16. Pengkhianatan di Tengah Jalan

6 2 0
                                    

HAPPY READING ALL

Ayie, Rian, dan Elena akhirnya merasakan sedikit ketenangan setelah malam yang penuh ketegangan itu. Mereka kini memiliki bukti yang cukup untuk menyeret Arturo ke pengadilan dan mengungkap jaringan kriminal kelompok Raven. Namun, mereka juga menyadari bahwa masih banyak yang harus dilakukan.

Pagi itu, mereka berkumpul di studio Ayie untuk merencanakan langkah berikutnya. “Kita harus pastikan semua bukti ini aman dan segera serahkan ke pihak berwenang,” kata Ayie sambil memeriksa berkas-berkas di mejanya.

“Benar,” tambah Rian. “Tapi kita juga harus berhati-hati. Arturo pasti tidak akan tinggal diam. Kita perlu memikirkan langkah-langkah pengamanan ekstra.”

Elena mengangguk setuju. “Aku setuju. Kita juga harus terus mengawasi aktivitas kelompok Raven. Mereka mungkin masih memiliki rencana cadangan yang belum kita ketahui.”

Tiba-tiba, pintu studio terbuka dan masuklah seorang pria dengan ekspresi gugup. Itu adalah salah satu rekan mereka yang sering membantu dalam penyelidikan, Leo. “Ada masalah besar,” katanya terengah-engah. “Beberapa berkas penting kita hilang. Sepertinya ada yang mencurinya.”

Ayie, Rian, dan Elena saling memandang dengan cemas. “Kapan ini terjadi?” tanya Ayie.

“Semalam, setelah kita pulang dari gudang,” jawab Leo. “Aku mengecek ruang penyimpanan dan berkas-berkas itu sudah tidak ada.”

“Kita harus mencari tahu siapa yang melakukannya,” kata Rian dengan nada tegas. “Kalau tidak, semua kerja keras kita akan sia-sia.”

Mereka segera memeriksa ruang penyimpanan dan mencari petunjuk. Setelah beberapa jam, mereka menemukan jejak-jejak yang mengarah ke salah satu anggota kelompok mereka sendiri, yang selama ini mereka percayai.

“Tidak mungkin,” kata Ayie dengan suara bergetar. “Ini pasti salah paham. Kita harus bicara dengan dia.”

Mereka segera menghubungi anggota tersebut, yang bernama Marco. Saat mereka bertemu dengannya di sebuah kafe, Marco tampak gelisah.

“Apa yang sebenarnya terjadi, Marco?” tanya Ayie dengan nada memohon. “Kenapa kamu mengambil berkas-berkas itu?”

Marco terlihat ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya bicara. “Aku terpaksa melakukannya,” katanya. “Arturo mengancam keluargaku. Jika aku tidak mengambil berkas-berkas itu, dia bilang akan membahayakan mereka.”

Ayie merasa simpati tetapi juga marah. “Kenapa kamu tidak memberitahu kami? Kita bisa mencari solusi bersama.”

“Aku takut,” jawab Marco. “Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada keluargaku.”

Rian menatap Marco dengan tatapan tajam. “Sekarang kita dalam bahaya besar. Kita harus segera bertindak sebelum Arturo mendapatkan keuntungan dari berkas-berkas itu.”

Elena berpikir sejenak. “Kita masih punya kesempatan. Kita bisa membuat rencana untuk merebut kembali berkas-berkas itu dan mengamankan keluargamu, Marco. Tapi kita butuh bantuanmu.”

Marco mengangguk. “Aku akan melakukan apa saja untuk menebus kesalahanku.”

Mereka segera merencanakan langkah berikutnya. Malam itu, mereka berempat – Ayie, Rian, Elena, dan Marco – berangkat untuk menyusup ke markas sementara Arturo dan merebut kembali berkas-berkas penting.

Dengan bantuan Marco yang memberikan informasi dari dalam, mereka berhasil masuk ke markas tanpa terdeteksi. Saat mereka menemukan tempat berkas-berkas itu disimpan, mereka merasa lega. Namun, ketika mereka akan keluar, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat.

Revolusi Seni [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang