Waktu yang lama, banyak yang berubah termasuk kau dan aku.
~Asha Alora Elodia~
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
"Pagi ku cerahku matahari bersinar, ku gendong tas kerja ku dipundak. Selamat pagi semua nama saya Asha, gadis cantik yang bekerja di perusahaan besar." Asha, gadis itu bernyanyi ria bak tidak ada beban. Kesana kesini melantunkan lagu yang liriknya dia ubah ubah.
"MAH ANAK EMAS MU TURUN!" Teriak Asha padahal dirinya masih menuruni tangga tapi sudah berteriak kencang. Asha dan suara cempreng nya yang sudah melekat.
"Anak emas pantatku! Anak adopsi ialah," balas abangnya mengejek. Sungguh rasanya Asha ingin sekali mencakar wajah dan mencubit bibir abangnya itu agar tidak bisa mencemooh dirinya lagi, tapi mau bagaimana pun abangnya adalah salah satu bank berjalan setelah ayahnya baginya.
Karena memang sudah terbiasa di komentari seperti ini oleh Dean, sang abang minim akhlak. Asha pun hanya abai membiarkan abangnya itu bersahut ria dengan ejekan ejekan yang ditujukan padanya.
"Gadis cantik ayah sudah bekerja sekarang," seru David ketika melihat sang anak gadisnya yang sudah rapi dengan kemeja putihnya itu. Jika dilihat sekilas anaknya ini terlihat seperti orang normal.
"Kaya anak normal kan pah, anak kita," ucap Widya dengan lugas seperti yang dikatakan nya bukan lah hal yang salah.
"Iya mah," diangguki oleh David.
"Berarti selama ini Asha ga waras dong mahh." Dean tidak mampu menahan tawa melihat ekspresi dan tutur kata ibunya yang teramat polos itu. Menyemburkan gelak tawanya pada wajah Asha yang kini terlihat masam. Entah kemana senyum yang lebar tadi itu menghilang.
"Capek, punya keluarga modelan kaya gini. Di rosting Mulu perasaan dah."
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
Asha masuk kedalam gedung besar itu dengan senyuman lebar yang menghiasi pipinya. Menebar senyum pada setiap pekerja yang sudah mulai melakukan aktivitas masing masing.
"Nona!" seru seorang wanita dari arah belakang, tentu saja Asha berbalik untuk melihatnya. Yah, wanita yang kemarin, mengantarkannya untuk interview.
"Iya."
"Ikut saya. Saya akan mengantar anda keruangan direktur kami," ucap wanita itu.
"Terimakasih, Anna," balas Asha. Dari mana Asha tau namanya? Tentu saja dari nametag yang tertera di pakaian Anna.
"Silakan ikuti saya." Asha mengikuti langkah Anna dari belakang. Mereka saat ini berada di ruangan yang diatas pintunya bertuliskan, CEO.
"Ayo masuk." Baru saja masuk, tapi Asha sudah melotot dan berteriak pada seseorang yang sedang duduk di bangku milik bosnya.
"ELO?! NGAPAIN LO DISINI!" Teriak Asha ketika melihat sosok Malvin di ruangan bosnya.
"Nona kecilkan suaramu. Dia adalah CEO dari Vincent Company," ujar seseorang wanita yang mengantarnya.
DEMI KOLOR SPONGEBOB ABANGNYA! TOLONG BAWA ASHA PERGI DARI SINI! SIAPAPUNNNN!!
"Jadi nona Asha, tidak kah kau berniat meminta maaf dengan bosmu?"
Malvin tersenyum kecil, TIDAK!! itu bukan senyum melainkan smrik khas milik Malvin. Habislah... Kehidupan kerja yang dipikirkan nya baik malah jadi bencana seumur hidup!!
MONYET, KAMBING, BAB*, AYAM, ANJ*NG
tentu saja makian itu hanya bisa Asha teriakan dalam pikirannya."Nona, tuan sedang berbicara dengan mu." Anna, wanita itu menyenggol lengan Asha seakan memberikan kode agar Asha meminta maaf.
Malas banget Asha meminta maaf pada malvin. Apalagi sekarang Malvin sedang menatap nya dengan raut wajah mengejak! BENER BENER MENYEBALKAN! Rasanya Asha ingin berubah jadi ultraman dan pergi dari sini secepatnya.
"Maafkan atas ketidak sopan annya tuan. Dia masih pegawai baru," ucap Anna menggantikan Asha meminta maaf. Dari gelagat Asha, Anna sudah tau bahwa Asha tidak akan meminta maaf. Karena itulah Anna menggantikan Asha meminta maaf, lagian Asha terlihat seperti gadis yang baik.
"Aku tidak meminta penjelasan mu. Sekarang keluar lah dan tinggal kan kami berdua." Kalimat yang keluar dari bibir Malvin adalah sebuah perintah yang mutlak karena dari itu Anna langsung mengangguk dan melangkah untuk pergi. Tapi langkahnya terhenti ketika Asha menarik lengan pakaiannya seperti tidak mengikhlaskan bahwa dirinya akan pergi dari ruangan ini.
"Saya permisi tuan," ucap Anna terakhir sebelum keluar dari ruangan tersebut.
Netra mereka saling bertatap, tapi tidak butuh waktu lama untuk Asha mengakhiri tatapan itu. Wajahnya berpaling menghindari tatapan Malvin yang menatapnya tajam.
"Hehehe, halo bos," ucap Asha canggung disertai cengiran dan senyum yang terke dipaksakan. Namun aksinya yang menyapa tidak mendapat reaksi dari Malvin. Malvin hanya diam di bangku kekuasannya itu namun matanya tak lepas dari sosok Asha. Yang sebenarnya adalah sosok yang sangat dirinya rindukan.
KASI JAWAB KEK SAPAAN GUE! hati Asha berteriak ingin sekali mencakar wajah tampan milik mantan kekasihnya ini.
"Baiklah, kalau tidak ada yang ingin dibicarakan saya akan keluar."
"Siapa bilang kalau kamu bisa keluar? Ingat, disini saya lah yang mengatur. Kau keluar atau tidak dari ruangan ini itu harus dengan persetujuan ku." Malvin dapat melihat dari mata Asha bahwa Asha sangat siap untuk mencakar nya saat ini.
"Dih maksa," frontal Asha. Sungguh bahwa dirinya tidak sadar mengatakan itu. Mampus, Asha salah bicara! Mungkin untuk sesaat Asha lupa bahwa statusnya bukan lah orang penting lagi bagi Malvin.
"Terserah, sekarang ambilkan saya kopi." Mengalihkan pandangan nya kembali ke berkas berkas dihadapan nya. Mengabaikan wajah Asha yang terlihat seperti ingin mencabik cabik dirinya sekarang.
Ternyata Asha yang Malvin rindukan tetap sama, dirinya tidak banyak berubah.
Masih saja tinggi tubuh Asha berada dibawah Malvin. Gadis dengan kulit putih dan tahi lalat disamping mata kanannya. Rambut bergelombang miliknya yang selalu digerai, serta jangan lupakan mata coklat teduh itu yang dapat menghanyutkan siapapun. Dirinya masih saja menjadi sosok 'sempurna' bagi Malvin.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
Sampai sini duluu
Hargai author dengan vote and komen agar author juga semangat nulisnya.See you next chapter readers
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Sekretaris!
Teen FictionAsha Alora Elodia, dirinya sangat frustasi ketika tahu bahwa dirinya akan menjadi sekertaris dari Malvin Asael Vincent, mantan kekasihnya. Dimana berakhirnya hubungan mereka tidak terjadi dengan baik. Seperti dipikirannya Malvin bosnya itu terus ter...