chapter 2

30 9 1
                                    

Vote + coment

Bukankah aneh jika kita ingin melupakan perasaan malah setiap harinya bertemu? Itu yang Grey rasakan saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukankah aneh jika kita ingin melupakan perasaan malah setiap harinya bertemu? Itu yang Grey rasakan saat ini.

"Cobain deh masakan gue, Lo pasti suka," Grey menatap ragu masakan yang di buat Albiru. Dari tampilannya saja kurang menyakinkan.

"Lo gak niat racunin gue kan?" Tanya Grey. Albiru menggeleng ringan lalu menyendokkan masakannya juga dari resepnya.

"Pesawat terbang mau mendaraaatt," Albiru menerbangkan sendok itu seperti seorang ayah yang akan menyuapi anaknya.

"Gue bisa sendiri," cegah Grey ketika sendok itu sudah berada di depan bibirnya.

"Eitss, enggak boleh, ayo buka mulutnya," Grey berdecak kesal lalu dengan sangat terpaksa membuka mulutnya untuk menerima suapan Albiru.

Mata Grey berbinar seketika merasakan enaknya masakan yang tak tahu namanya apa ini, ia kira rasanya akan buruk dan tidak layak di makan melihat dari covernya.

"Gimana? Enak kan?" Tanya Albiru menaik turunkan alisnya. Grey mengangguk girang.

"Enak banget, Lo belajar darimana kok bisa masak?" Tanya Grey lalu merebut sendok yang tadinya di pegang Albiru.

"Gue belajar sendiri lah, apasih yang gak gue bisa?" Lontar Albiru penuh percaya diri. Tetapi Grey tidak menggubrisnya dan dengan cepat menghabiskan makanannya.

"Lo udah gak makan berapa tahun sih?" Tanya Albiru yang melihat Grey memakannya dengan rakus.

Celemek dan topi chef Albiru lepas dan letakkan di tempatnya. Sebenarnya ia tak berniat untuk memakai topi chef, agar lebih keren saja katanya.

"Lo mau gak ikut gue nanti?" Tanya Albiru. Kini keduanya memilih duduk di sofa dengan Albiru yang mengganggu Grey lagi.

"Kemana?" Tanya Grey. Sudah lama Albiru tidak mengajaknya pergi bersama.

"Ke mall, mau gak?" Dahi Grey berkerut bingung. Tumben sekali Albiru mengajaknya ke mall.

"Ngapain?" Tanya Grey penasaran. Tapi respon yang menyebalkan yang di beri Albiru, hanya menaik turunkan alisnya saja.

Tolong bantu Grey untuk turun kembali ke tanah. Bukannya hilang, rasa cintanya malah bertambah besar jika begini.

"Jam berapa?" Tanya Grey lagi.

"Dua jam lagi," seketika Grey menoleh kaget mendengarnya.

"Hah?! Dua jam lagi?! Itu gak cukup buat gue make up," ucap Grey meninggikan suaranya.

"Lo mau dandan cantik cantik buat siapa sih? Tetep aja Lo gak cantik," sinis Albiru. Bukannya marah, Grey malah tersenyum malu malu.

"Lo jangan sungkan-sungkan, gue tau kok kalo Lo gak suka kan kecantikan gue dilihat lelaki lain?" Tuding Grey.

I Call Him Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang