Bab. 3

6 1 1
                                    

Sial! Dia tidak mengangkat panggilanku lagi! Semua pesan-pesanku juga diabaikan. Pasti dia sudah pergi, akh sial benar benar sial, mama juga tidak bisa mencegahnya pergi!

Kalau tau akan begini aku tidak akan menerima tawaran kerja ini! Apa mungkin dia memang sudah merencanakannya? Mengirimku jauh kemari agar dia bisa pergi dariku? Akh sial!

Dimana lagi aku bisa bertemu dengan gadis polos sepertinya dan mudah aku manfaatkan?

Yang harus kulakukan sekarang adalah terus menerus mengirim pesan padanya kalau aku benar benar akan berusaha berubah dan harus terus membujuknya agar mau memaafkanku.

Aku tau dia gadis yang baik, dia pasti tidak akan tega jika aku mengancamnya akan bunuh diri kalau dia tidak mau kembali padaku.

Apalagi dia sendiri selalu bilang kalau dia tidak ingin nasib Karina sama sepertinya yang tidak memiliki sosok ayah disampingnya. Pasti lama lama dia juga akan kembali padaku karena tidak ingin Karina bernasib sepertinya.

Aku harus terus membujuknya dan menunjukan kalau seolah-olah aku akan berubah.

Bisa gawat kalau dia benar-benar sudah tidak mau kembali lagi padaku.

Tapi yang kudengar dia berhenti kerja di tempat kerjanya, pasti sekarang dia belum mendapat pekerjaan karena statusnya yang sudah menikah dan memiliki anak.

Nah itu bisa kujadikan alasan untuknya tetap bertahan denganku karena sekarang aku sudah bekerja dan memiliki uang untuk menafkahinya.

Yahh biarlah untuk saat ini dia menetap dulu disana, aku harus berusaha merebut hatinya lagi.

Lalu tak lama akan aku paksa dia datang kesini dengan mengancam kalau aku tidak akan memberikannya lagi uang jika dia tidak datang kemari dan kembali bersamaku.

Pasti dia akan menurut karena uang itu untuk keperluan Karina, ada gunanya juga anak itu haha.

Aku yakin dia juga masih memiliki perasaan padaku, terbukti karena dia tidak memblokir nomorku sama sekali. Baguslah, aku sedikit tenang jika dia tidak memblokirku.

Tinggal sekarang aku mencoba untuk membujuknya terus untuk memaafkan dan memberi kesempatan lagi padaku.

***

Lolita berjalan dengan lesu dan terus menundukkan wajahnya. Pikirannya masih melayang pada saat dia diinterview tadi.

"Pengalaman kamu lumayan juga ya.. jadi sudah terbiasa dengan job desk seperti ini ya?"

"Iya betul pak"

"Oh maaf, tapi apa kamu sudah berkeluarga?"

Lolita terdiam sebentar, akhirnya pertanyaan yang sangat ia hindari itu keluar juga. Mau tak mau ia pun harus jujur dengan statusnya yang sekarang ini.

"Sudah .. saya sudah punya satu anak.. "

"Kalau suamimu— apa bekerja juga?"

"Suami saya tidak memberi saya nafkah.. kami sudah pisah ranjang, dan dia tinggal di Surabaya"

"Oh.. begitu.."

"Maka dari itu pak, saya benar-benar membutuhkan pekerjaan ini untuk menafkahi putri saya yang masih kecil.."

"Lalu kalau kamu bekerja bagaimana dengan anakmu?"

"Ada ibu saya yang menjaga anak saya.."

Lolita memberanikan diri memelas pada sang pimpinan perusahaan yang kebetulan turun tangan langsung menginterview dirinya.

"Maaf, tapi sayang sekali, saya tidak bisa menerima karyawan yang sudah berkeluarga, apalagi statusnya belum berpisah secara sah bukan? Bagaimana jika nanti suamimu datang kemari dan membuat keributan di tempatku? Saya tidak mau ambil resiko seperti itu."

"Tapi pak, saya pastikan hal seperti itu tidak akan terjadi, saya tidak akan memberitau padanya dimana saya bekerja, lagipula dia jauh disana.. Tolong pak, saya sangat butuh pekerjaan ini.. "

"Baiklah, akan saya pertimbangkan lagi .. Untuk saat ini sampai disini dulu, akan saya kabari jika saya menerimamu untuk bekerja disini.. "

"Baik pak, terimakasih sebelumnya.."

Ditolak dengan alasan seperti itu sudah terbayang dalam benaknya, karena statusnya yang sekarang sudah menikah dan mempunyai anak, memang pasti tidaklah mudah melewati hal ini, karena hanya sedikit orang yang masih mau menerima karyawan yang sudah berkeluarga, lain halnya jika karyawan tersebut memang sudah bekerja padanya semasa bujang atau gadis lalu menikah, mereka masih akan mempertimbangkan karena mereka tergolong karyawan yang sudah lama bekerja pada mereka.

Begitulah yang selalu dipikirkan oleh para pemilik perusahaan. Mereka selalu ingin mencari yang masih muda dan baru lulus sekolah tanpa pengalaman sedikit pun. Tanpa mereka pikir kalau orang-orang seperti Lolitalah yang benar benar membutuhkan pekerjaan, karena ada tanggung jawab yang harus dipikul olehnya.

Meskipun mereka mengatakan akan mencoba mempertimbangkannya Lolita sudah langsung pesimis dan tidak semangat lagi karena sudah dipastikan dia tidak akan diterima, mengingat ucapan pemiliknya yang tidak ingin direpotkan dan mengambil resiko menerimanya kerja dengan status yang masih menggantung.

"Haahh... Padahal itu kan urusanku.. Aku juga tidak sebodoh itu untuk membiarkannya membuat keributan di tempat kerjaku nantinya.. Yah semoga saja mereka berubah pikiran dan mau menerimaku bekerja disana.. " lirih Lolita sambil mengambil satu botol kopi kemasan yang ada di Olfamart dekat rumahnya.

Sambil berjalan pulang ke rumahnya ia kembali merutuki dirinya yang malah pergi jajan ke minimarket padahal dia sendiri belum mendapat pekerjaan, bukannya berhemat malah melakukan pengeluaran dengan jajan di luar.

"Bagaimana nanti aku bilang pada mama ya kalau seandainya kemungkinan aku diterima hanya 5 persen.. bahkan mungkin hanya 1 persen saja.. " gumamnya lagi.

Sesampainya di rumah ia langsung menceritakan sesi interviewnya tadi yang mana langsung diinterview oleh pemiliknya.

"Ya sudah nak.. Pasrahkan saja sama Tuhan untuk sekarang ini.. Tidak apa, mama masih bisa membantumu.. Kamu harus tetap semangat mencari pekerjaan lain ya.. Mama akan bantu mencari informasi lowongan pekerjaan pada teman-teman mama.. Siapa tau mereka ada info loker.."

"Iya mah..."

"Ya sudah, ayo kamu makan dulu.."

***

"Mama gimana sih! Kok gak bisa nahan Lita biar gak pergi dari sana ?! Makanya aku itu gak mau kalau harua kerja di luar kota kayak gini, aku jadi gak bisa pegang kendali sama dia!" Geram Adrian dari sebrang sana.

Adrian kembali menginterogasi mamanya karena tidak bisa mencegah kepergian Lolita dari rumah kontrakannya. Apalagi sampai membawa Karina ikut pergi juga.

"Ya sekarang kalau kamu nganggur terus juga kan mama malu, ya kalau ada kesempatan kerja apalagi langsung masuk pakai orang dalam kenapa engga? Makanya kamu itu jangan terlalu galak sama Lita, lagian kemarin aja Lita masih kerja kan walau kamu udah jauh disana, coba kalau kamu gak macam-macam sama dia, dia pasti masih kerja dan uang hasil kamu kerja bisa kamu kasih buat mama karena dia kan masih kerja, buat keperluan dia sama anaknya bisa lah dari dia sendiri kan.." jawab mamanya itu dengan enteng.

"Memang mama tidak bisa apa pura-pura pingsan atau apalah gitu agar dia tidak jadi pergi, apalagi sampai membawa Karina juga, akan sulit bagiku kalau Karina ikut dibawa juga olehnya"

"Yaa mama mana kepikiran pura-pura pingsan, dia aja berani melawan mama waktu mama membujuknya untuk jangan pergi, mama sudah mencoba menawarkan untuk membuat surat perjanjian lho ya, tapi dia tetap tidak mau"

"Tapi apa kamu sudah dapat kabar terbaru darinya? Bagaimana dia sekarang? Dia pasti kesusahan mencari kerja karena hanya tamatan SMA dan sudah punya anak, kamu harus baik-baikin dia lagi, agar dia mau kembali lagi sama kamu, apalagi kalau benar seperti yang mama bilang kalau dia sampai belum dapat kerja karena statusnya itu, itu adalah kesempatan buat kamu untuk membujuknya dengan alasan bahwa siapa lagi kalau bukan kamu yang bisa membiayai semua kebutuhan Karina? Tidak mungkin keluarganya bisa membantunya terus-terusan bukan..?"

Adrian membenarkan perkataan mamanya itu, apalagi kontaknya juga belum diblokir sama sekali oleh Lolita sehingga itu membuatnya yakin kalau Lolita masih menaruh harapan padanya, tinggal pintar pintar dirinya kembali membujuk istrinya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berondong Rasa Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang