1. Gara-gara Piya

145 39 23
                                    

Malam itu, langit Surabaya diselimuti awan tipis berwarna abu-abu. Udara terasa sejuk dan tenang, menyeruak ke dalam kamar Hanna melalui jendela yang terbuka lebar. Cahaya lampu jalanan yang temaram menerangi ruangan, menciptakan suasana yang syahdu dan menenangkan. Hanna duduk di dekat jendela, menikmati secangkir teh hangat sambil membaca buku kesukaannya.

Suasana hening tiba-tiba terusik oleh bunyi notifikasi dari ponselnya. Hanna mengernyit, menoleh ke arah ponsel yang berkedip-kedip di atas meja. Ia membuka pesan dari grup WhatsApp teman-temannya.

|sepiya

han, eloh agy dimana? Mw nonton konser Nadin egaxx? btweh gue udaa beli tiket enich!

Hanna terdiam sejenak, menatap layar ponselnya. Ia sebenarnya tidak berencana untuk keluar malam ini. Namun, ajakan teman-temannya membuatnya sedikit tergoda. Konser Nadin Amizah? Ia memang suka lagu-lagu Nadin, tapi ia juga merasa tidak nyaman berada di tengah keramaian.

Hanna menghela napas, mencoba untuk memutuskan. Ia menatap kembali halaman buku yang terbukak, lalu kembali menatap layar ponselnya. Malam yang tenang, diiringi secangkir teh hangat dan buku kesukaan, atau malam yang penuh dengan musik dan keramaian bersama teman-teman?

Hatinya berbisik, "Aduh anaknya Ramli ini, dia ga paham amat sama temennya yang introvert"

Hanna pun mengetik balasan, "Yowes, aku mung ikut"

Senyum tipis terukir di bibirnya. Hanna pun bergegas bersiap-siap, siap untuk menikmati konser Nadin Amizah bersama teman-temannya.

Di malam konser Nadin Amizah, Hanna mengenakan baju yang nyaman dan sederhana, mencerminkan kepribadiannya. Ia memilih kaos putih berlengan pendek dengan motif gambar bunga kecil-kecil yang lembut. Untuk bawahannya, ia memakai celana jeans biru tua yang memberikan kesan kasual namun tetap manis. Hanna melengkapi penampilannya dengan sepatu sneakers putih yang nyaman untuk beraktivitas dan membuatnya terlihat lebih energik. Rambutnya yang panjang dan hitam dibiarkan terurai, memberikan kesan natural dan menonjolkan kecantikan alaminya. Hanna juga membawa tas selempang kecil berwarna cokelat muda untuk menyimpan ponsel dan dompetnya.

Hanna sudah siap dengan pakaiannya yang sederhana namun tetap manis. Ia berdiri di depan pintu rumahnya, menunggu mobil teman-temannya tiba. Sesaat kemudian, sebuah mobil SUV berwarna putih berhenti di depan rumahnya. Dari dalam mobil, Sepi, sapaan akrab Seprilya Berliana Mantiri, menyapa Hanna dengan senyuman lebar.

"Han, ayo! nanti telat nih," kata Seprilya sambil membuka pintu mobil.

Hanna pun masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi belakang, disamping Sarah dan Intan, juga Griya yang akan menemaninya ke konser. Seprilya, yang berada di balik kemudi, langsung melajukan mobilnya ke arah tempat konser.

"Eh, Han, klamben ndasmu apik tenan," kata Sarah, mengucapkan pujian kepada Hanna.

Hanna hanya tersenyum malu-malu. Ia memang tidak suka berdandan berlebihan. Ia merasa nyaman dan percaya diri dengan penampilannya yang sederhana.

"Iyo, Han. Lucu banget, cocok sama acara kita malam ini," timpal Intan.

Hanna kembali tersenyum. Ia senang teman-temannya menyukai penampilannya. Mereka berempat pun berbincang-bincang ringan selama perjalanan, mengobrol tentang konser Nadin Amizah dan rencana mereka setelah konser.

Suasana di dalam mobil terasa hangat dan menyenangkan. Hanna merasa bersyukur memiliki teman-teman sepertinya. Mereka selalu mendukungnya dan membuatnya merasa nyaman. Ia pun semakin bersemangat untuk segera menikmati konser Nadin Amizah bersama mereka.

Mobil Sepi pun melaju dengan lancar di jalanan kota Surabaya. Hanna menikmati pemandangan malam hari dari jendela mobil. Lampu-lampu jalan yang berkelap-kelip dan suara kendaraan yang merdu menciptakan suasana yang unik dan menarik. Hanna merasa bahagia dan bersemangat untuk menjalani petualangan malam ini bersama teman-temannya.

Mencintai Perwira NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang