00. Sosok Rayana

11 3 0
                                    

"Gadis ini rumit, pantas jika kamu penasaran. Tapi ia tidak mau tanggung jawab jika kamu terjerat di dalamnya."

     16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     16.13...

     16.14...

     16.15...

     Kringgg...

     Bel berbunyi nyaring, suara decitan kursi memenuhi ruangan disusul derap langkah orang-orang berlari menyerbu pintu keluar. Dalam hitungan menit ruangan hanya menyisakan beberapa orang saja, termasuk gadis dengan sweater kuning berpadu celana hitam. Gadis itu menunduk, ibu jari kedua tangannya maju mengetikan rentetan pesan WhatsApp pada Mamanya. Tidak sabar menunggu Mamanya membalas, gadis itu beralih menelpon.

     "Mama dimana? Masih lama enggak?" tanya dia, nadanya jelas menyiratkan rasa kesal yang tertahan.

     "Sabar, sebentar lagi sampai. Ini mobil Jennie gak bisa masuk. Rame banget di pertigaan,"

     "Huh, biasa juga jemput pake motor,"

     "Sabar, Rayanaaa. Emosi mulu sama mama."

     "Ya udah cepetan, Raya udah capek."

     Tut...tut..tut....

     "Hih malah di matiin!" decaknya semakin kesal.

     Tak lama Mamanya chat kalau sudah sampai di depan gerbang.

     Buru-buru gadis itu beranjak, sedikit berlari menuju pintu gerbang. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari mobil hitam yang Mamanya bilang.

     Kemudian ada mobil yang mendekat dan membunyikan klakson. Kaca penumpang depan pun terbuka, terlihat Jennie tersenyum lebar dengan anak kecil laki-laki yang dipangkunya bersorak "Mba Yayaa..."

     Muka masam sang gadis perlahan memudar. Hatinya yang bergemuruh kesal melunak begitu saja, ia paling lemah dengan anak kecil, apalagi anak kecil itu memanggilnya dengan gemas.

     "Iyaaa..." balasnya refleks tangannya terulur mengusap pucuk kepala anak kecil itu.

     "Masuk, Mba Yaya." kata Jennie dibalas dengan anggukan.

     Setelah itu pintu belakang terbuka disusul keluarnya pemuda bertopi. Ia mempersilakan masuk, kemudian duduk disebelah.

     "Banyak cewek tuh, Bry. Katanya mau di kenalin cewek," ledek Jennie menunjuk ke luar kaca mobil, dimana banyak karyawan yang masih berdiri menunggu jemputan.

     "Ah..., ogah yang itu, teh," tolak pemuda bertopi.

     "Maunya yang disebelah ya, Bry?" timpal Vicky, suami Jennie.

     "Hah? Apaan, bang?"

     "Alah sok-sokan kaga denger lo."

     "Ada emaknya langsung noh disebelah, sekalian aja minta restu." tambah Jennie.

Long Distance Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang