Masa kecil Kania , 10 TH (Fake all)

6 0 0
                                    

tringggg, tringgg! bunyi alarm memenuhi ruangan itu

"Kania bangun sayang, Mandi dulu terus sarapan" ucap seseorang dengan lembut

sembari mengetuk pintu kamar anak itu pelan

"iya buu aku mandi inii"
balas anak itu lari ke kamar mandi

"Kamu udah selesai mandi? Sini sarapan dulu" ucap ibu Kania

"okee maa" ucap Kania
lalu duduk di sebelah ibunya

"sekolah kamu gimana, Baik baik aja kan?" ucap ayah Kania

"bwaik dongg pa, Gaperwnah ada mawsalah" balas Kania mulut penuh dengan makanan

"pinter, Makan dulu baru ngomong" ucap ayah Kania

tawa dan candaan keluarga memenuhi ruangan itu bersamaan dengan memakan makanan masing masing

"yasudah, mama anterin Kania dulu ya kamu juga hati hati pas kerja" ucap ibu Kania berdiri

"iyaa, hati hati kalian" balas ayah Kania

Kania, ibunya mulai berjalan keluar rumah sampai tak terlihat lagi

dalam perjalanan..

"Kania , Memangnya hal yang paling kamu inginkan apa?" tanyanya

"yang aku inginkan, Kita jadi keluarga yang Cemara selamanya ma!" balas Kania dengan tersenyum lebar

"pasti dong keluarga ini bakal selalu Cemara" ucap ibu Kania

Thalia tersenyum tulus mendengar  kata dari anaknya itu , Namun Thalia kehilangan fokus..

"MAMA AWAS!"

Thalila dengan cepat menoleh ke arah Kania , lalu menutupi Kania dengan tangannya

DUGH!

terdengar banyak suara orang mengerumuni mereka, air mata mengalir dipipi Kania meringis kesakitan

"Woi ini gimana anak sama ibu"

"Anak emak kecalakaan Weh!"

"telpon ambulance!"

"keluarga nya mana?"

suara orang orang itu tak terdengar  jelas dengan telinga Kania

"mama...?" ucapnya dengan nada bergetar

Kania berusaha membuka mata , namun dia tidak bisa mengendalikan rasa sakit itu.. perlahan kesadaran nya mulai hilang.

"Dok , bagaimana keadaan istri saya?!" tanya seseorang dengan panik

"Maaf, istri anda lukanya terlalu parah, saya sudah berusaha sekeras mungkin untuk menyelamatkan istri anda, namun takdir berkata lain pak" balas sang dokter

ANDRIEL POV END

suara tangis seseorang terdengar di sampingnya, perlahan.. Kania membuka mata lalu menoleh ke sumber arah tangisan tersebut

"papa?" satu kata keluar dari mulut Kania

"papa kenapa mukanya marah?" tanyanya dengan penasaran

"tak usah pura pura gatau kamu! ibumu berpulang gara gara kamu! Kania." Bentak ayah Kania dengan nada tinggi

"hah..?" ucapnya dengan air mata keluar dari matanya

"IBU KAMU MATI! gausah banyak bicara pulang sini."

nada bentak ayah Kania dengan menarik paksa Kania keluar ruangan

"papa sakit pa" ucapnya menangis

"Diam saja kamu! gausah banyak ngomong."

Tuhan , aku tidak sekuat itu.. (Slow up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang