4. Ternyata, Aku Luka?

29 15 23
                                    

Ternyata, dari ribuan orang yang
tidak peduli, ada satu orang yang akan tetap menguatkan.

"Rey?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rey?"

Reya menoleh ke sumber suara ketika mendengar ada yang memanggilnya. Kedua alisnya menyatu menyadari siapa yang membuatnya langkahnya berhenti.

"Apa?" sahutnya tanpa basa-basi.

Cowok berambut acak-acak itu menyodorkan kotak bekal hitam.

"Gamau!" tolak Reya.

"Gue buat ini semalaman khusus buat lo," ungkap Zian menarik tangan kanan gadis di hadapannya agar mengambil alih kotak di genggamannya. Setelah benda itu berada di tangan Reya, cowok itu langsung beranjak mengayunkan kakinya meninggalkan kelas 12 IPA 1 dan menyisakan gadis yang mengikat setengah rambutnya dan dihiasi bunga anggrek sebagai hiasan yang masih terdiam.

Reya merasakan telapak tangannya dingin saat memegang kotak pemberian Zian. Karena penasaran, ia segera membukanya, tatapannya berubah sendu ketika melihat isinya.

"Reya!" Seira datang mengejutkan Reya yang sontak membuatnya terkejut. "Eh, sorry? Kaget, ya?" lanjut Seira menyesal, karena menyadari perubahan mimik wajah sahabatnya.

"Nggak apa-apa," balas Reya menggeleng pelan, tatapannya masih ke arah benda yang dipegangnya.

"Sendok sama es batu?" Seira mengernyit, pandangannya beralih ke arah Reya, tepatnya bawah kedua matanya. Sembab. "Lo abis nangis, ya?"

Reya mendongak membalas tatapan Seira, ia langsung tersenyum tipis. "Biasa, baca novel sad ending," jawabnya bohong.

Seira geleng-geleng kepala. "Kebiasaan, sayangi bawah mata lo tuh yang makin hitam."

Reya hanya mengangguk meng-iyakan. Ia langsung duduk di kursinya dan langsung menempelkan dua sendok tadi masing-masing di matanya. Rasanya nyaman, karena yang tadinya rasa perih berubah menjadi sensasi dingin.

"Dari Rean sendoknya?" tanya Seira ikut terduduk di sebelah Reya.

Reya menggeleng lalu berkata, "Gue bawa sendiri."

*****


"Pulang sendiri, ya?"

Reya menatap Rean kecewa, padahal ia sudah bersiap untuk pulang bersama sang kekasih. Namun, harapannya dipatahkan begitu saja oleh Rean.

"Mau kemana?" tanya Reya melonggarkan tangannya di lengan cowok itu. Keduanya kini tengah berjalan di koridor menuju parkiran, tentunya diikuti oleh Seira dan Devan di belakang.

Ternyata, Aku Luka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang