
Namun satu hal yang Hinata baru ketahui. Ternyata acara-acara survival seperti itu tidak benar-benar murni sesuai pilihan penggemar. Ada beberapa anak titipan agensi di dalamnya yang sudah pasti akan mendapatkan kursi untuk debut.
“Bukankah sama saja dengan bermain curang?” tanya Hinata pada dirinya sendiri.
Gadis itu menghela nafas. Angin di rooftop memang sangat besar hingga membuat rambut Hinata berterbangan.
“Sedang apa gadis kecil berada di sini?”
Seorang lelaki tiba-tiba muncul di belakang Hinata. Gadis itu terkejut bukan main, dengan kehadiran orang itu. Hinata memutar tubuhnya dan dia menemukan seorang lelaki tampan dengan manik hitam legam seperti milik para Uchiha.
Lelaki itu tersenyum tipis penuh kepalsuan, “Wah, tidak disangka aku bertemu dengan seorang Idol yang sedang naik daun.” ucap lelaki itu masih membuat Hinata kebingungan untuk meresponnya.
Hinata belum merespon karena dia masih memikirkan di mana dirinya pernah mendengar suara lelaki itu. Hinata seperti pernah mendengar sebelumnya.
“Kalau manajermu tahu kau di sini. Kau pasti akan kena marah.” suara lelaki itu kembali mengudara dan sampai di telinga Hinata.
Hinata kemudian membungkuk hormat pada lelaki asing yang baru ia lihat itu, “Saya permisi dulu.” ucap Hinata.
Gadis itu lantas berlari meninggalkan tempat tersebut dengan tergesa-gesa. Dia tidak boleh sembarangan berbicara dengan orang asing. Takutnya orang itu memiliki niatan buruk.
Sepeninggal Hinata, lelaki tadi memejamkan matanya sambil menghirup udara bercampur aroma perfume milik Hinata. Dia tersenyum penuh kepuasan.
“Aroma Hina-chan memang manis seperti orangnya.”
TBC
Sudah dapat gambaran siapa mas-mas Paparazzi tersebut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Obsession [Hinata Centric]
FanfictionDia penggemar beratku, mengikuti ke manapun aku pergi. Dia memotretku dan menghasilkan gambar yang indah. Dia terobsesi padaku, dan menjadikan aku sebagai objek fantasi liarnya. Aku adalah Hinata Hyuuga, Idol ternama yang merupakan budak agensi. Hi...