HAPPY READING ALL
Hari-hari berikutnya diisi dengan pencarian tanpa henti untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kelompok Raven. Ayie, Rian, dan Elena menghabiskan banyak waktu di studio, menyusun rencana dan mengumpulkan data. Namun, mereka tahu bahwa waktu mereka semakin terbatas.
Suatu malam, saat mereka sedang berdiskusi tentang langkah berikutnya, Elena menerima telepon dari salah satu kontak rahasianya.
"Ada berita penting," kata Elena setelah menutup telepon. "Kontakku berhasil mendapatkan akses ke database kelompok Raven. Kita mungkin bisa menemukan petunjuk tentang siapa yang berada di balik semua ini."
Mereka segera berkumpul di sekitar komputer, melihat data yang telah berhasil didapatkan. Informasi itu mencakup daftar nama, catatan keuangan, dan pesan-pesan rahasia yang mungkin bisa mengungkap identitas pemimpin kelompok Raven.
"Ada satu nama yang sering muncul," kata Rian sambil menunjuk layar. "Orang ini sepertinya memainkan peran penting dalam kelompok Raven. Namanya Arturo."
"Arturo? Aku pernah mendengar nama itu," kata Ayie. "Dia adalah kolektor seni terkenal, tapi aku tidak pernah tahu bahwa dia terlibat dengan kelompok Raven."
"Aku juga pernah mendengar tentang dia," tambah Elena. "Dia sangat berpengaruh di dunia seni bawah tanah. Jika dia memang pemimpinnya, ini bisa menjelaskan banyak hal."
Mereka memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Arturo. Ayie merasa semakin dekat dengan jawaban, tetapi dia tahu bahwa menghadapi Arturo akan menjadi tugas yang sangat berbahaya.
Rian berhasil mengatur pertemuan rahasia dengan salah satu mantan anggota kelompok Raven yang bersedia memberikan informasi dengan imbalan perlindungan. Pertemuan itu dijadwalkan di sebuah gudang tua di pinggiran kota.
"Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita untuk mendapatkan informasi langsung tentang Arturo," kata Rian saat mereka bersiap untuk pergi. "Kita harus sangat berhati-hati."
Malam itu, mereka berangkat ke gudang dengan hati-hati. Saat mereka tiba, suasana di sekitar gudang terasa sunyi dan mencekam. Ayie merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang.
Mereka masuk ke dalam gudang dan bertemu dengan mantan anggota kelompok Raven yang telah menunggu di sana. Pria itu tampak gelisah dan terus-menerus melihat sekelilingnya.
"Aku tidak punya banyak waktu," kata pria itu dengan suara tegang. "Arturo sangat berbahaya. Dia memiliki banyak koneksi dan tidak akan segan-segan menyingkirkan siapa pun yang menghalangi jalannya."
"Apa yang bisa kamu ceritakan tentang Arturo?" tanya Ayie.
"Dia adalah otak di balik semua ini," jawab pria itu. "Dia menggunakan kelompok Raven untuk mendapatkan kekuasaan di dunia seni. Dia tidak peduli dengan seni itu sendiri, yang dia pedulikan hanyalah kekuasaan dan uang."
Saat pria itu berbicara, Ayie merasa ada sesuatu yang bergerak di bayang-bayang. Dia melihat ke arah asal suara dan menyadari bahwa mereka telah jatuh ke dalam jebakan.
"Tunggu!" teriak Ayie. "Ini jebakan!"
Sebelum mereka bisa bereaksi, pintu gudang tiba-tiba tertutup dan beberapa pria bersenjata muncul dari kegelapan. Ayie, Rian, dan Elena terperangkap di dalam gudang tanpa jalan keluar.
"Selamat malam, Ayie Garcia," kata suara yang dikenal. Itu adalah Arturo, yang muncul dari balik bayangan dengan senyum licik. "Aku sudah menunggu saat ini."
Arturo melangkah maju, menatap Ayie dengan tatapan penuh kemenangan. "Kamu telah membuat kesalahan besar dengan melawan aku," katanya. "Sekarang kamu akan merasakan konsekuensinya."
Ayie merasa jantungnya berdebar kencang. Dia tahu bahwa mereka berada dalam bahaya besar, tetapi dia tidak bisa menyerah begitu saja. "Apa yang kamu inginkan, Arturo?" tanyanya dengan suara tenang meskipun hatinya dipenuhi ketakutan.
"Aku ingin kamu berhenti mencampuri urusanku," jawab Arturo. "Karya senimu memang mengesankan, tetapi kamu telah melangkah terlalu jauh. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menghancurkan rencanaku."
Rian melangkah maju, mencoba melindungi Ayie. "Kita tidak akan mundur," katanya dengan tegas. "Kami akan mengungkap semua yang telah kamu lakukan."
Arturo tertawa kecil. "Kamu benar-benar tidak tahu kapan harus menyerah, ya? Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, aku akan memberimu satu kesempatan terakhir. Serahkan semua bukti yang kamu miliki dan tinggalkan kota ini. Jika tidak, aku tidak akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi padamu."
Ayie merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Dia tahu bahwa mereka harus membuat keputusan cepat. Dia menatap Rian dan Elena, mencari dukungan. Mereka mengangguk, menunjukkan bahwa mereka siap untuk melawan.
"Kita tidak akan menyerah," kata Ayie dengan suara tegas. "Kita akan melawanmu sampai akhir."
Arturo menghela napas panjang. "Sangat disayangkan," katanya. "Kamu benar-benar keras kepala. Baiklah, kalau begitu, aku akan memberi kamu pelajaran."
Dia memberi isyarat kepada pria-pria bersenjata itu, yang segera mendekat ke arah Ayie dan teman-temannya. Ayie merasakan ketakutan yang luar biasa, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap kuat.
Saat pria-pria bersenjata itu mendekat, tiba-tiba terdengar suara sirene polisi di luar gudang. Arturo tampak terkejut dan marah. "Bagaimana bisa?" katanya dengan suara marah.
Ayie merasa lega saat melihat beberapa polisi masuk ke dalam gudang. Mereka segera menahan Arturo dan anak buahnya. Ayie, Rian, dan Elena dibawa keluar dari gudang dengan aman.
"Kita berhasil," kata Ayie dengan suara lega. "Kita akhirnya berhasil mengungkap Arturo dan kelompok Raven."
Rian tersenyum. "Ini baru awal," katanya. "Kita masih harus memastikan bahwa keadilan ditegakkan."
Malam itu, Ayie merasa lega dan bersyukur. Dia tahu bahwa perjuangan mereka belum berakhir, tetapi mereka telah mengambil langkah besar menuju kemenangan. Dengan dukungan dari teman-temannya, dia siap menghadapi apapun yang datang demi melindungi karya seninya dan meraih kemenangan atas kelompok Raven.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revolusi Seni [END]
Action[Sudah Ending] Bagaimana jika pemerintah di kota mu, melarang keras segala bentuk Seni? Apa yang akan terjadi jika hidup tanpa lukisan, puisi, bahkan musik? Di kota yang pernah penuh warna, kini hanya ada bayang-bayang abu-abu. Pemerintah yang keja...