3. Saling Mengenal

19 12 4
                                    

Halloo all, apa kabarnya? Sehat yaa
Sebelum lanjut baca jangan lupa kasih votenya dulu.. makasiii

happy reading

***

Dharma termenung mengingat kejadian tadi pagi bersama salah satu teman kelasnya yang berada di sesi dua itu. Ia sampai tidak menghiraukan guru yang sedang mengajar di kelas.

“Jadi penyederhanaan eksponen itu sangat mudah dimengerti, bukan. Sekarang coba jawab pertanyaan yang Ibu buat di papan,” ujar Bu Tari yang sedang menjelaskan Matematika di depan. Ia merupakan salah satu guru yang dikenal killer dikalangan anak kelas 10.

Daritadi Bu Tari sebenernya memperhatikan kalau Dharma tidak fokus mengikuti pembelajaran. Itu sebabnya ia sengaja membuat pertanyaan untuk Dharma untuk memastikan bahwa dia bisa memahami apa yang sudah dijelaskan tadi.

“Coba Dharma jawab.”

Dharma masih termenung dan menatap kearah jendela kelas, hal itu membuat Bryan yang duduk disamping Dharma harus menyenggol bahu temannya itu.

“Apa, Bu?” Tanya Dharma tapa rasa penyesalan diwajahnya.

“Jadi, daritadi saya menjelaskan kamu tidak mendengarkan?” Tanya Bu Tari dengan tegas.

“Hehe, maaf Bu. Saya lapar.” Seloroh Dharma sambil cengingisan.

“Alasan saja kamu, sekarang ambil sapu dan bersihkan teras depan kelas sampai ke kelas sesi dua yang ada di sebelah!” sentak Bu Tari yang membuat Dharma langsung berdiri dari duduknya.

Dharma kemudian mengambil sapu yang ada dibelakang kelas lalu berjalan menuju teras kelas. Sekarang Dharma dengan pasrah membersihkan teras depan kelasnya, dan juga ia harus membersihkan teras kelas sebelahnya, yaitu kelas 10 MIPA-2 sesi 2.

Dharma menghela napas panjang, kini dahinya sudah dipenuhi dengan keringat. Ia berjalan ke lorong yang ada di depannya, hingga ia tak sengaja melihat gadis yang tadi pagi ditemuinya.

Silvia memilih duduk di pojok belakang kelas dan dekat dengan jendela yang mengarah ke teras kelas. Silvia menoleh ke jendela dan kedua mata coklatnya saling beradu tatap dengan seorang cowok yang sedang berdiri sembari memegang sapu di depan kelasnya.

Dengan ekspresi cuek tanpa adanya sedikit sapaan berupa senyuman pada teman kelasnya itu Silvia langsung memalingkan pandangannya kearah depan untuk lebih focus mendengarkan guru. Aneh, wajah datar tanpa senyuman itu justru mampu membuat Dharma tersenyum simpul.

“Cantik-cantik tapi cuek,” gumam Dharma sambil terkekeh ringan.

Berapa saat kemudian Dharma tersentak dari lamunannya dan mengubah ekspresinya menjadi tidak lagi tersenyum. Kenapa dia? Apakah perempuan cuek itu mampu membuat hatinya bergetar? Ah, tidak mungkin, dia tahu kalau dirinya dan Silvia itu beda agama, lagipula dari SMP Dharma tidak pernah mau menjalani hubungan pacaran dengan siapapun itu, termasuk yang seagama dengannya.

***

“Silvia, lo paham nggak sih sama materi Matematika tadi?” Tanya Citra pada sahabatnya itu.

“Paham, kenapa memangnya? Lo nggak paham?” ujar Silvia sambil membuka kotak bekal nasinya. Sekolah full-day membuatnya selalu dimasakkan bekal nasi oleh Vella.

“Gue kurang paham, ni. Bantu jelasin, ya?” jawab Citra lalu memakan sesuap bekal nasinya.

“Jelasin di grup aja, ya, Sil.” Celetuk Chelsea yang tiba-tiba datanng bersama Lasmi.

“Emang kalian belajar apa tadi?” Tanya Lasmi yang tidak mengerti pembahasan teman-temannya itu, salah dia sendiri karena beda kelas. Gadis itu memilih masuk kelas Bahasa dikala temannya yang lain memilih jurusan MIPA.

DHARVIA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang