Bab. 1

15 3 5
                                    

Seorang wanita sedang sibuk mengemasi barang-barangnya sambil terlihat menahan amarah yang memuncak. Tidak ada tangisan yang keluar sedikitpun dari wanita itu, ia hanya fokus mengemasi barang-barangnya agar cepat selesai.

"Kamu sudah yakin nak..?" Tanya seorang wanita paruh baya yang berdiri di belakangnya sambil menggendong seorang anak kecil. 

"Yakin sekali ma.. aku udah gak kuat lagi bertahan dengannya.. " 

"Sudah cukup selama ini aku terus-terusan dimanfaatkan olehnya juga keluarganya! Kali ini aku tidak akan termakan omongan dan bujuk rayuan manisnya lagi untuk kembali bersama seperti waktu dia meminta maaf pada mama waktu itu.." 

Wanita yang dipanggil mama itu hanya menundukkan wajahnya, pikirannya kembali mengingatkan saat dirinya diperlakukan sangat kasar oleh menantunya itu. 

"Semua teman-temanku juga bilang kalau aku ini bodoh karena masih mau menerimanya kembali bahkan setelah melihat apa yang sudah dilakukannya pada mama saat itu.. bisa-bisanya dia mendorong dan memukul mama saat itu.. benar-benar gila dia.." 

"Dan kesempatan yang waktu itu sudah kuberikan padanya malah ia sia-siakan dengan mengulangi hal yang sama.. Untung saja saat ini orang itu sedang berada diluar kota, jadi kita bisa pergi dengan gampang ma.." Ucap Lolita yang sudah selesai mengemasi barang miliknya dan juga anaknya. 

"Mama sudah selesai berkemas?" 

"Sudah nak.. mau berangkat sekarang?"

Lolita mengangguk dan mengambil alih putrinya itu dari gendongan sang ibu. 

"Sebentar lagi travel yang kupesan akan segera datang mah.. mungkin sekitar satu jam lagi.." 

"Baiklah.." 

Brak! 

Tiba-tiba pintu rumahnya terbuka cukup kasar dan keras, Lita yang kesal langsung melirik ke arah pintu yang sudah dibuka dengan tidak sopannya dan tanpa permisi terlebih dahulu. Ia melihat ibu mertuanya datang dan berurai air mata. Air mata menjijikan baginya karena mertuanya itu sudah banyak membuat drama selama ini dengannya. 

Bahkan tak jarang ia ribut dengan suaminya karena ikut campur tangan mertuanya itu, tak lupa juga dengan adik-adik iparnya yang juga selalu ikut campur dan membela ibu mertuanya itu. 

"Litaa,,, nak? Apa kamu benar-benar akan pergi membawa cucu mama?" Ucap ibu mertuanya itu dengan nada yang terkesan berlebihan dan seolah-olah merasa tersakiti karena akan berpisah dengan cucunya. 

"Membawa? Maksud mama apa? Ya tentu saja karena Karina adalah anakku mah! Mama tidak berhak melarangku untuk pergi membawanya! Bukankah dulu mama malah tidak mengharapkan kehadirannya sama sekali?" Jawab Lolita dengan sinis. 

Ia sudah muak dengan drama-drama yang selalu dibuat oleh mertuanya itu. 

"Apa maksudmu? Mama tidak pernah bilang seperti itu.." kilahnya lagi. 

"Harus aku rekamkah semua omongan mama? Dari semua orang hanya mama yang tidak mengucapkan selamat padaku saat aku hamil, dan malah mengatakan padaku kalau aku tidak seharusnya hamil! Sekarang setelah anak ini lahir mama bertindak seolah-olah anak ini menjadi hak milik mama? Jangan harap! Bahkan jika ayahnya sekalipun yang melarangku aku akan tetap pergi, tidak ada satu orang pun yang bisa menghentikan aku kali ini!" Geram Lolita pada ibu mertuanya itu.

"Maaf saya menyela, tapi apa anda tega membiarkan cucu anda tetap dibawah asuhan anak anda yang jelas-jelas memiliki tempramen buruk? Bahkan dia tega hampir mencekik dan membanting anaknya yang sendiri yang masih sangat kecil ini.." ucap Margaretha ibu dari Lolita yang menjadi saksi akan aksi kasar sang menantu pada cucu, anaknya dan juga dirinya yang selaku pernah menjadi korban kekerasan menantunya itu. 

"Saya tau, tapi saya jamin dia tidak akan berani seperti itu lagi, mari kita buat surat perjanjian" lagi-lagi mertuanya itu berusaha bernegosiasi dengan menantunya itu. 

"Tidak usah! Saya tidak perlu surat perjanjian atau apalah itu.. Cukup selama ini saya bersabar dengan semua kelakuannya! Kalau mama terus-terusan menghalangiku seperti ini, akan kupastikan mama tidak akan bisa bertemu dengan Karina lagi selamanya! Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku ma!" Tekan Lolita lagi pada ibu mertuanya yang bebal itu. 

Ia seakan merasa jika anaknya tidak salah dan malah memaklumi sikap anaknya yang tempramen dan kasar itu. Selama ini pun mertuanya itu selalu memaksa Lolita agar mau bekerja dan tidak membebani anaknya. 

Padahal bekerja adalah tugas seorang suami, jikalau ada istri yang bekerja haruslah kemauan dari si istri tersebut, bukan berdasarkan paksaan dari mertua dan suaminya. 

Itulah yang Lolita lalui selama ini, sehabis melahirkan pun ia masih harus bekerja untuk anaknya, karena suaminya hanya bekerja sebagai driver taksi online yang mana pendapatannya tidak menentu dan selalu bermalas-malasan setiap harinya. 

Jika sekarang suaminya mendapat pekerjaan di luar kota itu pun karena bantuan dari kakak laki-lakinya Lolita yang mencoba memasukan adik iparnya itu untuk bekerja di perusahaan milik teman baiknya di Surabaya. 

Jujur saja selama ini Lolita sudah sangat lelah menghadapi sikap suami yang tidak menepati janjinya sama sekali untuk menjadi lebih baik. 

Nyatanya suaminya itu malah semakin menjadi-jadi dan mulai berani kasar terhadapnya, dan kerap kali hampir mencelakakan Karina, anaknya sendiri jika dia sedang emosi. 

"Tapi saya pasti akan sedih dan stress kalau kamu membawa Karina pergi Lolita.." 

"Saya tidak peduli! Saya mau menyelamatkan anak saya dan juga ibu saya.. Saya sudah tidak butuh pria sepertinya!" 

Saking kesalnya Lolita berani bicara seperti itu pada ibu mertuanya, menurutnya apa yang dilakukanya pada mertuanya itu masih tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh suaminya terhadap ibu nya saat itu yang berani memukul dan mendorong ibunya karena sedang emosi. 

"Ya sudah.. Tapi kamu harus selalu mengabari mama terus ya perihal perkembangan Karina.. " 

Lolita enggan menjawabnya. Dia tidak mau berjanji akan sesuatu yang belum tentu akan ia penuhi. 

"Kalau mama telepon kamu harus angkat ya Lita.." 

Margaretha pun terlihat kesal melihat sikap besannya yang terkesan tidak pernah menghargainya itu dan jika berkunjung yang dibicarakannya selalu menjelek-jelekkan Lolita saat dia sedang bekerja. 

Bermuka dua? Jelas sekali.

Pintar mendrama? Tentu benar.

Selalu membuat seolah-olah dirinya yang merasa tersakiti oleh Lolita yang adalah seorang menantu. 

Tak jarang Lolita selalu mendapat tatapan sinis dari beberapa teman mertuanya itu, karena mertuanya selalu mengadukan yang tidak-tidak mengenai menantunya itu pada teman-teman arisannya. 

Setelah melewati banyak drama dengan mertuanya itu akhirnya Lolita dan ibunya berhasil pulang dan membawa Karina ke kota asal kelahirannya di Bandung. 

Drttt drrttt

Lolita melihat HP nya yang bergetar terus menerus saat diperjalanan pulang. 

Tentu saja suaminya itu yang terus mencoba menghubunginya dari tadi. 

Bahkan saat insiden kemarin mereka bertengkarpun suaminya terus terusan menelponnya. 

Jelas ia tidak ingin kehilangan sang istri yang baik dan mudah dimanfaatkan terus olehnya. 

Lita hanya melirik dan mengabaikan panggilan dari suaminya itu, lalu mengubah mode Getar di HP nya menjadi mode Diam, lalu mengunci layar HP nya dan kembali menikmati perjalanan pulangnya ke kota kelahirannya. 

Ia sudah menyusun banyak rencana agar bisa berpisah dengan suaminya itu tanpa banyak drama. 

"Anak dan ibu sama saja.. sama-sama tukang drama.." gumamnya pelan.

#Minta vote dan komentar nya ya readers 🥰🥰 terimakasih

Berondong Rasa Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang