Dijenguk

125 11 1
                                    

Aku terbangun di senin pagi jam 5 dalam keadaan yang lebih baik, tubuhku di selimuti walaupun masih kotor sih tapi dah di lap in sebagian dan aku tidak melihat Dayat. Syukur kalau anak itu sudah pulang dan tidak tidur di sini. Pagi ini rasanya sakit semua badanku, aku hanya mampu menangis. Mau duduk aja rasanya susah, kayaknya aku gak mau sekolah hari ini. Aku mau nenangin diri dulu dari semua tekanan ini.

Aku mengambil hp yang ada di ruang tamu, rasanya susah sekali untuk berjalan akhirnya aku ngesot soalnya kakiku juga masih sakit lebam akibat Dayat semalam. Ku kirimkan pesan kepada wali kelasku kalau aku tidak masuk satu minggu ini karena sakit. Aku beralasan habis kecelakaan, awalnya wali kelasku sedikit alot memberikan izin, tetapi setelah ku kayakan kalau aku harus merawat diriku sendiri tanpa bantuan orang lain barulah beliau memberikan izin. Untuk ibu walikelas semoga rezeki berlimpah selalu.

Kalian pasti heran kenapa aku tidak menunjukkan rasa kekecewaan yang mendalam yang biasa ada pada korban pelecehan. Jawabannya karena aku tak mau berlarut larut dan aku ingin tetap hidup damai. Aku menyerahkan semua kepada tuhan, percaya kepada tuhan takdir baik akan datang kepada kita. Kalau di kata aku kecewa, aku sangat kecewa, aku trauma? Sangat amat trauma. Tapi memang kehidupanku di sini. Aku tak bisa menghindari traumaku.

Yang kulakukan hanya mengenyahkan rasa traumaku dan kembali menjalani hidup. Menghargai setiap pemberian sang kuasa dan merawatnya. Akan ku lewati semua ini sesuai kemampuanku, mungkin diuar sana lebih banyak orang yang lebih sepertiku tapi mereka tetap kuat.

Seharian ini mungkin aku hanya berbaring di ranjang dan tak melakukan apapun. Tadi malam apa yang di pikirkan Dayat sehingga melakukan hal tak seninoh kepadaku. Apa dia tak berpikir aku juga sakit?.

Kejadian tadi malam berputar seolah kaset baru, satu persatu terlintas di otak,  sangat jelas karena kejadiannya baru sajasaja beberapa jam yang lalu. Menangis, diam, kesakitan hanya itu kegiatanku hari ini sampai lupa untuk makan minum tau tau hari sudah malam saja.

'Tok'

'Tok'

'Tok'

Terdengar suara ketukan pintu lahi, bagaikan trauma yang mendalam mendengar suara pintu di ketuk aku menjadi pusing dan pingsan.

***********

Sebangunnya dari pingsan aku melihat mas Haikal di depanku, trauma sebenarnya melihat dia apalagi mirip sekali dengan Dayat tapi aku menyadarkan otakku kembali kalau orang di depanku ini Mas Haikal bukan Dayat. Aku duduk dengan tertatih, masih dengan tampilan yang mengenaskan aku bertemu dengan mas Haikal. Biarlah, lagian ini bukan lomba fashion dan aku juga masih dalam keadaan sakit.

"Mas kok bisa masuk? "

"Maaf ya aku masuk ke rumahmu, soalnya tadi mau nganter makanan tapi gak ada yang bukain pintu terus pintunya gak di kunci jadi aku nyelonong masuk. Maaf ya Billy"

"Gak apa apa mas"

"Bil, aku denger dari Dayat kamu gak masuk sekolah tadi pagi. Kamu sakit kah Bil? Soalnya juga ku liat wajahmu pucat"

Aku hanya menunduk dan bersyukur setidaknya masih ada yang sedikit memperhatikan ku.

"Iya mas lagi gak enak badan"

"Pasti ini gara gara aku ya Bil? Kamu jadi sakit kayak gini. Malam itu aku bener bener gak ingat apa apa jadi aku mau minta maaf soal malam itu kalau aku nyakitin kamu"

Dia menatapku dengan intens, ditatap seperti itu malah membuatku semakin takut. Tadi malam juga sebelum dayat memperkosa diriku dia melihatku dengan tatapan seperti itu.

"Iya mas gak apa apa"

Dia melihatku dati atas sampai bawah, mungkin dia menyadari adanya lebam yang banyak di tangan dan kakiku jadi dia kelihatan terkejut.

"Astaga Billy maafin aku ya Bill, karena aku kamu jadi lebam lebam kayak gini. Ayo Billy ke dokter biar aku antar, aku juga bayari  deh soalnya kan yang buat kamu kayak gini aku"

Mas haikal terus terusan meminta maaf kepadaku setiap melihat luka dan lebam yang ada di tubuhku. Jika saja mas haikal tau kebenarannya kalau yang menyebabksn aku begini adalah adik nya yang di sayangi. Tapi aku tak seberani itu mengadukan kalau Dayat lah yang menyebabkan aku begini.

"Gak usah mas, aku gak apa apa. Aku juga gak butuh ke dokter, uang nya mas di simpan aja aku baik baik aja kok sekarang. Cuma untuk beberapa hari ini aku ijin tidak sekolah dulu soalnya aku mau istirahatin badanku sama pikiranku soalnya aku kayak cape banget"

Dia memandangku dengan sendu, pasti dia kan sangat bersalah melihatku seperti ini. Mas Haikal itu orang yang baik  bahkan sangat baik. Dari turksta dia berbicara saja sudah menunjukkan kualitas dirinya.

"Yaudah kalau kamu gak mau ke dokter tapi aku di sini ya malem ini jagain kamu"

"Aduh mas gak usah repot repot jagain aku, aku juga bukan anak kecil lagi gak perlu di jagain. Aku ini gak sakit keras hihihi"

Mas Haikal tiba tiba mengelus tanganku dengan tangannya dan menatapku denga  sendu. Aku pun balik mengenggam tangannya.

"Udah aku juga gak apa apa, nanti kalau mas Haikal di sini keluarganya nyariin nanti aku yang di marahin karena anaknya di sini"

"Ayah sama ibu lagi gak di rumah, aku gak tau kemana lagian juga aku pulang gak pulang sama aja. Dunia ini terus berputar Billy"

"Ya memang sig ayah sama ibunya mas Haikal gak nyariin tapi kan masih ada Dayat di rumah. Nanti kalau Dayat nyariin gimana? Kasian Dayat nya kebingungan"

"Aduh si Dayat kalo ketemu pasti berantem sama aku"

"Bersyukur mas masih ada saudara, liat aku gak ada saudara jadi sendirian. Sepi itu gak enak"

"Haduh kamu bisa aja, yaudah aku gak jadi jagain kamu Bil tapi besok aku kesini buat jenguk kamu. Mumpung aku lagi ada libur dari kuliah"

"Iya mas, sekarang sudah malam. Mas haikal pulang aja"

Dia kemudian menenteng tasnya dan menuju ke pintu depan. Aku mengikutinya dengan tertatih dan berpegangan pada tembok.

"Sesakit itu ya Bil? Maaf ya? Aku sekarang marah sama diriku sendiri"

"Udah gak apa apa gak usah di pikirin, sana pulang keburu malam"

Nas Dayat kemudian keluar dari rumahku dan menaiki motor harley nya untuk pulang  sebelum pulang dia menyempatkan melambaikan tangannya kepadaku. Aku membalasnya sambil sedikit tersenyum, ternyata seru juga berintetaksi dengan orang.

Aku menutup pintu dan tak lupa mengkuncinya, takut ada apa apa aku juga merantai pintumu jadi seperti keamanan double.

Melihat di meja ada makan yang tergeletak aku jadi ingat kalau aku hari ini belum makan apapun. Ku makan makanan pemberian mas Hikal dengan lahap. Dia membelikan nasi goreng dan ayam goreng sama beberapa gorengan. Aku gak bisa menghabiskan sekaligus jadi ku simpan di lemari es buat di makan lagi besok pagi.

The Story Of BillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang