Ternyata benar, cintanya cowok itu dari 100 ke 0 ya? Sedangkan cewek sebaliknya, dari 0 sampai 100 dan bahkan sampai capek.
Jam pelajaran ke-tiga telah dimulai. Namun, dua sejoli itu masih betah singgah di UKS dengan keheningan. Rean sibuk mengelap rok kotor milik Reya, sedangkan gadis itu terduduk anteng menatap celana olahraga yang ia kenakan. Rean meminjamkannya karena gadis itu tidak memiliki rok ganti.
"Nanti kamu olahraga gimana?" tanya Reya mengingat jam ke-empat kelas 12 IPS 2 ada jadwal materi PJOK. Sedangkan celana seragam milik Rean ia pakai.
"Nggak usah dipikirin, yang penting lo ganti," balas Rean masih dengan nada ketus, tanpa menatap lawan bicaranya.
Cowok itu tidak tega melihat Reya jika harus belajar mengenakan seragam basah dan kotor, tetapi ia juga merasa kesal dengan kejadian tadi.
"Lain kali nggak usah kayak gitu lagi, jangan bikin orang-orang berpikir lo itu cewek nggak baik. Paham?" Rean menoleh ke arah Reya, menatapnya lekat-lekat.
Reya mengangguk paham. "Kamu malu punya pacar kayak aku?"
Pertanyaan Reya langsung membuat Rean berdecak. Ia langsung membuang muka. "Bisa nggak? Nggak usah bilang paham tapi masih nanya-nanya hal kayak gitu? Nggak jelas, bikin emosi."
"Aku kan nanya sesuai omongan kamu tadi," balas Reya membela diri, ia hanya ingin memastikan. Karena pada dasarnya, ia juga keras kepala.
"Udah lah terserah sama omongan lo, gue capek! Urus aja rok lo sendiri!" kata Rean muak, dengan gusar melempar rok ke arah Reya dan mengenai wajah empunya. Cowok itu langsung melangkahkan kakinya keluar meninggalkan gadis itu.
Saat ia membuka pintu, Rean langsung berhadapan dengan seorang gadis berbando putih menghiasi rambut hitam sebahunya.
"Mau kemana lo?" tanyanya dengan tatapan sinis.
"Bukan urusan lo," balas Rean tak kalah sinis dan langsung melenggang begitu saja.
Gadis bernama Seira Devilia Wiratama itu memasuki UKS menemui Reya untuk memastikan keadaan gadis itu. Sebenarnya sedari tadi ia mendengar percakapan mereka, hanya saja Seira tidak mau mengganggu.
Benar saja, Reya tengah menangis tanpa suara dengan rok abu nya sebagai penutup wajahnya. Langsung saja gadis itu memeluk sahabatnya erat. Semakin dikuatkan, semakin kencang pula tangisannya. Reya tersedu-sedu.
"Rean jahat!" lirih Reya mengadu.
Seira mengangguk mengerti, ia menepuk pelan punggung Reya. "Sabar, Rey, Rean bukan cowok satu-satunya. It's okay."
Seira benar-benar menyesal tadi tidak sempat menampar sahabatnya. Iya, sahabat Seira sebenarnya adalah Rean, mereka telah mengenal satu sama lain sejak sekolah dasar. Dari Rean, Seira dan Reya menjadi dekat. Kebetulan keduanya memiliki banyak kesamaan, contohnya menghalu Oppa Korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata, Aku Luka?
Teen FictionDari yang awalnya nangisin deadline naskah, tiba-tiba meluas jadi mikirin hubungan pacar yang semakin hambar, mikirin keluarga yang kadang cemara kadang berisik soal perekonomian, sampai nangis karna gerd menyerang. Dan bahkan sampai mikir, "Kok gue...