Sinar matahari mampu memasuki celah-celah jendela kamar. Hangat tepat diwajah sang pemuda yang bahkan belum sepenuhnya tersadar ditambah bising ayam berkokok melengkapi pagi dan cerah langit di pagi ini.Jiran, pemuda itu bangkit dari ranjang nya tidak lupa membersihkan sedikit tempat tidur yang agak sedikit berserakan, setelah itu dirinya bergegas untuk bersiap-siap sekolah
Beberapa menit kemudian Jiran sudah rapi dengan setelan baju sekolah nya.
***
"Cakra kamu mau dianterin gak?" tanya Aneez, sang mamah.
"Ga mah, Cakra mau pergi sendiri aja bareng Jiran"
"Yaudah kalau gitu papah sama mamah berangkat kerja dulu ya sayang kamu hati hati" peringat Aneez lalu memeluk sang anak.
"Hati hati mah" kali ini bukan Cakra yang bicara tapi Jiran, sang anak bungsu.
Aneez tidak berniat menjawab, dirinya hanya melenggang pergi melewati Jiran.
***
Dua pemuda turun dari bus ia tumpangi.
Mereka berjalan dengan diam tidak berkomunikasi.Jiran pemuda itu mulai melangkah memasuki gerbang hingga dirinya terkejut saat ada yang merangkul pemuda itu.
"Ji, udah siap pr belum?" tanya pemuda yang merangkul bahu nya.
"Emang ada pr?" beonya terlihat bingung sambil berpikir.
"Ga tau, gua cuman asal ngomong aja." Hary berkata dengan enteng nya tanpa beban.
Mereka mulai berjalan menuju kelas yang berada di tingkat kedua gedung sekolah itu.
Hary dan Jiran duduk sebangku, menurut beberapa orang mereka teman yang cocok yang satu irit bicara satunya lagi banyak bicara.
Setelah beberapa menit mereka duduk Cakra mulai masuk kelas dan melewati meja kedua pemuda itu begitu saja.
Cakra mulai duduk di bangku depan yang berada di ujung dinding, baru beberapa detik duduk ciwi-ciwi yang sudah menunggu nya datang begitu saja mengerumuni dia.
Cakra Argio Diondra murid terkenal di SMA itu tak hayal karena dirinya pintar, tampan dan kaya sekarang.
Kring
Bel sekolah sudah berbunyi bertanda jam pelajaran akan dimulai para gadis yang mengerumuni Cakra mulai bubar.
Clek, pintu kini terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya dengan kaca mata tebal nya bertengger di hidung mancung itu.
Viska, guru matematika mereka yang memasuki jam pelajaran.
"Baiklah, pelajaran di mulai, saya harap selama pelajaran kalian bisa tertib kalau ada yang ribut maka silahkan keluar dari pelajaran saya!" titah Viska yang membuat sebagian Murid menelan Saliva nya kasar akibat mereka tau betapa galak nya guru di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ternyaman Jiran || Jisung ( On Going )
Teen Fiction"Jiran capek ya tuhan. Rumah yang seharusnya tempat ternyaman Jiran, keluarga yang seharusnya mengisi canda dan tawa itu gak pernah Jiran rasain!" Satu kata untuk dunia, "gak pernah adil." Rumah gak selama nya menjadi tempat ternyaman, tempat terin...