╰┈➤┇CHAPTER 03

555 101 4
                                    

∘₊✧──────✧₊∘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

∘₊✧──────✧₊∘

Sangat megah, penuh furniture mewah, juga memiliki banyak pegawai sopan dan ramah. Siapa yang tidak akan terpesona pada kantor utama Mikage Corporation ketika baru pertama kali menginjakkan kaki di dalam gedung terlampau indah?

Setiap sudut terlihat berkilau mengagumkan sekali, susunan meja dan sofa di lobi pun sengaja dibuat semakin sempurna karena agenda pertemuan akan dimulai beberapa saat lagi. Banyak artis terkenal juga berprestasi jelas selalu mengharumkan nama dunia hiburan kini, membuat [Name] merasa rendah diri sebab semua hal terjadi masihlah terasa seperti mimpi. Jenjang karier baru seumur jagung tetapi sudah bisa berada di ruang lingkup bersama orang-orang luar biasa, terlebih ia bukanlah aktris sungguhan melainkan penyanyi baru yang mendadak ditawari pekerjaan; dilihat dari mana pun dua hal dilakoni terlalu jauh berbeda.

Beruntungnya sejak awal kedatangan mereka semua tetap menyambut penuh bahagia bahkan memperlakukan sangat baik sekali, begitu pula Aoyama sudah cekatan mengambilkan secangkir kopi agar ia tidak terlalu grogi. Walau manager kesayangannya itu mendadak menghilang dari sisi dan ternyata sedang fokus berbincang bersama Ba-Ya serta sang produser di sana, tetapi setelah menghirup aroma menenangkan dari sajian hangat biji-biji mahal dihaluskan secara langsung di tempat jujur saja bisa sedikit meredakan canggung juga debaran dalam dadanya.

Berpisah dengan keramaian kemudian memilih berdiri sendirian untuk sok sibuk melihat banyak pajangan mahal dari berbagai belahan dunia pun bukan hal buruk juga, setidaknya ia merasa lebih nyaman dibandingkan harus berkumpul atau terpaksa mengobrol bersama banyak orang disertai frekuensi berbeda.

"Selamat pagi, Nona [Fullname]."

Jemari refleks memegang cangkir kopi semakin erat, tatkala mendengar suara rendah begitu seduktif menyapa tepat di depan telinganya. [Name] bahkan bisa merasakan bagaimana embusan napas hangat itu menerpa sebagian tengkuknya di belakang sana, membuat ia perlahan menoleh dan paras rupawan bak dewa Yunani-lah yang ternyata berada di jarak hanya beberapa inci saja dengan wajahnya.

Iris lavender yang menawan kini saling bersirobok seolah menarik diri untuk masuk ke dalam lingkaran afeksi, labium melukis lengkungan kurva memesona terasa kuat menjerat agar sang gadis kesulitan lari. Menyadari jarak nyaris menghilang tidak membuatnya mundur atau sekadar mengelak, sang pria justru tetap mempertahankan posisi bahkan sengaja membuat punggung [Name] bersentuhan dengan dada bidangnya.

Mikage Reo. Dia berbahaya.

"Kupikir, Aoyama tidak seharusnya meninggalkan sosok bidadari sendirian di sini," ucapnya nyaris berbisik.

[Name] menelan saliva pelan, gadis itu berdeham singkat kemudian menggeser tubuh agar sang pria tidak semakin lupa batasan.

"Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan Anda, Mikage-san."

"Bukankah aku yang seharusnya bicara seperti itu? Bertemu secara langsung dengan sang Dewi pemilik suara merdu merupakan kehormatan bagiku."

"Anda memuji terlalu berlebihan."

CLOUD NINE : Mikage ReoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang