prolog

77 11 4
                                    

Hai hai, nemuin cerita ku dari mana nih? Semoga betah ya bacanya, ini cerita pertama ku jadi rada gak jelas 🥰

Hai hai, nemuin cerita ku dari mana nih? Semoga betah ya bacanya, ini cerita pertama ku jadi rada gak jelas 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukan kek gini Aaallll, ya Allah," Grey memegang kepalanya yang serasa mau pecah. Tugas belum selesai malah di tambah curut yang tak tahu diri datang ke rumah dan minta jawaban.

"Bener loh ini, liat liat, Lo ngajarinnya kan kek gini," Albiru masih kekeh dengan pendiriannya walau jawabannya salah.

"Ah, terserah, pulang sono," usir Grey yang sudah tak tahan lagi. Gadis itu berdiri dan kembali duduk lesehan untuk mengerjakan tugas.

Bukannya pergi, lelaki dengan nama lengkap Albiru Ozkan Pradipta malah ikut duduk lesehan sembari menganggu sahabatnya itu.

"Albiru?!! Lo kalo gak niat belajar gak usah minta bantuan dong, buang waktu, gak guna?!!" Bentak Grey. Wajahnya sudah merah padam karena kesal, jika bisa, ia akan menyeret lelaki di sebelahnya dan membuangnya di got depan rumah.

"Ya gue bilangin bunda, rumah Lo kan rumah gue juga," ucap Albiru enteng dan lanjut memainkan helai rambut Grey.

"Kalo rumah gue rumah Lo, berarti rumah Lo juga rumah gue," ucap Grey tak sabar dan mulai membereskan buku bukunya.

"Eh, mau kemana?" Tanya Albiru sembari mengamati Grey yang menata bukunya dengan kesal.

"Ke rumah gue yang satunya, Lo di sini aja," ketus Grey berdiri dan berjalan keluar rumah untuk menuju rumah sebelah atau lebih tepatnya rumah milik Albiru.

"Pms kali ya? Moodyan amat," sinis Albiru dan menyusul Grey setelah menata bukunya.

Rumah mereka sudah bersebelahan sejak dulu. Tetapi Albiru dan Grey tak pernah akur, ada saja perkelahian walaupun hal sepele.

"Jangan ngambek dong Grey, gue kan cuma becanda," ucap Albiru melihat wajah Grey yang kusutnya tak karuan. Gadis itu kini berada di kursi depan meja pantry yang berhadapan dengan dapur.

"Udah deh, jangan ganggu Grey Mulu, kamu kalo ganggu dia lagi, mamah gak kasih makan siang," sahut Diandra yang tengah berkutat dengan alat dapur untuk memasak makan siang.

"Maaahh, aku anak kandung mamah loh, masak belain Grey," protes Albiru yang tak terima. Ia menoleh dan melihat Grey yang sudah menjulurkan lidahnya meledek.

"Ya biarin, gih sana, dapur sumpek kalo kamu ke sini," ucap Diandra ketus. Grey menahan kekehannya yang hampir keluar melihat tatapan Albiru yang tidak bersahabat.

Tangannya di kibaskan seolah mengusir hama kecil yang mengganggunya. Albiru pun mengalah dan pergi dari dapur, lagipula ia memiliki janji sebentar lagi.

Lelaki berusia 17 tahun itu pergi ke kamarnya untuk bersiap. Hanya perlu waktu beberapa menit bagi Albiru melakukannya dan turun kembali.

"Widih, mau kemana nih? Ikut dong," ucap Grey melihat sahabatnya itu sudah rapi nan wangi. Agaknya lelaki itu memiliki janji penting hingga memakai setelan jas hitam.

"Mau kemana Al?" Sahut Diandra sembari meletakkan celemek yang di gunakannya. Jarang jarang ia melihat anak semata wayangnya memakai jas. Paling kalau tidak di paksa memakainya juga tidak mau.

"Adadeh, nanti kalian juga bakal tau," ucap Albiru santai. Dia berjalan mendekat ke kursi kosong yang ada di sebelah Grey.

Wangi maskulin masuk ke indra penciuman Grey. Jika biasanya kaum hawa klepek klepek dengan Albiru, beda cerita dengan Grey yang sudah biasa.

"Ck! Lo bisa gak sih, sehari aja gak gangguin gue?!!" Sentak Grey yang kembali murka karena Albiru yang sudah mulai mengganggu.

"Enggak, gangguin elo adalah salah satu kewajiban yang harus dilakukan," ucap Albiru dan kembali menusuk-nusuk pipi chubby milik Grey yang selalu membuatnya gemas.

"Isshhh, Lo pengganggu tau?!?" Grey kembali membentak Albiru meski tak berefek apapun.

Diandra hanya bisa menggeleng heran, tangannya gatal untuk menjewer telinga anaknya itu. Grey sudah di anggap anak olehnya.

"Kamu kalau terus ganggu Grey, gak bakal mamah kasih makan," jari telunjuk Albiru berhenti menusuk nusuk pipi Grey dan menatap ibunya tak percaya.

"Mamah gak asik deh, anaknya sendiri gak pernah di belain," ucap Albiru cemberut kesal. Tangannya terlipat di depan dada.

Matanya melirik sinis gadis cantik di sampingnya yang tertawa tertahan.

"APA?!?" Sarkas Albiru. Tawa Grey meledak ledak hingga memukul meja berkali kali.

Tidak cocok sekali jika Albiru yang memiliki badan atletis dan kini badan itu terbalut jas malah memanyunkan bibirnya.

"Bwahahahaa,,, jangan sok imut deh, jijik tauk liatnya, gak cocok," ucap Grey memegangi perutnya yang kram karena terlalu banyak tertawa, bukannya berhenti, tawa Grey makin menjadi jadi karena Albiru yang menatapnya sinis.

"Udah udah, ayok makan, mamah masak spesial kali ini, gulai ayam favorit kaliaaann," Diandra membawa wadah berisi gulai ayam yang menjadi makanan kesukaan Grey dan Albiru.

Mata dua remaja itu berbinar binar melihatnya, segera mengambil nasi yang masih hangat dan menyambar gulai ayam itu.

Grey dan Albiru memakannya dengan lahap hingga habis tak tersisa. "Masakan mamah, eeemang terbaik," ucap kedua remaja itu tersenyum riang.

"Iya dong, siapa yang masak? Mamah Diandra," bangga wanita paruh baya itu. Selain berhasil menjadi ibu untuk Albiru, ia juga berhasil menjadi ibu bagi Grey.

Tak berselang lama, wadah yang tadi penuh dengan gulai yang enak sudah tidak ada dan berpindah ke perut Albiru dan Grey, bahkan yang memasak hanya mengambil sepotong paha ayamnya saja.

"Aku berangkat dulu ya mah," Pamit Albiru. Berdiri dan menyalami ibunya.

"Lo gak pamit ke gue?" Tanya Grey menaikkan alisnya angkuh.

Albiru memutar bola matanya jengah. "Tuan putri yang cantik, hamba izin keluar karena ada janji, apakah anda mengizinkan?" Albiru membungkuk hormat layaknya seorang bawahan pada tuan putri kerajaan.

"Hihi, ekhmm, baiklah, aku izinkan kamu pergi dengan satu syarat," ucap Grey seperti tebakan Albiru.

"Iya? Anda ingin apa?" Tanya Albiru tersenyum paksa pada sahabat laknatnya.

"Aku ingin kamu bawakan sekotak susu vanilla dan dua buah es krim coklat," jawab Grey di respon anggukan oleh Albiru.

"Yasudah, hamba permisi karena waktu semakin mepet, assalamualaikum," Grey dan Diandra menjawab salam lelaki itu yang berlalu pergi.

"Aku bantuin ya mah?" Grey menawarkan bantuan pada Diandra yang bersiap mencuci piring.

"Nggak usah, kamu lanjutin belajarnya aja," tolak Diandra halus.

"Udah selesai kok, mamah istirahat aja," ucap Grey. Diandra nampak berpikir lalu mengangguk dan Grey mengambil alih pekerjaannya.

"Bunda gimana kabarnya?" Diandra memulai pembicaraan di antara mereka.

"Baik mah, tadi pagi bunda telepon sama aku," sahut Grey.

"Terus pulangnya kapan?" Tanyanya lagi.

"Emmm, bunda bilang bakal pulang tahun depan," jawab Grey. Semoga ibunya tak mengingkari janji lagi.

I Call Him Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang