Waktu berlalu begitu cepat, pengumuman kelulusan pun akhirnya tiba. Ahyeon berhasil meraih peringkat pertama di angkatannya, Asa berada di peringkat kedua, Pharita masuk dalam lima besar, sementara Ruka menempati peringkat kedelapan.Sudah menjadi tradisi di sekolah mereka, setelah pengumuman kelulusan, akan diadakan acara 'Prom Night' atau Malam Perpisahan yang sangat dinanti.
Namun, bagi Ahyeon, acara ini tidak sepenuhnya dinantikan. Ia hanya merasa tidak sabar untuk segera meninggalkan Korea, meninggalkan rumahnya, dan menjalani hidup yang baru. Dan yang paling utama Ahyeon tahu bahwa di sisi manapun ia berada, Asa akan selalu ada bersamanya.
Ahyeon tidak mengerti mengapa dirinya merasa seperti ini. Ada perasaan hangat yang sulit ia jelaskan setiap kali berada di dekat Asa. Ia tahu, berada bersama Asa memberikan kenyamanan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Namun, Ahyeon sadar bahwa perasaan ini tumbuh di dalam dirinya, perasaan yang mungkin lebih dari sekadar persahabatan. Meski begitu, Ahyeon tak ingin memaksakan apapun. Baginya, menikmati momen kebersamaan ini sudah cukup. Ia ingin menjalani semuanya tanpa terbebani oleh perasaan yang kian mendalam.
Apa yang akan terjadi di masa depan, biarlah itu menjadi cerita yang ditulis oleh waktu. Untuk sekarang, Ahyeon hanya ingin ada di sisi Asa, tanpa harapan yang berlebihan, hanya kebersamaan yang tulus.
Tok, tok, tok...
Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Ahyeon.
"Non Ahyeon, ini Bibi Han," ucap kepala pelayan dari balik pintu. "Ada teman Nona muda yang berkunjung," lanjutnya sopan.
Hari itu adalah hari Kamis. Ahyeon sudah tidak perlu lagi pergi ke sekolah, hanya tinggal menunggu acara terakhir, Prom Night yang akan diadakan pada hari Sabtu nanti.
"Siapa yang datang sepagi ini, Bibi Han?" gumam Ahyeon dengan suara serak. Ia baru saja terbangun dari tidurnya yang terganggu. Jam baru menunjukkan pukul 6.30 pagi. Teman gila mana yang bertamu sepagi ini di luar hari sekolah?
"Tunggu sebentar." Ahyeon segera turun dari tempat tidurnya, wajahnya masih menunjukkan sisa-sisa kantuk, dengan rambut yang sedikit berantakan. Namun, bahkan dalam kondisi seperti itu, kecantikan Ahyeon tetap terpancar.
Ketika pintu kamar terbuka, betapa terkejutnya Ahyeon melihat siapa yang berdiri di depannya.
“Rora?!" Lo ngapain ke rumah gue sepagi ini? Ada urusan apa?" seru Ahyeon, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Gak ngapa-ngapain. Gak ada urusan apa-apa juga. Cuma gabut aja," jawab Aurora santai, tanpa rasa bersalah. "Sekolah udah libur, gue tahu Om dan Tante lagi di luar negeri. Jadi, gue inisiatif mau nemenin lo. Lo pasti kesepian, kan?" lanjutnya, dengan nada sok tahu yang sukses membuat Ahyeon kehilangan kata-kata.
Ahyeon hanya menatap kosong ke arah Aurora. Kepalanya penuh dengan tanda tanya. Bagaimana bisa ada manusia setidak tahu malu dan sepercaya diri ini di hadapannya saat ini?
"Maaf, Non. Tadi Bibi sudah memberi tahu Non Rora kalau Non Ahyeon masih tid—"
"Tidak apa-apa, Bi. Aku ngerti. Anak ini memang gak waras," potong Ahyeon sebelum Bibi Han sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Baik, Non. Kalau begitu, Bibi permisi dulu, ya. Bibi akan siapkan sarapan untuk Non Ahyeon dan Non Rora," ucap Bibi Han, sedikit membungkuk sebelum beranjak pergi.
"Agak siang aja masaknya, Bi. Aku mau lanjut tidur. Aku baru tidur jam lima tadi," kata Ahyeon, membiarkan Rora masuk ke kamarnya. Ahyeon memang sering tidur pagi jika sedang marathon drama kesukaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lowkey.
Fiksi RemajaAhyeon, seorang gadis yang dikenal oleh semua orang sebagai sosok yang tak pernah mengecewakan. Dengan prestasi yang gemilang, ia selalu menjadi teladan. Tak ada riwayat buruk dalam hidupnya, tak pernah ada kata 'gagal' yang singgah dalam perjalanan...