chapter 4

20 6 0
                                    

Vote + coment

"Anara, sejak pertama kali kita ketemu, aku ngerasa nyaman sama kamu, kamu baik, kamu cantik, kamu menarik, mungkin ini terlalu cepat, tapi aku udah gak bisa sembunyiin perasaan ini, a-aku suka sama kamu Anara," pernyataan cinta Albiru di saksikan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Anara, sejak pertama kali kita ketemu, aku ngerasa nyaman sama kamu, kamu baik, kamu cantik, kamu menarik, mungkin ini terlalu cepat, tapi aku udah gak bisa sembunyiin perasaan ini, a-aku suka sama kamu Anara," pernyataan cinta Albiru di saksikan semua siswa/i.

Mereka semua pun sempat kaget kala Albiru menyuruh untuk berkumpul di lapangan, ternyata tidak lain tidak bukan adalah pernyataan perasaannya.

Hening. Tidak ada yang bersuara, menunggu sang ketua OSIS untuk menjawabnya. Anara sendiri pun tidak menyangka jika lelaki yang dekat dengannya selama seminggu ini malah membuatnya terdiam seribu bahasa.

"Terima!!"

Akhirnya ada seorang siswa yang mendahului untuk menyoraki Anara agar menerima Albiru. Semua siswa/i mulai ikut menyoraki mereka berdua.

Senyum Anara tak bisa lagi di tahan. Ia tersenyum manis membuat lesung pipinya tercetak, dengan pelan kepala Anara terangguk angguk. Albiru melompat dan reflek memeluk tubuh Anara erat.

Suara sorakan menggoda memenuhi seantero sekolah. Mereka akan menjadi fans baru di couple A, pasangan yang sangat cocok.

Di sisi lain dengan waktu yang sama. Grey tengah beristirahat, badannya tiba tiba menggigil dari tadi malam. Suhu tubuhnya pun naik.

Matanya terpejam erat, beberapa selimut tebal menggulung tubuhnya seakan tidak melindunginya dari hawa dingin. Dan sedari tadi, Grey terus terbatuk-batuk hingga tenggorokannya terasa sakit.

'al kenapa gak rawat gue ya? Biasanya dia jagain gue sampe sembuh,' batin Grey. Tidak tahu saja jika lelaki yang ia cintai itu tengah berbahagia karena telah meluluhkan hati Anara.

Drrttt.....

Ponsel Grey bergetar di atas nakas. Tangan Grey berusaha meraih ponsel miliknya untuk melihat ada notifikasi apa.

"Gue kira apa," gumamnya melihat notifikasi itu dari aplikasi sopi. Grey berniat meletakkan ponselnya di nakas lagi, tetapi ponselnya kembali bergetar.

Albiru🙈

Jari telunjuk Grey menarik ikon hijau untuk menerima panggilan video call dari Albiru. Muncullah, wajah Albiru yang langsung memenuhi layar ponselnya.

"Kenapa telpon?" Tanya Grey lemah. Terdengar suara ramai dari sebrang telepon membuat Grey penasaran.

"Lo tau gak?" Tanya Albiru seenaknya.

"Gak," jawab Grey ketus. Dari mana ia tahu jika Albiru saja tidak memberi tahunya?

Tiba tiba tangan Albiru menarik bahu seseorang membuat wajahnya pun terlihat di ponsel Grey. Detak jantung Grey mendadak kian cepat.

"Gue sama Anara pacaran sekarang," wajah bahagia itu. Ucapan itu. Mendadak tangan Grey berubah menjadi jelly, bahkan untuk memegang ponselnya pun sudah tak kuat. 

"Grey? Lo kenapa?" Tanya Albiru panik dari sebrang telepon. Ponsel Grey jatuh dan yang terlihat hanya langit langit kamar Grey.

Tidak ada balasan, Albiru semakin cemas. Apa yang terjadi pada sahabatnya?

Tiba tiba wajah Grey kembali terpampang di layar. Albiru menghela nafas lega melihatnya.

"Lo kemana tadi?" Tanya Albiru. Di belakangnya ramai dengan semua teman sekelas yang ia traktir di kantin. Itu pajak jadian dari Albiru, jika Grey nanti yang paling istimewa.

"Gue matiin dulu ya, panggilan alam," belum sempat Albiru mengeluarkan sepatah kata, Grey sudah memencet ikon merah dan hilanglah wajah Albiru dari layar ponselnya.

Dadanya bergemuruh sakit. Deru nafasnya kian cepat, matanya mulai berkaca-kaca. Setetes air bening meluncur begitu saja dari ekor mata Grey. Sesakit ini?

✨✨✨

Tok.... Tok.... Tok....

Alis Albiru berkerut bingung. Tangannya sekali lagi terangkat untuk mengetuk pintu rumah Grey. Tidak ada jawaban.

Albiru memutuskan untuk menerobos masuk, keadaan rumah Grey gelap tanpa ada satu pun lampu yang di hidupkan. Albiru pun panik dan segera menaiki tangga dengan tergesa-gesa.

Cklk

Gelap. Albiru mencoba mencari saklar lampu berada. Tangannya meraba dinding kamar hingga ketemu. Dalam sekejap, mata Albiru menyipit karena cahaya lampu yang terang menyilaukan.

Gadis yang di carinya nyatanya bergulung kan selimut tebal di atas kasur. Albiru mendekat melihat selimut itu bergetar. Duduk lalu menarik Grey hingga menghadap padanya.

"Grey? Lo sakit? Lo kok gak ngomong ke gue? Kita ke rumah sakit ya? Udah minum obat?" Tanya Albiru beruntun. Kepala Grey menggeleng pelan.

"Gak mau, gue gak suka suntik," ucap Grey lirih lalu memiringkan badannya kembali membelakangi Albiru.

"Yaudah, Lo udah minum obat?" Grey kembali menggeleng, dengan segera Albiru mencari keberadaan obat penurun demam dan membawakan baskom berisi air hangat juga handuk kecil.

Dengan telaten Albiru memeras handuk itu lalu melipatnya dan meletakkannya di dahi Grey. Setelah beberapa saat, Albiru mengambil kembali handuk itu dan kembali memerasnya.

Setelah itu, Albiru turun lagi untuk membuatkan Grey bubur. Ia sangat tahu jika Grey sangat tidak bernafsu untuk makan jika sudah sakit seperti ini.

Grey tersenyum tipis, ia sangat suka jika Albiru mengkhawatirkannya. Apalagi saat sakit, pasti Albiru akan selalu merawatnya hingga sembuh.

'dia gak liat chat gue?' batin Grey mengingat jika tadi ia memberi Albiru pesan jika ia sakit tetapi hingga saat ini lelaki itu tidak membuka pesannya. Tadi pagi pun sama, jika setiap harinya Albiru selalu ke rumah dahulu untuk menjemputnya, tapi tidak, Albiru langsung berangkat ke sekolah.

"Jangan banyak pikiran, Lo lagi sakit, seharusnya Lo fokus sama diri Lo sendiri," kepala Grey menoleh ke pintu, Albiru datang dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur juga segelas air.

"Duduk," titah Albiru. Lelaki itu duduk di tepi ranjang dengan tangannya memegang mangkuk.

"Gak bisa," lontar Grey jujur. Saking banyaknya selimut yang melindunginya, Grey sampai terlihat seperti ulat dengan kepala kecil.

Albiru kembali berdiri dan meletakkan mangkuk itu di nakas. Ia membantu Grey supaya bisa duduk dengan menggendongnya dan memposisikan hingga pas.

Grey menggigit bibir dalamnya kencang. Tahan. Jangan senyum.

"Gue suapin ya?" Ucap Albiru mengaduk bubur yang masih panas itu. Grey mengangguk mantap.

Grey mengunyah pelan bubur di dalam mulutnya dengan pelan sembari menatap intens wajah Albiru. Sahabat yang ia cintai, tetapi semua orang memiliki pilihannya sendiri.

"Gak enak ya?" Tanya Albiru melihat Grey yang mengunyah bubur buatannya sangat pelan.

"Eh, enak kok," ucap Grey lalu memakannya cepat.

"Masak sih?" Monolog Albiru lalu mencobanya sendiri dengan sendok bekas Grey.

"Iiihh, itu sendok gue napa Lo gunain?" Sentak Grey.

"Yaelah, cerewet Lo, kayak gak pernah kek gini," ucap Albiru santai. Memang benar, bukan sekali ini ia makan dengan alat yang sudah di gunakan Grey.

Grey memutar bola matanya malas. Lalu membuka mulutnya untuk menerima suapan Albiru lagi.

'jadi makin cinta deh,' batin Grey.

Aku bingung banget mau bawa alurnya ke mana, ini pun cuma ngasal dan menurutku gak masuk logika. Sumpah, bingung bet🙏😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Call Him Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang