Malam petaka

10 1 0
                                    

"IYA SEBENTAR" aku berteriak dengan panik mengambil dompet dan handphone yang ku gunakan. terburu buru berlari dengan pakaian seadanya menuju ambulan yang menunggu. semua orang mengecamku karena dianggap terlambat.

'aku butuh waktu...' aku hanya bisa menarik nafas panjang dan menahan emosiku sendiri, ketegangan meluap di udara. melirik ke belakang aku melihat adikku terbaring di ranjang ambulan, runa mengerang tidak sadarkan diri di sana, tangannya di genggam erat ibu yang menangis sesegukan, aku ingin menangis juga tapi tak bisa. kupaksakan diriku untuk kuat. ayah tidak ada dan aku harus menjadi penopang ibu sebagai gantinya.

'sebentar lagi, sebentar lagi... kumohon...'

perjalanan menuju rumah sakit terasa mengerikan. gaung ambulan membuat orang orang menyingkir dan membuka jalan. aku menghubungi pihak keluarga. tentang bagaimana kondisi adikku, ibu tidak berhenti menangis di belakang, terus menenangkan adikku yang tidak sadarkan diri dan mengerang sepanjang waktu

jalanan ramai sekali, orang orang melakukan kegiatannya dengan tujuan masing masing. aku hanya menatap jalanan dan sesekali melirik ke arah pengemudi ambulan dan adikku di belakang. ini minggu sore di bulan puasa. tentu saja orang orang pergi untuk berbuka bersama dan jalanan menjadi sangat macet.

kami menghabiskan hampir 2 jam perjalanan untuk mencapai tempat lokasi rumah sakit. adik ku langsung di larikan ke igd. ibu pergi dengan paman mengurus surat surat sementara aku harus berjaga dan mendengarkan dokter. bertanya dan menjawab pertanyaan mereka. waktu terasa kabur saat itu aku bergiliran menjaga adikku dengan ibu. satu hal yang aku tahu dan ingat dengan pasti. saat itu runa sudah tidak sadarkan diri selama 6 jam. aku khawatir, melihat kondisinya terbaring tak berdaya dengan tubuh kurus nyaris hanya tersisa tulang. aku menatapnya dengan sedih. 

katakan aku gila tapi aku ingin mentransfer lemak berlebih di tubuhku padanya.

aku serius, tidak bohong! di kondisi itu aku berfikir begitu, jangan tanya kenapa, aku tidak tahu kenapa masih bisa menemukan fikiran konyol seperti

"aku kasih dia 10 kg lemak, aku kurus dia sehat. winwin solution" 

meski aku tahu cara kerjanya tidak seperti itu.

ibu kembali dari mengurus surat dan keputusan dokter sudah bulat, adikku harus masuk ruang icu untuk perawatan lebih intensif malam ini. aku menatap sosok adikku di tempat tidur masih mengerang tidak sadarkan diri aku menghela nafas lelah aku tidak tidur sejak semalam. siang ini juga tidak aku mengantuk sekali tapi kupaksakan untuk tetap terbuka. fikiranku melayang layang ke segala kemungkinan, meski sesekali menyelinap ke fikiran jelek tentang satu dua hal.

"ra, ayo makan bakso" bagus di saat genting begini pamanku malah mengajak ku batal puasa, sungguh mulia.

"gas" yah, gimanapun aku butuh tenaga kan?

"mama mau?" aku menatap ibuku, dan dia menggeleng pelan masih duduk disamping ranjang rumasakit adikku dengan khawatir

"jangankan makan bakso, mama punya nafsu makan aja nggak" ...aku hanya terdiam 

yah, sekali lagi. gimanapun aku butuh tenaga... kan? (ga deng boong aku laper 2 hari ga makan.)

****

" bayar mang" aku menatap mangkok baksoku yang kosong dengan sedih,  tidak-tidak aku tidak sedih karena batal puasa, alhamdulillah aku menstruasi sebelum makan bakso. kebetulan yang betul betul dibutuhkan.

' mau nambah....' batinku nelangsa. yah gimanapun aku harus hemat, ibu tidak memberiku banyak uang, ayah masih belum trasfer, dan kalaupun sudah itu semua pasti dipakai untuk membayar biaya perawatan adik. aku merogoh tas ku dan mengeluarkan uang 15 ribu.

"gausah ra, paman yang traktir"

"seporsi lagi mang, bungkus." mulutku otomatis memesan. maaf paman ini keadaan darurat 75. pamanku hanya tertawa dan membayar bakso ku, hehe...

aku kembali berjalan setelah kenyang, ke rumah sakit. menuju ke ruang igd membawa bakso ditanganku sebagai oleh oleh.

" penyakit runa sudah diketahui " aku menatap ibu yang memancarkan kelegaan di wajahnya. aku merasakan perasaan tidak enak menyelinap dalam hatiku.... tapi apa?

" ada benjolan bisul di anusnya, itulah yang membuat dia tidak bisa sembuh dan terus berada di kondisi kritis mengingat gula dalahnya juga sudah mencapai 500 " aku menarik nafas berat.

" setidaknya jika kita sudah tahu penyakitnya, kita tahu apa yang harus kita lakukan... "ujarku sendu. tapi.... perasaan terganggu apa ini? hatiku berdebar tidak karuan.... perasaan sakit dan kecewa seperti sesuatu... akan direnggut dariku secara paksa..

"tyraa, kamu bawa apa?" tanya bibiku, aku menatapnya dengan bingung

" bakso "

"bagi sini, bibi laper" dan dia mengambil baksoku, aku melongo.

"nanti diganti, oke?" dia nyengir, aku cemberut.

ini toh firasat buruknya.


####

welll hai raa disinii ini cerita based on true story ygy cerita siapa? cerita saya, see u next eps! yang tanya blind bond kapan lanjut kapan kapan masih stuck ide makanya nulis yg lain dlu see u next chapt byee!

two sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang