Prolog

292 24 5
                                    

HAPPY READING!













Bagi sebagian siswa, tentu saja yang paling ditunggu-tunggu adalah berakhirnya semua pelajaran, setelah menghabiskan waktu hingga 8 jam di sekolah.

Tubuh sudah mulai lelah, tenaga yang tadinya menjadi cakupan untuk belajar di sekolah tentunya sudah habis. Matahari sudah mulai meredakan panasnya, tapi langit masih saja terlihat biru, hanya saja tidak sepanas tadi siang. Seluruh siswa berhamburan ke luar kelas. Ada yang langsung ke parkiran untuk mengambil kendaraan, sebagian dijemput, dan Lindung?

Lindung berjalan sembari menengok ke kanan dan ke kiri, ia terlalu menikmati perjalanan yang di mana hanya akan menuju gerbang keluar. Menurut Lindung, entah kenapa sore itu perasaannya sangat tenang. Angin yang terus menyambar wajahnya membuat batin dan tubuh lindung semakin syahdu.

Tepat di depan gerbang sekolah, Lindung melihat angkot sedang berhenti, dan terlihat beberapa siswa sedang menaiki angkot tersebut.

Lindung semakin mempercepat langkahnya. Bergegas agar tidak ketinggalan angkot. Sebenarnya ia bisa saja memesan ojek online di ponselnya, atau mungkin dengan tukang ojek di pangkalan dekat sekolah? Tentu saja tidak, Lindung akan memilih yang paling murah untuk menghemat uang sakunya.

"Ongkosnya, Pak." Sembari memberikan selembar uang dua ribu dan selembar uang seribu rupiah.

Lindung meninggalkan angkot tersebut dan berjalan menuju gang sempit yang di mana itu adalah jalan menuju rumahnya.

"NDUNG!" Teriak seseorang terdengar sedang berlari menghampirinya.

Langkah lindung terhenti, ia menoleh ke sumber suara agar bisa melihat siapa yang memanggil.

"Gue cuman mau nyampein, pulang sekolah besok jangan lupa rapat PMR."

Satu kalimat dari lelaki itu, dan langsung pergi meninggalkan Lindung.

Aneh, batin Lindung.






***












"Pulang sekolah itu ganti baju terus mandi, besok juga pakai baju ini kan? Bisa bau baju kamu."

Tak ada jawaban, semua hening seakan tak terjadi apa-apa, wanita paruh baya itu hanya bisa menatap Lindung dengan tatapan malas sambil menghela napasnya.

Sadar sang ibu tak lagi mengomel, Lindung yang tengah memainkan ponsel langsung mendongakkan kepalanya ke arah sang ibu.

"Iya, Bu. Ini Lindung mandi."

Wanita itu tersenyum ke arah Lindung. Senyuman tulus khas seorang ibu membuat hati Lindung yang tadinya sangat malas, menjadi sedikit lebih baik.

"Oh ya, nanti malam ada yang Ibu mau sampein ke kamu."

Lindung hanya mengangguk tanda mengerti, walau banyak pertanyaan dalam benaknya. Lindung seorang yang tak banyak bicara, hanya bisa menunggu malam tiba.









***






Tak seperti biasanya, Lindung keluar kamar lebih awal, sepertinya ia benar benar ingin tahu apa yang akan disampaikan sang ibu.

Lindung bergegas ke meja makan, terlihat wanita itu sedang menata piring dan gelas untuk menyiapkan makanan mereka berdua.

"IBUUU!"
Sapaan hangat Lindung yang membuat ibunya langsung menoleh.

Lindung langsung duduk di meja makan dan melihat menu yang telah disiapkan ibunya. Ayam, sayur, dan nasi. Dan tentu saja pilihan Lindung jatuh pada ayam.

"Kalau nggak ada ayam, kamu nggak makan, ya?"
Canda ibunya.

"Nggak kok Bu! Biasanya jugakan Lindung makan yang lain, ini mumpung ada aja."

Balas Lindung yang sedang sibuk menyendok nasi ke piringnya.

Tak ada percakapan dari keduanya, suara hentakan piring saja yang terdengar. Sebenarnya Lindung ingin membuka pembicaraan dan bertanya tentang apa yang akan disampaikan ibunya tadi, hanya saja Lindung tidak mau terlihat kepo, jadi ia menunggu ibunya yang akan membahas duluan.

"Nak,"
ucap wanita itu tiba-tiba

Lindung yang dari tadi menunggu ibunya berbicara, langsung bersemangat mendengarkan perkataan selanjutnya dari sang ibu.

"Kakak kamu bakal datang, kamu bakal tinggal di sini bareng sama dia."

Lindung mencoba mencerna apa yang disampaikan sang ibu, kakaknya datang? Kalimat singkat sang ibu yang berhasil menimbulkan banyak pertanyaan di pikirannya.

"Lindung, hanya berdua dengannya."
Sambung ibunya lagi.







***








Angin pagi selalu membuat badan segar, angin pagi menjadi semangat sebagian orang untuk mempersiapkan dirinya dengan berbagai pekerjaan. Angin yang terasa dingin tapi menyejukkan, seiring dengan suara kicauan burung yang terdengar sangat bersemangat.

Lindung membuka matanya karena merasa angin dingin masuk ke tubuhnya. Terlihat sang ibu sedang membuka jendelanya yang tepat berada di samping kasurnya.

"Ibu dingin."
Rengek Lindung dan menarik selimutnya.

"Makanya tidur itu pake baju, biar pas bangun kerasa angin segernya"

Lindung memang biasa tidur tanpa mengenakkan baju, ia hanya mengenakan singlet putih dan celana panjang. Karena jika malam ia merasa panas. Ibunya sudah melarangnya, tapi ia tetap melakukannya.

"Ayo bangun, sudah jam 7."
perkataan sang ibu yang membuat Lindung langsung membuka matanya seakan sudah tak mengantuk lagi.






***




Ternyata ibunya tidak berbohong dengan pernyataannya tadi, Lindung telat. Hari sudah menunjukkan pukul 7.34 yang pastinya gerbang sudah ditutup. Karena tak mau berlama-lama lagi, ia terpaksa mencari ojek, agar lebih cepat sampai tujuan. Tapi ntah kenapa tidak satupun ia melihat tukang ojek yang melintas.

"Giliran ditunggu aja pasti nggak muncul, tapi kalau nggak ditunggu malah ditawarin."
kesal Lindung

Lindung mencoba berlari sambil menyusuri jalan raya yang penuh dengan kemacetan, hatinya mulai tenang ketika melihat seorang yang mengenakan seragam sama dengannya yang artinya dia tidak telat sendirian.

Lindung yang sedari tadi melihat ke arah laki-laki itu langsung mengalihkan pandangannya karena lelaki itu mungkin sadar sedang diperhatikan?

Laki-laki itu mengarahkan motornya ke arah ke arah Lindung. Melihat hal itu perasaan senang sekalipun deg deg degan Lindung bercampur menjadi satu, Lindung mengarahkan pandangannya ke arah lain agar tidak terlihat menunggu

"Bareng gue aja."













TBC

4 Agustus, 2024.

By: Nay

Untuk, 5475 | JAYWON (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang