Kastil #6

379 43 60
                                    

Typo ✌️

Happy reading

*
*

"Kamchagiyaaa ...!!" pekik Zayyan terkejut, begitu dirinya baru ke luar dari dalam kamar mandi dan hanya masih menggunakan kimono handuknya.

Pasalnya Zayyan dikejutkan oleh Wain yang kini tengah berdiri di dalam ruangan kamarnya, entah sejak kapan.

"Aigoo! Kenapa sih rata-rata orang di dalam kastil ini selalu membuatku terkejut dengan datang tiba-tiba seperti ini. Dari kapan coba beliau ini masuk ke dalam kamarku, kok aku nggak dengar dia mengetuk pintu?" batin Zayyan yang lagi-lagi merasa heran dengan tingkah para penghuni kastil tersebut.

"Maaf, jika aku mengagetkanmu," ucap Wain.

"Ng ... me-memangnya sejak kapan kau berada di dalam kamarku?"

"Sejak tadi saat kau masih di dalam kamar mandi," jawab Wain dengan ekspresi tenangnya seperti biasa.

"Kau tidak mengetuk pintu dulu?"

Wain pun terdiam sejenak untuk berpikir. Pasalnya tadi dirinya masuk ke dalam kamar Zayyan dengan cara muncul tiba-tiba di dalam ruangan dan tidak melalui pintu.

"Aku tadi sudah mengetuk pintu kamarmu, tapi sepertinya kau tidak mendengar, karena kau sedang mandi," jawab Wain kemudian dan tentu saja dia berbohong.

"Ooh ... begitu. Ya sudah, ada apa ke mari?"

"Aku di perintahkan oleh Tuan Hyunsik untuk memanggilmu ke ruangan makan. Tuan Hyunsik sudah menunggumu di sana untuk sarapan bersama," jawab Wain.

"Oh, oke. Nanti aku akan segera ke sana setelah aku selesai berganti baju."

Namun Wain tidak segera pergi, dan masih tetap berdiri di sana. Hal itu membuat Zayyan heran.

"Ekhem ..., Wain-nim, kenapa kau masih di sini? Tolong pergilah, aku mau ganti baju," pinta Zayyan.

"Ng ... maaf, sebenarnya aku ingin minta tolong padamu, Zayyan-ssi."

"Minta tolong apa?"

"Ini mengenai Tuan Muda Sing."

"Tuan Muda Sing kenapa?"

"Semalam setelah Tuan Muda Sing menyelamatkanmu dari ketiga gadis itu, dia dimarahi oleh Tuan Hyunsik dan diberi hukuman cambuk sebanyak 20 kali, serta dikurung di penjara bawah tanah. Dan dia juga tidak akan diberi makan sedikitpun sampai masa hukumannya selesai."

"Apa?? Kok bisa?? Eh, tunggu! Se-Semalam emang sih Tuan Muda Sing menyelamatkanku dari ketiga gadis mengerikan itu. Tapi ... bukankah itu semua cuma mimpiku, ya?"

Wain terdiam mendengar ucapan Zayyan barusan. Ia bingung harus menjawab apa pada Zayyan. Di satu sisi Wain senang, karena ternyata Zayyan hanya menganggap itu semua adalah mimpinya semata. Karena dengan begitu, Zayyan tidak akan tahu bahwa mereka semua bukanlah manusia seperti dirinya.

Namun di sisi lain, Wain pun sedih jika Zayyan hanya menganggap bahwa itu semua hanyalah mimpi. Karena jika demikian, maka Wain tidak bisa meminta bantuan Zayyan untuk dapat membebaskan Sing dari ruang bawah tanah yang sumpek dan gelap itu.

"Wain-nim, kenapa kau diam? Tolong jawab, apakah yang semalam itu hanya mimpiku saja atau memang kenyataan?"

"Tidak penting itu mimpimu atau bukan. Yang terpenting sekarang adalah kau mau tidak membantuku untuk membebaskan Tuan Muda Sing dari tempat itu?"

Zayyan pun terdiam berpikir. Mencoba mencerna ucapan Wain kepadanya.

"Kalau kau memintaku untuk membantumu membebaskan Tuan Muda Sing dari hukumannya, maka itu berarti yang semalam kualami itu ... nyata? Iya, kan?"

Kastil (SingZay) End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang