Matahari baru saja muncul di ufuk timur, memancarkan sinar hangat ke dalam ruangan yang masih samar-samar dipenuhi kegelapan. Di atas sebuah meja laboratorium yang penuh dengan alat-alat kimia, terdapat secangkir kopi yang masih mengepul. Dr. Ezra berdiri di samping meja itu, pandangannya terfokus pada sosok yang duduk di sudut ruangan.
Linnea, yang baru saja menghabiskan malam pertamanya sebagai manusia, meringkuk di kursi besar, matanya tertutup, namun tidak benar-benar tertidur. Hatinya masih penuh dengan kebingungan dan rasa tidak percaya pada apa yang baru saja terjadi padanya. Sesekali, ia menyentuh wajahnya sendiri, memastikan bahwa perubahan yang ia alami bukan sekadar mimpi aneh.
Dr. Ezra menyadari bahwa Linnea sedang terjaga. Dengan langkah hati-hati, ia mendekati gadis itu, membawa secangkir teh hangat di tangannya. "Bagaimana perasaanmu pagi ini, Linnea?" tanyanya lembut.
Linnea membuka matanya, menatap Dr. Ezra dengan tatapan bingung. "Aku... aku tidak tahu," jawabnya pelan. Suaranya terdengar aneh di telinganya sendiri, jauh lebih lembut dan melodius dibandingkan dengan suara-suara gemericik air yang biasa ia dengar di dalam akuarium. "Ini semua terasa... salah."
Dr. Ezra mengangguk, mencoba memahami perasaannya. "Aku mengerti. Ini pasti sangat membingungkan bagimu. Tetapi, percayalah, aku akan membantumu untuk beradaptasi dengan tubuh barumu ini."
Linnea mengalihkan pandangannya ke jendela, di mana sinar matahari mulai menerangi ruangan. "Apakah aku akan tetap seperti ini selamanya?" tanyanya dengan nada cemas.
Dr. Ezra terdiam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. "Aku... belum tahu pasti," akhirnya ia berkata jujur. "Tetapi, aku berjanji akan mencari cara untuk membuatmu nyaman dengan keadaanmu sekarang."
Linnea mengangguk perlahan, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan. Ia tahu bahwa Dr. Ezra tidak sengaja melakukan ini padanya, namun sulit baginya untuk tidak merasa takut. Tubuh manusia yang baru ia miliki ini terasa aneh dan berat. Gerakannya canggung dan tak terbiasa. Ia merindukan ringan dan mudahnya bergerak di dalam air, sirip-siripnya yang anggun kini digantikan oleh lengan dan kaki yang kuat namun asing baginya.
Dr. Ezra menyadari kegelisahan Linnea. Ia kemudian memutuskan untuk mengalihkan perhatian gadis itu dari kecemasannya. "Bagaimana jika kita mulai dengan sarapan?" usulnya, berusaha ceria. "Aku punya beberapa kue pia di dapur. Kau suka kue pia, bukan?"
Mendengar kata 'kue pia', mata Linnea sedikit berbinar. Meski tubuhnya telah berubah, selera makannya tampaknya masih sama. "Kue pia..." gumamnya, seolah mengingat kenangan manis yang pernah ia rasakan ketika ia masih seekor ikan. Ia mengangguk, mengiyakan ajakan Dr. Ezra.
Mereka berdua kemudian menuju dapur kecil yang terletak di sudut lain laboratorium. Dapur itu sederhana, dengan beberapa lemari kayu yang penuh dengan bahan makanan, dan sebuah meja makan kecil di tengahnya. Dr. Ezra mengambil sekotak kue pia dari lemari dan menyodorkannya pada Linnea.
Linnea memandang kue pia itu dengan penuh rasa ingin tahu. Ia mengambil salah satu dan menggigitnya perlahan. Rasa manis dan lembut kue itu segera memenuhi mulutnya, dan untuk sesaat, ia merasa sedikit tenang. "Ini enak," katanya pelan.
Dr. Ezra tersenyum, senang melihat Linnea menemukan sedikit kebahagiaan di tengah kebingungannya. "Aku senang kau menyukainya. Kita bisa membeli lebih banyak nanti jika kau mau."
Linnea mengangguk, namun pikirannya masih berkelana. Ia menatap kue pia di tangannya, merenungkan nasibnya yang telah berubah begitu drastis. Sebagai ikan, hidupnya sederhana—ia hanya perlu berenang, makan, dan menghindari bahaya. Tapi sekarang, dengan tubuh manusia ini, semuanya terasa jauh lebih rumit. Ia memiliki begitu banyak pertanyaan, namun ia tidak tahu bagaimana menanyakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Kaca ke Dunia
Viễn tưởngDalam laboratorium Dr. Ezra, terjadi sebuah kecelakaan eksperimen yang mengubah seekor ikan cupang bernama Linnea menjadi manusia setengah ikan. Terjebak dalam tubuh barunya, ia sangat kesulitan beradaptasi dengan dunia manusia. Linnea yang baru saj...