Dia kemari

120 13 0
                                    

Minggu ini ku habiskan beristirahat sambil aku menenangkan isi kepalaku. Mas Haikal juga menyempatkan dirinya untuk menjengukku kadang dia bahkan sampai seharian di sini. Setiap ku tanya apa orang rumsh gak ada yang nyariin dia juga selalu beralasan di rumah gak ada orang. Dan kalau ku tanya kenapa nggak pergi ke kota lagi katanya kuliahnya udah mulai nyusun skripsi jadi gak ada kelas. Yasudah aku hanya membuarkan dia datang berkunjung, toh dengan adanya mas haikal itu mengurangi rasa sepiku.

Hari ini hari kamis seperti biasanya mas Haikal bakal ke sini di siang hari. Tapi sudah ku tunggu sampai jam 12 siang batang hidungnya gak keliatan, aku sedikit kecewa sebenarnya tapi yasudahlah ada hak apa aku maksa dia.

Karena aku tidak ada kegiatan hari ini, ku isi dengan bersih bersih rumah. Cara jalanku sekarang juga sudah mulai benar, sakitnya masih ada tapi gak terlalu sakit. Mungkin karena sudah lewat beberapa hari makanya sudah sedikit membaik.

Aku mulai membersihkan mulai dari teras dulu, teransnya gak sedikit berdebu karena mas Haikal kalau kesini juga kadang menyapu teras. Ku bersihkan seluruh rumah dari depan sampai berakhir di dapur yang terletak di belakang. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk aku membersihkan rumah dan setelahnya aku merasakan sedikit lega tapi capek.

Ku baringkan tubuhku di kasur lantai kamarku, rasanya nyaman sekali. Pintu dan jendela saat ini ku buka semua, supaya hawa dan udara dari luar masuk ke dalam menggantikan hawa yang pengap. Aku tiduran sambil memainkan ponsel, ku scroll media sosial dari a-z sampai aku tertidur.

Bangun bangun aku merasakan tubuhku sesak seperti ada yang menindih. Ku buka mataku perlahan lahan dan ku lihat dayat diatasku sedang menindihku. Tuhan badai apa lagi yang kau turunkan untukku ini. Aku berusaha berteriak tapi tidak bisa, mulutku di lakban dan tanganku di ikat di atas kepala.

Aku hanya menangis tersedu sedu dengan tatapan memohon meminta dayat tidak menyiksaku lagi.

"Wis rasah koyo asu, aku ngerti kowe mari ngewe karo masku"

"Aku ngerti setiap hari masku kesini buat nemenin kamu, aku ngerti semuanya. Pasti tiap hati kamu ngangkang buat masku"

"Enak di rojok kon*ol setiap hari? Oh iya aku lupa kamu kan perek pasti gak pernah puas"

"Gimana kalau sekarang giliranku? Kamu gak bosen sama mas ku terus? Sekarang aku ya? "

Dia melucuti pakaianku dan pakaiannya tanpa aba aba dia langsung memaksakan penisnya masuk. Rasanya sakit sekali, mataku terbelakak menandakan rasa sakit yang teramat. Rasanya sama sakitnya seperti dia menyetubuhiku kala itu. Aku menangis sepanjang dia melakukan hal itu. Tapi Dayat malah tertawa saja bahkan malah lebih keras menyiksaku.

"Kok masih sempit aja, padahal tiap hari di ewe. Bagus berarti barangmu"

Dia terus menggunakanku sampai darah kembali bercucur dimana mana dan sampai dimana asaat dia ke pelepasannya. Aku lega karena dia sudah selesai setidaknya dia habis ini akan meninggalkanku.

Ku tunggu punya tunggu dia ternyata tertidur di sampingku, mungkin karena dia lelah.

40 menit aku berusaha melepaskan ikatan yang mengukat tanganku dan akhirnya terlepas juga. Aku memandangi wajahnya yang tengah tertidur, sebenarnya kasihan mengingat cerita hidupnya yang pernah di ceritakan mas Haikal kepadaku. Aku juga tak bisa kalau di suruh membenci Dayat, mukanya sangat mirip dengan Mas Haikal yang memeperlakukanku dengan sangat baik. Oh ya aku belum menceritakan kalau haru selasa lalu mas haikal menyatakan perasaannya kepadaku tapi hanya ku tanggapi senyuman saja. Dia tidak memaksaku menerimanya, jadi aku hanya menjawab ingin di beri waktu dulu. Sebenarnya aku menyukainya juga tapi aku bimbang.

Ku bereskan kekacauan yang telah Dayat perbuat di kamarku. Ku paikan dia pakaian supaya tidak dingin dan aku akan mandi.

Cukup lama aku mandi, membersihkan semua noda di tubuhku. Menyabuni dengan hati hati, kadang cairan bening juga mengalir di mataku.

Hari sudah mulai petang, suara jangkrik mulai terdengar. Tapi saat ku lihat di kamar Dayat masih tertidur, ku bangunkan dia perlahan karena kata orang dulu tidur menjelang magrib itu pamali.

"Yat...... Dayat....... Ba.... Bangun dulu yat....... Yat, udah magrib yat"

Aku membangunkannya dengan ragu ragu takut dia marah, tapi setelah ku bangunkan dia hanya berpindah posisi tidur tak kunjung bangun. Sebal sebenarnya ingin aku menendang dia dan ku suruh bangun, tapi aku takut menyentuh dia aja takut.

"Yat..... Sudah surup, dilanjut nanti aja tidurnya"

Manik mata itu akhirnya terbuka, aku sedikit menjauh takut di pukuli. Langsung ku tundukkan kepalaku, aku takut sekali walau dia belum melakukan sesuatu.

"Jancok, ganggu wae "

"Maaf yat, udah sore pamali kalau tidur surup surup"

Dia hanya menatapku malas, kami terdiam sekitar 3 menit dan suara perutnya memecah keheningan. Pasti anak itu belum makan, perutnya berbunyi keras sekali.

"Yat makan dulu yuk, nanti kamu sakit kalau gak makan"

"Iso meneng gak cok"

Aku hanya mengelus dada dan keluar dari kamar menyiapkan makanan untuk dayat. Ku tata makanan dan minum menggunakan nampan untuk ku suguhkan ke Dayat, dia tak akan mau kalau ku suruh ke meja makan. Aku membawa makan itu ke kamar, ku lihat Dayat hanya melamun saja entahlah apa yang dia pikirkan.

"Yat dimakan dulu, maaf ya cuman ada sayur bening sama ikan laut, soalnya tadi cuma sempet beli itu"

"Ngomong aja kalau duit nya habis, kan si Haikal gak kesini jadi kamu gak punya uang"

Aku takut untuk berdebat akhinya hanya diam dan menyodirkan makanan. Saat aku menyodorkan nampan itu sempat aku bersentuhan dengan kulitnya, rasanya panas setelah ku lihat kagi mukanya Dayat juga sedikit pucat. Yaampun pasti dia sedang demam, kasihan sebenarnya kalau melihat dia aku seperti melihat Mas Haikal. Coba saja mas haikal yang ada di sini pasti dia akan ku rawat.

Makanan itu di habiskan dengan cepat oleh dayat sampai tak tersisa, syukurlah dia mau makan makanan milikku. Setelah makan dia beranjak ingin pulang, tapi ketika dia turun dari ranjang dia terjatuh dan memegangi kepalanya piring yang ada di kasur pun pecah karena jatuh terkena senggolan. Pusing pasti karena dia memenangi kepalanya sambil meringis. Ku tuntun dia untuk kembali ke kasur, karena dia sangat lebih besar datiku aku sedikit kesusahan untuk memapahnya.

"Yat maaf kayaknya kamu lagi sakit, kalau kamu mau boleh kok kamu di sini dulu. Takutnya ditumahmu gak ada orang"

"Tau apa kamu sama keadaan rumahku?"

"Nggak gitu, aku kemarin di kasih tau mas haikal kalau ibu bapakmu sedanga da urusan di kota jadi kalian sendiri di rumah"

Dia hanya diam dan berbaring di ranjang. Aku membersihkan pecahan piring dengan hati hati, kalau kalau nanti sampai terkena tanganku pasti aku kesakitan.

Ku bawa pecahan itu ke dapur dan membuangnya ke tempat sampah. Aku membuka kulkas dan melihat ternyata ada kompres instan yang aku simpan di kulkas, ini bisa ku gunakan untuk mengompres Dayat aku juga membawa paracetamol dan air untuk Dayat.

Sesampainya di kamar aku melihat Dayat telah tidur, karena aku takut menganggunya aku hanya memasangkan kompres instan di dahinya dan memandang wajahnya lamat lamat.

"Maaf ya yat, kalau aku ada salah ke kamu. Pasti aku salahnya banyak ya sampai kamu marah banget setiap ketemu aku"

"Aku selalu ingat semua perbuatanmu yat, karena itu sakit banget. Tapi kalau kamu nanti sadar dan mau minta maaf aku ya maafin kamu, tapi gak akan ku lupain semua perbuatanmu"

Aku mengelus kepalanya sambil menangis tersedu sedu, tapi beberapa waktu berlalu tangisku terhenti takut tangisku menganggu dayat aku memutuskan keluar dari kamar dan pergi ke kamar sebelah.

"Cepet sembuh ya Dayat"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Story Of BillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang