Halooo apa kabar kalian semuaa, baik-baik yaaa
Sebelum baca jagan lupa kasih votenya yaaa, happy reading all!!
***
Silvia termenung di meja belajarnya setelah mendapat pesan dari grup sekolahnya bahwa besok pembelajaran akan dimulai normal tanpa adanya pembagian sesi kelas. Silvia sudah terbiasa dengan kelas yang hanya berisikan 15 orang itu. Tapi mulai besok ia akan bertemu 15 siswa lain yang akan disatukan dalam ruangan kelasnya.
"Kenapa dadakan banget sih, Minggu depan aja nggak bisa kah?" keluh Silvia sambil terus memandangi layar handphone nya.
Silvia menghembuskan napas panjang lalu menyenderkan punggungnya ke kursi belajarnya. Kedua matanya menatap jadwal pelajaran yang dipajang di dindingnya.
"Besok ada jam Biologi, tapi nggak semangat.." gumam Silvia dengan raut wajah yang tidak bersemangat. Padahal Biologi adalah salah satu mata pelajaran kesukaan Silvia.
"Nak, ayo makan malam dulu," Panggil Vella dari meja makan yang ada di lantai bawah.
Panggilan itu membuat Silvia tersadar dari lamunannya. Ia dengan segera membereskan buku-bukunya dan memasukkan ke dalam tas sekolahnya. "Iya Ma.." Balas Silvia dari balik kamarnya. Ia lalu bersiap untuk turun dan makan bersama keluarga kecilnya.
Di meja makan Silvia terlihat tidak memiliki nafsu makan, raut wajahnya suram seperti tidak memiliki tenaga. Vella yang sadar akan sikap Silvia yang tidak biasanya itupun melirik ke arah Angga, ayah Silvia.
"Nak, kamu kenapa kurang bersemangat gitu? Ada masalah kah disekolah nya?" Tanya Vella dengan lembut.
"Ah nggak, ma. Silvia cuma kecapekan aja ini," Jawab Silvia. Ia tahu sebenarnya ini tidak baik, ia telah berbohong dan sebenarnya ada sedikit masalah tentang sekolahnya yang terus berputar dipikiran Silvia.
Tapi Silvia adalah orang yang suka memendam masalahnya sendiri. Alasannya sederhana, ia hanya ingin terlihat baik-baik saja di depan orang yang dia sayang yaitu keluarga nya.
***
Ini adalah hari pertama siswa siswi SMA Bakti Mutiara menjalani sekolah tidak seperti biasanya. Dimana saat ini pemerintah Indonesia telah menetapkan peraturan bahwa setiap sekolah sudah bisa masuk seratus persen tanpa adanya pembagian sesi kelas.
Dikala anak-anak seusianya bersuka ria karena mendapat berita seperti itu, Silvia tidak begitu. Dari tadi ia hanya diam termenung sambil memegangi topi sekolahnya dengan erat.
Mauren yang sadar akan gelagat adiknya yang terlihat berbeda pagi ini hanya bisa menghela napas berat. “Gugup? Takut ketemu orang ramai?” tanyanya.
Silvia tidak menjawab, gadis itu hanya menipiskan bibirnya dengan raut wajah cemas. Entah apa yang ada dipikiran Silvia, intinya Mauren tidak bisa melakukan banyak hal selain terus mendukung adik perempuannya itu.
“Bawa santai aja, SMA nggak seburuk yang kamu kira kalau kamu menjalaninya dengan niat baik dan sabar.” Bujuk Mauren dan berharap perkataannya tadi bisa sedikit menenangkan isi hati Silvia.
“Tapi aku pernah ketemu teman-temanku yang dari sesi satu, dan aku rasa tatapan mereka terhadap aku itu beda kak, aku takut…” lirih Silvia.
Pada dasarnya mau terlihat se-sangar apapun wajah Silvia, Silvia tetaplah gadis kecil yang memiliki rasa takut akan dunia luar. Dimata orang mungkin Silvia adalah perempuan sinis, cuek dan berani, tapi sebenernya banyak ketakutan yang Silvia sembunyikan dari banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DHARVIA [On Going]
Teen FictionSilvia, gadis cuek yang selalu menarik perhatian banyak cowok populer disekolahnya. Bahkan setelah masa Corona Virus berakhir dan dia mulai membuka maskernya semakin banyak siswa sekolah yang mendekatinya. Dharma, salah satu cowok yang tertarik deng...