Haikal pov
Aku yakin hari ini hari minggu, aku juga yakin hari sudah pagi, dan aku juga sangat sangat yakin kalau ini bukan kamarku. Kamar siapa ini? Kamarnya kecil banget cuma sekitar 2m x1,5 m kurang lebih. Kamarku lebih besar, bahkan tidak ada lemari plastik warna pink gambar hello kitty, seperti kamar perempuan.
Dingin sekali pagi ini, Seperti tidak menggunakan baju. Eh tapi....
"Bajingan bajuku endi?"
"Cok iki omahe sopo, njing kurangajar sopi sing nyulik aku"
Aku mencari bajuku dan ternyata tergeletak di pojokan kamar.
"Duhlah omahe sopo iki bajilak, arep njengking ae susah"
Aku terus menggerutu dengan tempat ini, sumpil tempatnya ampek walau wangi tapi kecil untuk ukuran aku yang kayan tower. Kamarnya juga tidak ada jendelanya cuma ada angin angin di atas pintu, anjinglah tempat macam apa ini. Aku buru buru keluar kamar ini, tapi saat ingin membuka pintu pintunya di kunci dari luar. Ini fiks diriku di culik, tapi kenapa mau nyulik aku?.
Ku dudukkan pantatku di kasur dan sedikit mengingat ingat tadi malam aku melakukan kehiatan apa.
"Cok, tadi malem aku ngapain aja ya? Perasaan pulang kuluah terus mampir di rumah Dika. Disana aku juga gak lama sampe kopiku habis tapi aku ngelak maneh terus aku minum air. Airnya pait terus aku pusing, aku pamit mulih terus giaman yo? Ndak ingat aku"
Aku terus berpikir sampai......
"Kontol kui mesti alkohol, bukan air putih kui. Asu tenan.... Kui mestialkohol"
"Haduhhhhh seorang aku? Mabuk? Koclok rusak sudah image lelaki baikku"
Aku ingin segera pulang, eh nggak sebelum itu aku harus bertemu dengan penculikku dan menanyakan apa yang dia inginkan.
'Dak Dak Dak'
"Woy yang di luar tolong bukain pintunya saya mau pulang"
"Woy yang di luar tolong bukain pintunya"
Aku terus berteriak seperti itu samapi suaraku serak, bjir suara emas ku.
Karena capek berteriak aku mendobrak pintu kayo di depanku, pintunya agak reot sih makanya sekali hantam langsung jebol.
'Brak'
Wey langsung menghadap ke ruang tamu ternyata, eh tapi kayaknya aku ndak asing sama ruang tamu ini soalnya dulu kayaknya pernah masuk.
Aku meenlysuri rumah ini sampai ke belakang belakangan sampe ke tempat pembuangan sampahnya. Setelah keluar dari rumah aku baru tau ternyata ini rumah Billy, laki laki cantik itu hahaha. Aku sellau panggil dia laki laki cantik soalnya dia emang cantik, nanti kalau dia gak nikah nikah aku mau lah nikahin hahahahah.
"Weh, kalau aku di kamarnya berarti penculikku Billy? "
"Anjay aku di culik Billy, gak rugi lah aku di culik"
"Terus di mana ya Billy nya daritadi gak ketemu ketemu padahal rumahnya sempit kek rumah burung. Gak deng bercanda mana ada rumah burung bisa di masukin tubuh bongsorku"
Aku terus bergumam, sesekali mengomentari apa yang ada di depanku dan diam. Aku menunggu pemilik rumah datang dan aku akan meminta kejelasan sama dia, terus tadi aku juga rasa kayaknya bibirku agak sakit. Kurasa....... Anjay si Billy brutal juga.
Sekitar jam 8 siang ada suara motor matic yang berhenti di depan rumah Billy, aku berharap semoga ini Billy sungguhan.
"Duh kenapa ya pintunya kebuka? Apa mas Haikal udah sadar ya? "
Wey suara halus nan lembut yang aku idamkan ternyata datang juga. Aku segera menghampiri Billy dan akan menanyakan apa yang terhadi tadi malam.
Tapi saat kita bertemu Billy sedikit kaget dan terlihat ketakutan. Ada apa anak ini sebenarnya? Sejelek itukah aku? Atau aku menyeramkan?
"Bil kamu gak apa apa? "
"Nggg ngggg nggak apa apa Mas Haikal"
Dia menjawab pertanyaanku dengan terys menunduk. Kenapa sih anak ini ketakutan? Aku beneran serem nih kayaknya. Dia selalu gagap saat menjawab, dia juga bergetar ketakutan dan terus menunduk, kayaknya ini bukan aku yang menyeramkan secara penampilan tapi tadi maalm ada yang aku lakukan.
"Bil? Aku mau tanya kok bisa ya aku ada di sini? "
"Emmmmm tadi malam hujan mas makanya mas neduh disini"
"Selain itu Bil? "
Dia langsung berlari ke dapur, tapi ku buntuti dan aku melihatnya menangis. Tangisannya sangat pilu, bahkan aku tak sanggup mendengarnya. Sebesar itu kah kesalahanku?.
Aku mendekatinya perlahan dan memegang bahunya berharap dia berbalik menghadapku dan menjawab pertanyaanku. Tapi Billy malah mendorongku dan semakin bergetar ketakutan. Dia melemparkan seluruh barang yang ada di dekatnya, hingga terakhir dia mau melemparkan pisau kepadaku. Tapi ku tahan, darah segar mengucur dari tanganku dan Billy melihatnya. Setelah melihatnya barulah dia duduk di kursi meja makan dan pandangannya kosong.
Aku mendekatinya lagi dan menanyakan rasa penasaranku.
"Okey.... Bil tenang dulu ya? Aku gak bakal ngapa-ngapain kok. Aku cuma tanya tadi malem aku kenapa dan apa aku ada salah ke kamu? "
"...... "
"Okey Billy gak apa apa kalau kamu gak mau jawab, tapi kayaknya aku punya masalah besar sama kamu"
"......"
Aku berjongkok di depan Billy, ingin menatap mukanya. Mungkin dengan ini dia sedikit tidak takut denganku dan aku bisa minta maaf dengan tulus.
Tapi saat aku melihat wajahnya yang di lakukan dia pertamakali adalah memejamkan mata dan terisak. Buliran demi buliran air mata dia keluarkan. Se emosional itu dia sekarang, meluapkan rasa sakitnya. Menuruti instingku aku memegang tangannya yang dia letakkan di atas pahanya dengan niat menenangkan. Kali ini tak ada penolakan terhadap perlakuanku padanya, artinya dia sudah mulai tenang.
"Kenapa.... "
Satu kata pertama setealh dia terisak dan aku mengenggam tangannya.
"Kenapa tadi malam mas Haikal tega lecehin aku?........ Jijik aku sama diriku, apa segitu salahnya aku sama keluargamu, sampe kalian tega selalu menindasku di bawah kaki kalian. Aku tau aku miskin, aku juga tau fisikku gak sama kayak laki laki lain, tapi jangan gitu. Aku juga manusia, aku juga ingin hidup normal kayak kalian toh bukan kemauanku terlahir kayak gini"
Tanganku menghapus air matanya, segitu beratkah kehidupannya, terus juga apa yang anggota keluargaku lakuakan dengannya sampai dia mengatakan itu padaku.
"Hey Billy maafin aku ya kalau aku tadi malam lecehin kamu. Aku waktu itu gak sadar aku mabuk, kalau aku sadar aku gak bakal ngelakuin hal itu ke kamu, aku gak gila Billy. Okey kalau sekarang gak mau maafing aku gak apa apa soalnya perbuatan ku udah keterlaluan. Terus juga makasih tadi malem udah mau nolong aku, kalau bukan kamu yang nolong aku juga gak tau apa yang terjadi"
Dia semaki menangis kencang, sangat kencang. Ku peluk dia erat dia juga tak kalah memelukku erat, sangat erat.
Billy aku akan menebus kesalahku dengan apapun itu, kelakuan bejatku memang tak termaafkan. Semoga hal baik selalu mengelilingi kamu setiap saat
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Billy
Fantasía"Menghilangkan trauma untuk masalalu yang di toreh itu bukan hal mudah. Aku telah menerimamu sekarang bukan berarti aku memaafkan dirimu yang dulu" - Billy "Terserah kamu mau memaafkan atau tidak, aku cuma mau bilang terimakasih" - Dayat