Ternyata, lebih baik diungkapkan daripada dipendam yang akan menjadi luka dalam.
Devan memberhentikan mobilnya tak jauh dari pekarangan rumah Reya yang terlihat sepi dan sunyi.
"Makasih Van, Ra?" Reya membuka pintu mobil, tangan satunya melambai. "Hati-hati, kalian!"
"Iya!" balas Devan dan Seira bersamaan.
Setelah Reya keluar dari mobil, Devan menatap Seira. "Duduk depan!"
Seira yang awalnya tersenyum menatap punggung Reya yang mulai menjauh dari pandangannya berganti ke arah Devan yang duduk di kursi pengemudi.
"Ogah!" Jawabnya menolak mentah-mentah. Ia segera menutup kaca pintu, lalu melipat kedua tangannya dan punggungnya ditabrakan ke senderan kursi.
Devan tersenyum kecut mendapat respon tak mengenakan dari Seira. Namun, ia tidak boleh marah. Segera cowok itu melajukan mobilnya untuk mengantarkan tuan putri. Sekarang Devan benar-benar merasa jadi sopir karena Seira yang lebih memilih duduk di belakangnya daripada di sampingnya.
*****
Devan turun dari mobil, kemudian berjalan cepat agar bisa membukakan pintu untuk Seira. Namun, ia terlambat. Gadis itu terlebih dahulu membukanya sendiri, Seira belum sempat turun karena pintunya ditahan dari luar oleh Devan.
"Apa?" tanyanya tak santai dengan alis satu yang dinaikan.
"Gue aja yang bukain pintu," pinta Devan memohon.
"Gue masih punya tangan," balas Seira kesal, ia berusaha mendorong kembali pintu mobil agar terbuka, tapi sia-sia karena tenaga Devan lebih kuat darinya. Tiba-tiba perut Seira terasa mules, sepertinya ada sesuatu yang ingin segera keluar. Sudah tak bisa ditahan.
"Awas!"
"Gue yang bukain!"
"Nggak usah!"
"Seira, gue mohon!"
Seira memegang perutnya yang semakin menjadi. Ia tidak kehilangan akal, buru-buru tubuhnya beralih ke puntu sebelah dan membukanya, lalu dengan cepat berlari memasuki rumah.
Devan hanya melongo menatap kepergian Seira yang lari terbirit-birit sambil memegangi bokong sintalnya.
Setelah selesai buang hajat. Seira sudah berganti pakaian mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Gadis itu keluar kamar untuk mencari sang Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata, Aku Luka?
Teen FictionDari yang awalnya nangisin deadline naskah, tiba-tiba meluas jadi mikirin hubungan pacar yang semakin hambar, mikirin keluarga yang kadang cemara kadang berisik soal perekonomian, sampai nangis karna gerd menyerang. Dan bahkan sampai mikir, "Kok gue...