Operasi?

8 1 0
                                    


"jantungnya melemah selagi kami berusaha untuk memuulihkan nafasnya, pasien mengalami penurunan kadar oksigen dan kesulitan bernafas." 

aku terdiam. ibuku nyaris pingsan di sampingku, aku menatapnya panik. 

" tunggu apa maksudnya dengan penurunan kadar oksigen? " dokter menjelaskan segawat apa keadaan adik ku, runa di kondisi sangat kritis keadaannya yang tidak sadarkan diri membuat dia kesulitan untuk mendapat oksigen sedangkan alat yang di butuhkan semuanya di pakai. dokter mengeluarkan dokumen, dan menyuruhku membacanya. ibu tidak bisa berhenti menangis di sebelahku. aku sangat lelah dan kepalaku sakit 2 hari tidak tidur membuat tubuhku lelah luar biasa. tapi aku harus kuat, ayah tidak ada, jika bukan aku, siapa yang akan menguatkan ibu? aku mengeluarkan ponsel dan menelpon ayah. menjelaskan situasinya. membiarkan ayah bicara dengan dokter. 

" lakukan saja yang terbaik, berapapun biayanya tolong selamatkan putri saya" suara ayah bergema dalam ruangan, ibu masih tidak berhenti menangis. aku membaca isi dari dokumen itu perlahan. meneliti apa yang harus kutanyakan tidak ingin melakukan kesalahan sekecil apapun.

"apa resikonya?" tanyaku berusaha untuk fokus dan berkomunikasi dengan baik di tengah kondisi ibuku hampir pingsan, tidak bisa berdiri. tangannya dingin sekali.

"jika di pasangkan alat ini, beberapa tulang pasien mungkin akan patah, radang tenggorokan dan kemungkinan paling buruk adalah kematian. tapi kesempatan hidupnya ada di persentase 50 50" dan jika tidak maka persentase kematiannya menjadi 100% singkatnya..

adikku dipaksa untuk hidup dan cacat atau mati dengan damai. meski aku tahu adik ku tidak dalam kondisi sadar, bagaimanapun aku adalah kakaknya aku tahu apa yang akan dia pilih. meski begitu, pada akhirnya aku menandatangani dokumen itu.

"baik, kami akan memberikan pada pasien ketika alat yang dibutuhkan sudah kembali tersedia." aku hanya mengangguk. berharap adik ku segera membaik. tetapi ternyata tuhan berkata lain, tepat ketika aku selesai menandatangani dokumen itu,  dokter dan suster berteriak keras dari luar ruang pertemuan.

" PASIEN BERHENTI BERNAFAS!!! " seketika dokter yang sedang bicara, aku ibu kami semua berdiri dengan panik. oh tidak. tangis ibu semakin keras ketika aku berusaha mendengarkan baik baik apa yang diperbincangkan oleh dokter dengan perawat lain.

adik ku berhenti bernafas. jantungnya berhenti bekerja. aku sudah menduganya tapi tidak kusangka secepat ini. aku menelepon ke dua pamanku dan kakak sepupuku. meminta mereka untuk datang secepatnya tanpa menjelaskan situasinya. para perawat sekitar membantu ibu untuk duduk menatap ke dalam ruangan diman adik ku sedang terbaring kaku. suara melengking dari bunyi berbahaya dari alarm membuat telingaku cukup merasakan sakit. tapi aku harus tegar. ibu duduk menyentuh jendela kaca ruang icu dengan air mata mengalir tanpa henti di pipinya.

"ibu disini nakk ibu disini"

"maafkan ibuu ayo bertahan. ayo pulang, ibu disini..." hatiku tersayat, aku ingin menangis tapi lagi lagi aku harus menahannya kuat kuat. aku tidak boleh roboh.

seorang dokter keluar dengan wajah panik, meminta persetujuan.

" kami akan memompa jantungnya untuk memicu reaksi. apa keluarga pasien mengizinkan?"

"resikonya?" tanyaku, 

" beberapa tulang rusuk akan patah atau kegagalan jantung dan kelainan dalam darah" aku hampir menyetujuinya, ketika dengan ketakutan ibu berteriak

" tidak! jangan!! jangan sakiti anak ku lagi!" aku menatap ibu dengan bimbang berusaha memeluk dan menenangkannya. ini canggung, sebenarnya karena aku dan ibu bukan tipikal keluarga yg menyukai kontak fisik seperti berpelukan dan lainnya, kami tidak besar di keluarga yg penuh dengan kata kata lembut ciuman atau pun pelukan. 

bisa dibilang didikan keluarga kami sudah menjadi didikan militer secara turun temurun. kasar dan keras.

aku menghitung menit, sudah berapa lama sejak adikku dinyatakan tidak bernafas? akhirnya aku mengangguk. membiarkan dokter mengambil keputusan yang diambil oleh ibu. dan tepat pada pukul 00.00 adik ku dinyatakan sudah tiada.

####

aahahahahaha maaf segini dlu harus pergi ada yg diurus di irl raa disini pamit dlu ya see youu

two sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang