Sarapan

1.3K 127 4
                                    


Aku berdiri di dapur sambil membalik pancake dan coba mengabaikan sepasang mata keemasan yang menatap punggungku. Kucing itu, yang aku namakan sebagai harris sedang bersandar di belakang sofa sambil menatapku sementara ekornya bergerak maju mundur di belakangnya.

"Harris, sarapan. Ayo makan." Aku meletakkan piring pancake di atas meja dan memberi isyarat padanya untuk duduk. Dia berjalan mendekat ke kerusi sebelum duduk bersila. Dia tidak makan tapi malah duduk tidak bergerak sembari menatapmu.

"Apa ada yang salah?" Aku bertanya. Aku belum pernah memikirkan sebelumnya, tetapi mungkin dia tidak makan makanan manusia.

"kamu tidak makan." Harris berkata. Aku mengambil sepiring pancake lagi dan duduk di meja tepat di sebelahnya. Aku mengambil garpu dan memasukkan pancake ke dalam mulutku. Aku bukan pengunjung yang paling anggun, tetapi ini adalah rumahku. Jadi aku tidak terlalu peduli mahupun Harris mengikut cara makanku, tetapi alih-alih menggunakan garpu, dia malah mengambil segenggam penuh dan memasukkan seluruh pancake ke dalam mulutnya. Pipinya melotot saat dia mengunyah dan sirup manis mengalir di tangan dan dagunya.

Aku mengambil serbet dan mulai menyeka wajahnya. Harris membeku saat aku mengusap kasar serbet ke wajahnya untuk menghilangkan sirup lengketnya.

"kamu bertingkah seperti anak kecil," aku mengarang.

"Apakah kamu menyukai anak kecil?" Harris bertanya sambil menelan ludahnya dengan kasar.

"Mungkin," aku bergumam sambil memakan kembali makananku.

"Aku bisa menjadi anak kecil untukmu!" Harris tiba-tiba berteriak. Aku menoleh kearahnya dan mendekatkan wajahku sehingga jarak hanya beberapa senti saja dari wajahnya. Matanya tampak berbinar melihat kecemerlangan rencana mentalnya.

"Aku lebih menyukaimu sebagai seorang pria dewasa." Kataku sambil berpaling dari anak itu dan kembali menatap piringku sendiri. Aku merasakan beban di bahuku dan juga napas panas di leherku. Harris menyandarkan kepalanya di bahuku saat dia menatapku dengan mata memohon.

"Kamu menyukaiku?" Dia bertanya, suaranya penuh harap. Aku merasakan wajahku memerah kerana kurangnya ruang antara diriku dan Harris yang masih bertelanjang dada. Aku tidak mahu mengakuinya tetapi tidak terlalu membantu bahawa pria itu begitu tampan.

"A-aku menyukaimu." Aku mencoba melihat ke arah apapun selain Harris. Sesaat kemudian beban di bahuku terangkat dan aku menoleh ke belakang untuk melihat Harris yang sangat bahagia bersandar di tepi piring pancake nya. Sedikit rona merah menghiasi pipinya saat dia terus melirik antara diriku dan piringnya.

"Aku juga menyukaimu," dia berbisik tapi aku tidak bisa mendengarnya.

Setelah kami berdua selesai makan, aku menyimpan piring-piring itu dan mendorong harris ke kamarku untuk mencoba memberikannya pakaian. Dia hanya duduk diam di tempat tidurku saat aku menyelinapkan kemeja yang kebesaran itu ke atas kepalanya. Dia tersipu saat dia menghendus kemeja yang aku kenakan padanya. Dia membenamkan wajahnya ke dalam kemeja sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Aku bertanya.

"Ini baunya seperti kamu," dia bergumam ketika wajahnya masih terkubur di dalam kemeja itu. Aku menganggap penyataan itu aneh tetapi segera menganggapnya sebagai penyataan kucing ketika suara bel pintu bergema di seluruh rumah. Aku berbalik untuk berjalan pintu depan tetapi tiba-tiba ditarik kembali ke dalam pelukan Harris.

"pengacau!" Harris mendesis dan suara geramannya keluar dari tengkorokannya. Dia memeluk erat tubuh kecilku di dadanya.

"Harris, tidak apa-apa, itu hanya temanku." Aku mencoba meyakinkannya. Harris menatapku ragu-ragu tapi tidak menarikku kembali saat aku melepaskan genggamannya dan berjalan ke arah pintu.

Aku membuka pintu dab disambut oleh seorang pria berambut unggu kehitaman dengan celana jins biru dan kemeja hitam.

"Good evening, miss." Dia berkata sambil membungkuk pendek dan tersenyum.

"Ini sudah pagi," Aku mendengus.

"Ya, tetapi ucapan itu kedengaran seperti aku orang inggris yang kaya." Dia berkata. Aku tertawa dan membiarkannya masuk. Nama pria itu adalah Mikazuki Arion dan dia adalah teman masa kecilku. Kami berdua tumbuh di lingkungan yang sama. Arion adalah orang yang suka bermain-main dan suka bercanda, tetapi dia memiliki hati yang sangat baik dan sikap yang terlalu ramah.

Oleh karan itu, dia selalu dikelilingi oleh orang-orang dan tidak pernah kekurangan teman. Meskipun begitu, dia tetap memilih untuk bergaul dengan diriku yang pemalu. Arion dengan cepat membuat dirinya betah saat dia menjatuhkan diri ke sofa ruang tamu. Dia tampak cukup nyaman pada awalnya, tetapi dengan cepat ia bangun ketika dia melihat seekor kucing sedang melototinya dari pintu kamar tidurku yang terbuka.

"[Name], apa itu? Arion bertanya sambil menunjuk anak kucing yang mendesis itu. Harris dengan cepat menyelinap dari ambang pintu dan berjalan mengitari ruangan sehingga dia berdiri di belakangku.

"Teman sekamar yang baru." Kataku sambil menjulurkan tangan untuk mengelus kepala Harris di belakangku dalam upaya menenagkannya.

"Teman sekamarmu yang baru...apakah seekor kucing?" Arion bertanya prihatin.

"Ya."

Setelah itu itu terjadi keheningan yang cukup lama saat kalian bertiga saling menatap. Ini akan menjadi sulit untuk dijelaskan

Yandere Stealth Cat! Harris Caine? x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang