Sekolah

218 11 0
                                    

"Cantik amat Billy, mau kemana? "

"Yat bisa lepasin tanganmu gak? Sakit yat"

"Cielah gitu aja sakit lo"

"Dayat sakit, aku ada salah apa si sama kamu? "

"Salah mu itu, buat mataku sakit cok. Kek sampah, laki-laki letoy banget"

Cengkraman Dayat semakin mengeras di tanganku, sudah biasa seperti ini dan akhirnya aku hanya menangis.

"Siapa yang mau jadi kayak gini Yat"

"Ya salahmu sendiri kenapa mau jadi kayak gini, orang punya kekurangan tuh di perbaiki bukan malah di kurangin"

Aku hanya terisak, di toilet ini sudah sepi sekali orang ini jadi kesempatan si Dayat untuk merundungku. Pasti teman teman nya berjaga di depan toilet sekolah dan tidak memperbolehkan semua siswa laki-laki datang ke toilet.

Dayat sudah membawa air pel pelan di dekatnya itu artinya aku akan berakhir basah kuyup.

"Yat tolong jangan di siram ya, aku lagi demam"

"Eleh emang kamu siapa? Aku peduli apa sama kamu? "

'Byur'

Basah kuyup sudah badanku, bau amis menguar dan Dayat hanya tertawa puas dengan pekerjaannya.

"Hahahaha.... Rasain banci"

'Brak'

Dayat pergi keluar dan aku tetap di toilet menangis.

Sebenarnya apa salahku ke Dayat itu, perasaan aku tak memiliki salah barang satu kali ke dia. Kenapa dati awal bertemu dia selalu merundungku, setiap ku tanya alasannya karena aku ini Banci. Siapa orang yang mau terlahir di kelamin pria tetapi sifat dan tubuh seperti wanita. Tidak ada yang mau sebenarnya, bahkan aku pun tidak mau. Tapi amu bagaimana lagi, segala olahraga dan kegiatan telah ku coba tapi tubuhku tetap sama.

Mau di lawan? Mana berani anak yatim piatu sebatang kara ini melawan anak pak kampung yang jelas jelas orang banyak mendukung dia. Dia anak orang kaya sedangkan aku hidup saja aku bergantung oleh uang pensiun kematian ayah ibuku. Aku bisa melanjutkan sekolah juga mendapat tunjangan dari pemerintah, sudahlah tak ada gunanya aku melawan cukup ku tahan lagipula hanya tersisa satu tahun lagi kemudian aku lulus dari SMA ini.

30 menit aku berada di toilet, 45 menit kedepan seharusnya sudah jam pelajaran terakhir tapi bajuku masih basah jadilah aku tak mengikuti pelajaran matematika. Alamat di marahi lagi aku nanti sama ibu Sri, tapi yasudah lah daripada mereka nanti kebauan karena aku yang basah kuyup dengan air pel pelan ini.

Akhirnya ku tunggu sampai bel pulang berbunyi. Cukup bosan menunggu di toilet, untungnya ada Hp yang ku bawa du saku celana jadilah aku tidak terlalu bosan.

Ku tunggu lagi di toilet sampai orang orang di sekolah sepi, aku gak mau mereka tahu kalau aku di bully lagi dengan Dayat yang ada aku malah di tertawakan. Daripada merusak mentalku yang sudah rusak mending aku sedia payung sebelum hujan.

Aku keluar dari toilet sekitar jam setengah lima sore, yang ku lihat sekolah sudah sepi. Tadi juga yang kulihat hanya ada beberapa siswa siswi yang masih berada di kelas mereka, sepertinya sedang mrngerjakan tugas. Aku mengayunkan kakiku ke kelas 11 MIPA 1, aku menuju bangku depan meja guru yang bersisi satu kursi dan dua meja tempatku duduk. Syukurlah barangku masaih lengkap, tidak ada yang di sembunyikan. Aku bisa pulang dengan cepat kalau seperti ini.

Aku membereskan barangku dengan cepat dan segera menuju parkiran sekolah menghampiti sepeda motor vario putih keluaran tahun 2016 itu. Motor ini adalah satu satunya kendaraan yang di tinggalkan kedua orangtuaku. Seingatku motor ini di beli ketika panen raya dan orangtua ku bisa membeli motor ini.

Aku menaiki motor yang terlihat kebesaran untukku ini ke rumah kesayanganku, dengan baju yang agak kaku karena terkena air kotor aku melajukan kendaraanku. Butuh waktu 15 menit menuju rumah, hanya di rumah aku bisa merasakan kenyamanan dan  ketenangan. Sebelum pulang aku menyempatkan diriku ke warung untuk membeli bahan makanan yang mungkin habis.

"Bil? Kamu gak mandi tah? Badeg banget baumu"

"Mandi kok bude"

"Lha kenapa kok badheg? "

Gak mungkin juga aku menceritakan kalau aku habis di bully, bisa bisa aku di nasehatin panjang lebar sama bude Marni.

"Tadi kepleset di air pel an makanya bau"

"Woalah makanya hati hati, badan udah kecil kamu itu. Makan yang banyak Bil biad badanmu tumbuh, mumpung masih remaja"

"Iya bude"

Ahhhhh andai saja Bude Marni tahu kalau aku di siram air pel pelan sama keponakannya, aku gak tau apa yang bakal bude Marni katakan.

"Makasih ya bude, aku pulang dulu"

"Iya hati hati"

Aku kembali ke rumah kesayanganku, tapi ternyata di depan pintu rumahku sudah di taburi sampah sampah yang berserakan. Sudah di pastikan pasti ini kerjaan Dayat dan teman temanya, aku nggak habis fikir dengan perilakunya kenapa dia melakukan hal melelahkan seperti ini hanya untuk menganggu hidupku. Se bersalah itu kah aku di matanya?.

Ku bersihakan sampah sampah plastik yang di tabur di depan pintu. Ku kumpulkan jadi satu dan ku bakar di tong sampah depan rumah, kalau tidak segera di bersihkan pastilah rumahku bau sampah dan mirip seperti rumah pengepul rongsokan. Sampah yang di tabur cukup banyak dan menumpuk  total 3 kali di bakar baru sampahnya habis. Sungguh melelahlan hidup ini.

Ku ayunkan kakiku memasuki rumah sambil membawa belanjaan, untungnya besok adalah hari sabtu, sekolah libur dan aku bisa bermalasan di rumah. Minggu ini sungguh berat du tambah segala penyiksaan Dayat dan teman temannya yang di lakukan kepadaku.

Aku mandi sambil memperhatikan badanku di cermin dengan telanjang. Badanku penuh memar mulsi dari bahu sampai kaki, dan ini karena ulah Dayat.

"Memarnya banyak ya Bill? Pasti sakit. Tapi mau gimana lagi, Billy gak mampu buat melawan. Semoga sang pencipta memiliki kemurahan gati dan memperbaiki hidup anak malang ini"

Itulah kata kata yang selalu ku ucapkan kalau aku melihat badanku yang memar. Sedih rasanya tapi mau bagaimana, sudah nasib kalau ku lawan pasti Dayat makin menjadi jadi.

Teringat dulu waktu SMP aku pernah mencoba melawan Dayat kemudian keesokan harinya aku di sekap di gudang buku area belakang sekolah. Entah dari dulu sampai sekarang aku selalu satu sekolah sama si Dayat bahkan kita selalu satu kelas  bukan aku meremehkab Dayat tetapi kemampuannya itu biasa biasa saja. Kenapa dia bisa sampai masuk kelas unggulan sama sepertiku, kalau aku selalu masuk kelas unggulan karena memang aku berjuang keras supaya bisa masuk Olimpiade dan mendapatkan uang untuk aku tambah hidup.

Hari tak terasa sudah semakin malam, aku juga sudah satu jam di kamar mandi. Lebih baik aku mengistirahatkan badan lelahku, Mencharger energi ku yang sudah terkuras banyak untuk kemudian memulai hari yang berat lagi.

'Ctak'

'Ctak'

'Ctak'

Bunyi hantaman benda kecil mungkin kerikil menghantam jendela kayu kamarku. Sudah biasa bagiku di perlakukan seperti itu, palingan itu golongan Dayat yang lagi lewat rumah untuk berangkat ngeronda. Aku hanya diam dan memeprsiapkan diriku untuk tidur.

The Story Of BillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang