Romantis?

113 17 0
                                    

Hayoooo, siapa yang ngira Mahendra Ikhsan itu Jay?

HAPPY READINGGGG!!!




















Dari kejauhan suara bising mulai terdengar, suara yang kini menjadi tujuan Lindung. Tempat di mana semua siswa melepaskan lelahnya, tempat di mana seluruh siswa mengisi tenaga kembali, hari itu karena gurunya terlambat keluar, kantin sudah sangat ramai sekali. Antrian yang sangat panjang, membuat Lindung berdecak kesal. Ia berdiri di kala lalu lalang siswa yang berteriak ingin segera memuaskan hasratnya, bak tak sabaran seperti sedang terjadi kericuhan. Aksi dorong-dorongan, rebut-rebutan menjadi pemandangan membosankan bagi Lindung.

"Sabar, Ndung, guru lo juga yang salah, gue juga ikutan keseret."

"Kaka ngapainn nunggu aku, aku nggak minta ya!"
Lindung berbicara sambil memperlihatkan wajah kesalnya pada Ikhsan.

"Gue? Nggak selera makan gue kalau nggak sama lo."
Ucap lekaki itu sambil mengangkat dagu Lindung dengan sedikit menundukkan kepalanya kenapa yang lebih mungil.

Lindung yang berhadapan langsung dengan alpha satu itu tak terlihat canggung sama sekali, Lindung menarik dasi sang alpha untuk lebih dekat padanya, bola mata indahnya bergerak menelusuri wajah rupawan sang alpha.

Ikhsan tersenyum menyeringai sembari dengan masih memegang dagu Lindung. Tatapan seriusnya tak henti ia lihatkan pada Lindung yang terlihat tidak berani menengok mata Ikhsan.

Napasnya mulai terdengar oleh Ikhsan, sepertinya si manis mulai tak karuan, terlihat dari mimik wajahnya yang tegang. Ikhsan semakin puas dengan Lindung yang mulai menyerah menatapnya. Tak henti sampai di situ, Ikhsan takkan mungkin membiarkan kecil itu lepas. Namun, Lindung lebih cerdik darinya.

"WAAAAAAAA!!!!!!!!"
Teriak Lindung yang membuat Ikhsan yang tadinya serius menjadi kaget dan membuat seluruh orang di kantin menaruh perhatian pada mereka.

Sebenarnya sedari tadi orang-orang sudah memperhatikan aksi Lindung dan Ikhsan yang sepertinya tak pantas dilakukan di kantin?

Lindung malu, ia menutup wajahnya dengan tangan sambil menghadap pada Ikhsan. Mengetahui Lindung yang tengah malu, bukannya menenangkan Ikhsan justru tertawa kecil, yang hanya bisa didengar oleh Lindung.

"Udah, ayo makan. Tenang gue terobos. Tapi bukan demi lo, demi perut gue, HAHAHAHA."
Canda Ihksan tak lupa menyenggol Lindung seraya berjalan meninggalkannya.






"Kakak kok bisa dapat soto? Biasanya udah habis lho?"
Tanya Lindung yang sedang membumbui soto ayamnya yang dibelikan Ikshan.

"Ahaha, apa coba yang gue nggak bisa? Yang udah habis aja bisa ada lagi kalau udah gue yang turun tangan. Kalau lo mah yang masih ada aja orang nggak mau ngasih, AHAHAHHAHA."

Geram, Lindung sangat geram sekali. Sekarang Lindung ingin menghalalkan segala cara untuk melepaskan geramnya. Melihat mangkuk khusus sambal di depannya, benaknya langsung membuat skenario melemparkannya pada Ikshan. Lelaki itu terus saja menggodanya, sepertinya hidupnya kurang bahagia.

"Bilang aja masih ada, emang kakak siapa, kayak istimewa aja, HUUU."

Lindung mencibir pada Ikhsan, membalaskan geramnya. Namun masih saja tak setara dengan candaan Ikshan. Sebenarnya Lindung masih saja kesal, tapi Lindung pikir Ikhsan masih membantunya. Mungkin kalau ihksan nggak ada, Lindung nggak bakal makan saat itu.

Untuk, 5475 | JAYWON (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang