Jangan pergi

269 34 0
                                    


"Di mana ponselku?" Aku bergumam sambil merogoh laci mejaku dan memilah-milah selimut tempat tidur. Harris memperhatikanku dari sudut kamar sambil terus mencari-cari di dalam tumpukan mantel dan sepatu. Sesekali menemukan sendal jepit atau ikat pinggang yang sepi tanpa ikat pinggang yang serasi. Membersihkan bukanlah keahlianku yang mulai aku sesali kerana aku sudah sangat telambat untuk bekerja.

"Harris, apa kau melihat ponselku?" Aku bertanya. Harris menggelengkan kepalanya dan aku mengerang sebelum keluar dari kamarku.

"Kurasa aku harus pergi tanpanya." Aku merengek sambil mengambil tas dan mantelku lalu menuju pintu. Aku berhenti sejenak di depan pintu masuk sebelum jariku menelusuri saku kosongku sebelum dengan panik merogoh tas kecilku.

"Dimana kunciku?!!" Aku berteriak sambil meletakkan tasku dan melangkah ke dapur. Aku memeriksa laci dapur dan meja dapur sebelum menuju ke ruang tamu dan memeriksa bagian bawah bantal. Ini bukan awal yang baik untuk hari ini dan tidak ada gunanya jika Harris hanya duduk disana dan mengawasiku dari ambang pintu.

"Harris, apa kau melihat kunciku?"

"Sebelum kau mencari barangmu, mungkin sebaiknya kau menelpon kantor dan memberitahu mereka bahawa kau akan terlambat."

"Benar juga ya." Aku bergumam sambil bangkit berdiri dan berjalan menuju telepon dapur. Aku menekan nombor pengekang dan setelah beberapa deringan, bosku mengangkatnya.

"Kau dimana?" Dia bertanya, kekesalan jelas terlihat dalam suaranya.

"Aku tidak bisa menemukan kunci rumahku, jadi aku akan sedikit terlambat." Aku bergumam.

"Berapa lama?"

"Aku tidak yakin, aku akan menelponmu kembali ketika aku sudah menemukannya."

"Oke, tidak apa-apa, tapi cepatlah, kita punya banyak pelanggan."

"Baiklah." Aku bergumam lagi sambil menutup telepon dan menghela nafas berat. Apa yang salah denganku? Mengapa aku merasa sangat berat? Aku berbalik dan melihat Harris berdiri di ambang pintu dan sebuah fikiran terlintas di benakku. Kenapa aku tidak memikirkan hal ini sebelumnya?

"Harris, aku berangkat kerja. Bisakah kamu mengunci pintu di belakangku?" Aku sedikit berteriak lalu berlari mengambil mantel dan tasku lagi.

"B-bagaimana dengan kunci dan ponselmu? Harris bertanya. Ada nada aneh dalam suaranya yang terdengar hampir panik. Aku mengabaikannya kerana khawatir dan memakai sepatu botku.

"Aku akan pergi tanpanya. Aku akan bekerja, jadi kamu hanya perlu mengunci pintu di belakangku ketika aku pergi." Aku meraih kenop pintu tetapi segera ditarik kembali. Aku menoleh dan melihat Harris memegang lenganku. Telinga kucingnya ditarik ke belakang dan matanya basah kerana ketakutan. Dia menatapku dengan mata memohon.

"Tolong jangan pergi." Dia memohon. "Tetaplah disini bersamaku." Permintaannya yang kekanak-kanakan mengejutkanku, terutama setelah dia bersikap begitu kasar beberapa hari terakhir. Tetap saja aku tidak bisa bolos kerja jadi aku segera melepaskan tangannya sambil memberinya senyum meminta maaf.

"Aku akan segera kembali." Aku bergumam ketika aku berbalik untuk membuka pintu, satu-satunya hal yang terjadi adalah pintunya tidak bisa dibuka. Aku memutar pegangannya dan aku mendengar kait di dalam membuka dan menutup, tetapi pintunya tetap diam seolah-olah ditahan dengan lem. Aku hendak mempertanyakannya tapi aku merasakan lengan yang kuat melingkari tubuhku dan menarikku ke dalam dada yang hangat. Napas panas Harris menembus melalui rambutku saat dia membenamkan wajahnya di atas kepalaku.

"Jangan pergi." Dia bergumam. Suaranya sedikit bergetar saat aku merasakan air mata panas jatuh ke rambutku. Harris yang melekat bukanlah hal yang baru tapi kali ini membuatku takut. Apakah Harris menangis? Kenapa dia menangis? Kenapa dia tidak melepaskanku? Aku menggoyang-goyangkan lengannya dalam upaya untuk melepaskan diri, tetapi cengkeramannya semakin erat saat dia menarikku lebih dekat.

"H-harris, kenapa kau menangis? K-kenapa pintunya tidak terbuka? Harris tidak menjawabnya tapi aku merasakan dia bergeser ke arahku saat dia perlahan mulai menarikku kembali ke ruang tamu. Saat aku ditarik, mataku menangkap sesuatu yang mengkilap yang menonjol dari kusen pintu dan tubuhku menjadi kaku kerana teror mulai terjadi. Lusinan paku perak kecil telah ditacapkan ke dalam kusen kayu pintu yang menahan pintu agar tetap tertutup.

Harris pasti merasakan ketakutanku kerana dia mulai bergegas sambil menyeretku kembali ke kamarku dan mendorongku ke tempat tidur. Aku segera mencoba untuk bangun tetapi dia mendorongku kembali ke bawah saat dia naik untuk duduk di atasku. Harris mengangkangiku dadaku saat dia membungkuk di atas tubuhku yang menggigil, jarak wajah kami hanya beberapa inci sahaja. Dia sama sekali tidak bergerak mendekat dan aku harus memaksakan diriku mengatasi rasa takutku cukup lama untuk bisa melihatnya.

Harris adalah temanku. Dia lembut dan baik hati. Dia orang yang baik. Tapi sayangnya, Harris yang aku lihat membayangiku bukanlah Harris yang aku kenal dan tinggal bersamanya selama sebulan terakhir.

Bibir tipisnya yang selalu menampakkan senyuman bahagia kepadaku kini berubah menjadi kerutan yang dalam dan rambut merahnya tergerai menutupi matanya. Namun, tidak cukup panjang untuk menyembunyikan dan rona mata keemasannya yang biasanya bersinar dan kini kusam dan kosong. Seperti itulah keadaan Harris sekarang. Kosong dan tak bernyawa. Dia bukan Harris lagi.

"H-harris...ada apa?" Aku bertanya dan aku tersentak saat dia menurunkan salah satu tangannya untuk menangkup pipiku dan senyuman kecil tersungging di bibirnya.

"Apakah kamu tahu betapa cantiknya kamu?" Dia bertanya sambil tangannya terangkat dari pipiku untuk menyisir rambutku. Aku menggigil setiap kali jari dinginnya menyentuh kulit kepalaku.

Segalanya terasa begitu gelap dan dingin. Meskipun aku berusaha menahannya, aku tidak bisa menahan air mata yang mulai muncul di sudut mataku saat tubuhku bergetar menahan isak tangisku. Harris melihat air mataku dan alisnya berkerut sambil merengut dalam-dalam.

"Jangan menangis." Dia berbisik sambil menyeka air mata dengan ibu jarinya sebelum membungkuk dan menjilat air mata yang mengalir di pipiku. Lidahnya gatak seperti kucing dan membuatku panik lalu aku mulai menangis lagi dan berjuang tak terkendali di bawahnya. Harris coba menahanku tapi aku terlepas dari genggamannya dan berhasil jatuh ke lantai. Sebelum aku bisa berlari, dia mencengkeram pergelangan kakiku dan menjepit kakiku.

"JANGAN LARI!!" Dia menjerit dan kukunya menusuk celana yang aku kenakan sambil menggores daging di bawahnya dan membuatku meringis kesakitan.

"Apa kau tidak mengerti, [Name]? Apa kau tidak mengerti, huh? Tsk, memang seharusnya begitu. Hanya kita berdua di ruangan ini tanpa gangguan dari luar."

Saat dia berbicara, dia perlahan-lahan merangkak ke atas kakiku sampai dia mampu meraih pergelangan tanganku. Tetapi dia tidak mencoba untuk mendorongku ke bawah, dia malah duduk disana dan matanya tidak pernah berpaling dari mataku.

"Dunia luar penuh dengan bahaya. Mereka berusaha memisahkan kita, jadi aku melakukan apa yang menurutku terbaik dan aku membawamu menjauh dari mereka. Aku membawamu kembali kepadaku dan kita akan bersama selamanya mulai sekarang."

"Kamu tidak boleh melakukan ini, Harris! Kamu tidak boleh mengurungku di sini! Aku bukan milikmu!" Aku berteriak padanya saat aku akhirnya mengumpulkan sedikit keberanian.

"[Name] sayang, kamu belum mengerti.. tapi aku berjanji kamu akan mengerti dan sampai saat itu, kamu tidak akan meninggalkan rumah ini."

"Kau tidak bisa mengurungku disini.." aku mengulanginya. Harris hanya tersenyum sambil menarik pergelangan tanganku ke depan sehingga aku terjatuh terlebih dahulu ke dadanya di mana dia menahanku. Dia memelukku dengan satu tangan sementara dia dengan tenang menyisir rambutku dengan tangannya yang lain.

"Kamu tidak akan pergi." Dia berbisik di telingaku.

"Pintunya sudah tertutup rapat, begitu juga semua jendela. Aku membuang ponselmu sehingga kamu tidak akan bisa menelepon siapa pun dan setelah ini, tidak akan ada yang mengganggu kita, sayang. Kita akan bersama selamanya sampai maut memisahkan kita~"

Yandere Stealth Cat! Harris Caine? x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang