Chapter 6

1 0 0
                                    


Kai merupakan murid yang pintar. Ia selalu memperoleh nilai tertinggi di kelasnya dan selalu mendapatkan ranking 3 besar di sekolahnya. Kai sangat suka membaca dan memecahkan sebuah soal. Namun, hal yang ia tidak suka adalah bangun pagi. Karena ia merupakan salah satu murid terpintar di sekolahnya, guru-guru tidak pernah memberi hukuman berat padanya, walaupun datang terlambat ke sekolah sampai berkali-kali.

Jam sudah menunjukan pukul 7 malam, Kai sudah berada diperpustakaan sekitar 2 jam. Ia melihat keluar jendela dan hujan pun sudah mulai mereda.

Dikarenakan hari itu bukan merupakan musim ujian anak sekolah, maka di jam 7 pun sekolah sudah terasa sangat sepi, dan lampu di beberapa ruangan dan lorong pun sudah dimatikan. Namun murid-murid masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan hingga jam 8 malam.

Kai melewati salah satu lorong yang cukup gelap, berbeda dengan lorong yang ia lewati saat hendak pergi ke perpus. Namun ternyata masih ada satu ruangan yang masih menyala. Dengan refleks Kai melihat ke arah ruangan itu melalui jendela.

Terdapat murid perempuan yang sedang melukis sesuatu. Kai dapat melihat wajah murid itu dari samping kanan. Tak disangka, Kai pun menyadari bahwa murid itu adalah Yuna. Kai langsung masuk ke dalam ruangan tersebut, yang ternyata ruangan itu adalah ruangan seni lukis.

Membuka pintu

Yuna melihat ke belakang dan sedikit kaget ketika melihat Kai yang datang.

"Kau dari tadi di sini?" ucap Kai dengan lembut.

"Iya, sambil menunggu hujan aku melukis di sini" sambil lanjut melukisnya.

"Aku mencarimu kesani kesini namun aku tidak menemukanmu. Aku khawatir jika kamu nekat pulang dalam keadaan hujan"

"Kau khawatirkan saja pacarmu, aku baik-baik saja"

Kai kaget dengan jawaban yang dilontarkan Yuna. Ia langsung mengingat kejadian pagi dimana Luda merangkulku dan kita bercanda satu sama lain.

Kai langsung tersenyum malu dan senang karena sepertinya Yuna sedang cemburu

"Kau melihatku tadi pagi bersama Luda ya?" sambil tertawa kecil.

Yuna terdiam

"Luda itu teman kecilku. Kita udah berteman selama 8 tahun. Orang tua kita pun juga sangat dekat seperti keluarga, maka dari itu aku menggapnya sebagai adik, tidak pernah dan tidak akan lebih dari sebatas itu"

Yuna yang tadinya duduk langsung berdiri menghadap Kai.

Tiba-tiba lampu ruangan itu pun mati.

Mereka terdiam sesaat.

"Maafkan aku membuatmu kesal" ucap Kai memecahkan keheningan.

Yuna hanya menatap Kai tidak merespon

"Kedepannya aku akan berusaha menjaga jarak dengannya. Jadi kau jangan menghindariku lagi. Maafkan aku" ucap Kai kembali dengan terbata-bata.

Yuna masih menatap Kai dan tidak merespon

"Yuna?"

*Kiss*

Yuna mencium Kai dengan tiba-tiba di dalam gelapnya ruangan seni yang hanya mengandalkan sedikit cahaya lampu yang berasal diluar gedung.

Setelah beberapa saat, Yuna melepaskan ciumannya dan langsung berlari keluar ruangan sambil membawa tasnya.

Kai yang begitu terkejutnya langsung mematung di dalam ruangan tersebut.


.

.

Bersambung

PeterpanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang