1 | Kembali

14 2 0
                                    

Kegelapan yang pekat memelukku erat, meninggalkan hanya kesadaran samar bahwa waktu sedang bergerak, namun tidak ke depan. Aku berada di tempat yang aneh, di antara kenyataan dan sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang tidak sepenuhnya bisa kumengerti. Saat aku mencoba memahami di mana aku berada, tiba-tiba aku merasakan tarikan lembut, seolah-olah jiwaku sedang diseret ke arah kenangan yang paling awal dalam hidupku.

Aku membuka mata-atau setidaknya, aku merasa seolah-olah membuka mata-dan menemukan diriku kembali di sebuah ruangan yang begitu asing, namun anehnya, juga akrab. Ini bukan ruangan yang pernah kulihat sebelumnya sebagai seorang dewasa. Tidak, ini adalah tempat yang jauh lebih sederhana, dengan dinding-dinding putih pucat dan aroma lembut susu yang memenuhi udara. Ada sebuah suara lembut di kejauhan, suara yang menenangkan, membisikkan sesuatu yang aku tidak dapat sepenuhnya tangkap.

Aku menyadari bahwa aku tidak sedang berdiri di ruangan ini; sebaliknya, aku berada di dalam tubuh seorang bayi. Lebih tepatnya, aku kembali menjadi diriku yang pertama kali hadir di dunia ini. Ada perasaan hangat yang mengalir di seluruh tubuhku, rasa aman yang begitu mutlak sehingga aku hampir tidak mengenalinya. Ini adalah rasa aman yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang sepenuhnya tidak tahu apa-apa tentang dunia.

Aku mencoba bergerak, tapi gerakanku terasa lambat, terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. Tubuhku kecil, lemah, tapi juga terasa begitu nyaman dalam kondisi ini. Aku tidak ingin ke mana-mana, tidak ingin meninggalkan kehangatan ini. Namun, bagian dari diriku yang lain-bagian yang masih sadar bahwa ini hanyalah kenangan-mulai merasa cemas. Kenapa aku di sini? Kenapa aku harus kembali ke masa ketika aku bahkan tidak bisa berbicara, apalagi mengerti?

Saat aku berusaha keras mengingat siapa diriku sekarang-seorang profesor yang telah menjalani kehidupan penuh pencarian-suara itu datang lagi. Suara lembut, menenangkan, suara seorang wanita yang mencintai bayi yang kuhidupi saat ini. Itu adalah suara ibuku. Kata-katanya tidak jelas, namun maknanya terasa begitu dalam. Dia bernyanyi untukku, sebuah lagu pengantar tidur yang meresap ke dalam diriku, menenangkan segala kegelisahan yang mulai tumbuh.

Aku mencoba mengingat detail dari saat ini, mencoba menghubungkannya dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang lebih bermakna. Tapi usahaku sia-sia. Aku terjebak dalam kehangatan, dalam rasa aman ini, seakan-akan seluruh dunia telah menyusut menjadi pelukan seorang wanita yang begitu berarti bagiku, bahkan saat aku belum tahu apa arti cinta itu sendiri.

Dalam pelukan ini, aku merasa aman, tapi juga terperangkap. Waktu berjalan dengan aneh; aku tidak bisa memastikan apakah menit-menit ini berjalan cepat atau lambat. Satu hal yang pasti, aku tidak bisa keluar dari sini. Aku ingin melangkah maju, ingin tahu apa yang terjadi setelah ini, tapi setiap kali aku mencoba, aku terseret kembali ke rasa nyaman yang tidak bisa kutolak.

Aku mencoba mengingat apa yang kutahu tentang "cerita dua menit terakhir". Konsep yang selama ini kukejar, teori yang kubangun dalam pikiranku. Aku ingat bahwa itu seharusnya menjadi rangkuman hidup, kilasan dari momen-momen terbaik. Namun, kenapa aku terjebak di sini, di momen yang terasa terlalu awal untuk menjadi bagian dari akhir hidupku?

Perlahan-lahan, perasaan cemas mulai menghilang, digantikan oleh rasa tenang yang memaksa. Tubuhku menyerah, terlelap dalam kehangatan yang mendominasi setiap inci diriku. Bagian dari diriku yang masih sadar berteriak, memaksa untuk bangun, untuk keluar dari kenangan ini. Namun, kehangatan itu terlalu kuat, terlalu memabukkan, menarikku semakin dalam.

Aku terjebak dalam lingkaran yang tidak berujung, di antara dua dunia yang tidak bisa kuhindari. Di sini, dalam kenangan yang begitu kuno dan dasar, aku merasa seolah-olah kembali ke awal dari segala sesuatu, ke inti dari siapa aku sebenarnya. Dan di tengah-tengah pelukan ini, di bawah nyanyian lembut ibuku, aku menyadari sesuatu yang menyakitkan tapi nyata: bahwa mungkin, jawabannya bukan untuk ditemukan di masa depan, tetapi di sini, di masa lalu, di tempat di mana segalanya bermula.

Tapi kenapa aku tidak bisa bergerak? Kenapa aku tidak bisa lepas? Seakan-akan waktu menolakku, memaksaku untuk tinggal di tempat ini, menikmati kenyamanan yang seharusnya sudah lama kutinggalkan.

Setiap kali aku mencoba bangkit, mencoba memahami, kenangan ini menghisapku lebih dalam. Aku terjebak, terkurung dalam kehangatan yang seharusnya menyelamatkanku, tapi kini menjadi penjara yang paling halus, penjara dari kenangan yang tak bisa kulepaskan.

Dan di sanalah aku berada, di antara rasa aman dan kebingungan, terjebak di awal dari sebuah kehidupan yang sekarang mendekati akhir.

2 MinutesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang