Yin Yang

110 10 0
                                    

"Hasnaa!" Aliya berlari dari pintu gerbang menghampiri Hasna yang sedang duduk di koridor

"Kenapa sih Al? Pagi-pagi begini"
"Eh tau gak? Hasil ulangan biologi kemaren nilai kita kan cuma 78"
"Iya" jawab Hasna ketus. Ia kesal karena hasil ulangan tersebut tidak sesuai ekspektasi. "Kenapa emang Al?"
"Ada yang dapet nilai lebih gede lho!"
"Hah?" Hasna terkejut, "siapa?"
"Syarif"
"Hah?"
"Iya, beneran"
"Anak itu? Kok bisa?"

~~ §=§ ~~

Siapa sangka menjadi murid badung akan melelahkan seperti ini. Selain setiap masuk wajib lapor ke guru BK, di jam istirahat sekalipun wali kelas akan memberi nasihat agar ia tidak berbuat kenakalan lagi. Beberapa minggu kemarin Syarif dilaporkan bolos jam pelajaran bahasa Arab, ia ketiduran di masjid selepas solat Dhuha. Sesuatu hal positif yang berakhir negatif.

Walaupun sebenarnya ia tidak bermaksud begitu, selama ini setelah ia dikabarkan bermasalah dengan guru bahasa Inggris, Syarif mencoba untuk berprilaku baik selayaknya murid pada umumnya. Namun ada saja hal-hal yang sebenarnya tidak ingin ia lakukan tapi terjadi. Seperti kasus ketiduran di masjid tadi. Syarif hanya merebahkan diri dan merelaksasi otak setelah pelajaran matematika, sayangnya ia malah terlelap tanpa sengaja.

Kebodohan lain yang ia lakukan dilain waktu adalah ketika pelajaran bahasa Arab, ia sedang mengerjakan tugas di bangkunya. Secara tiba-tiba sebuah penghapus bor mendarat tepat di matanya. Dengan jengkel dan penuh amarah Syarif melempar penghapus bor itu kedepan dan tanpa sengaja melesat tepat diatas guru bahasa Arab. Untung saja pak Hamzah, guru bahasa Arab itu tidak marah dan hanya memerintahkan muridnya agar tidak bergurau lagi. Syarif pun waktu itu langsung reflek meminta maaf, tapi tetap saja besoknya ia dipanggil oleh wali kelas.

"Rif.." Hasna memanggil Syarif yang sedang duduk di bangkunya
"Kenapa Na? Jam istirahat tadi aja aku tetep dikelas lho"
Seakan sudah tahu, setiap ia akan dipanggil guru BK atau wali kelas pasti melalui Hasna. Apalagi kalo bukan kedekatan Hasna dan guru-guru disekolah itu.
"Enggak kok, siapa yang nyuruh kamu ke guru BK"
"Terus kenapa? Gue ngantuk"
"Nih" Hasna memberikan selembar kertas hasil ulangan
"Oh, hasil ulangan minggu kemarin" Syarif melihat sekilas kertas ulangan itu
"Idih. Cuma dilihat gitu doang?"
"Lu mau berharap apa dari gue" Syarif memasang muka datar

Manusia ini kadang menyebalkan memang. Kadang tingkah lakunya itu membuat beberapa temannya jengkel, tapi benar katanya, apa yang harus diharapkan dari seorang murid badung yang menerima hasil ulangan harian? Tentu saja tidak ada. Bahkan nilai pun dia tidak peduli.

"Nilaimu lebih tinggi" Hasna duduk disamping Syarif
"Dari siapa?"
"Dari aku"
Syarif lantas memperhatikan lebih jelas kertas ulangan tadi, nampak hasil ulangan itu diberi nilai 86. Setelahnya ia melihat itu langsung dirobeknya kertas hasil ulangan tersebut.
"Eh, eh" Hasna terheran
"Hilang.." Syarif mengangkat kedua tangannya, "nilai ku lebih kecil darimu"
"Kok dirobek"
"Lu harus belajar lebih giat lagi Na. Jangan sampe hal ini terulang kembali ya. Sory nilai gue gede kemaren"
"Lho.. kok.." Hasna masih tidak mengerti apa yang anak badung itu lakukan, "maksudnya gimana?"
"Gue gak peduli tentang ini. Gue gak peduli.." Syarif menyilangkan tangannya di meja lalu tidur, "bangunin gue kalo pelajaran selanjutnya dimulai"

~~ §=§ ~~

Apakah kalian pernah merubah diri sekadar untuk menghindari masalah? Aku melakukannya bukan karena aku ingin, tapi aku benar-benar tidak suka bersaing. Hasna pastas mendapatkan posisi itu, dia punya potensi lebih dariku. Terkadang aku sering berprilaku bodoh untuk mengukur seberapa pintar orang-orang disekitarku, tapi diantara mereka hanyalah orang-orang sok keren dan suka merendahkan orang lain. Itu tidak akan merubah hidupnya sama sekali.

DUA SISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang