Bab 2

49 5 1
                                    


Tiba-tiba...

"Aduh..." Phai tersentak ketika sesuatu mendarat di atasnya, meski bukan pukulan kuat yang membuatnya terlonjak.

"Hahaha" terdengar tawa pelan yang membuat Phai langsung menebak siapa orang itu.

"Oh, Ingfah, jangan mengejek Paman Phai, Nak." ucap Bank yang terkejut saat menyadari bahwa yang masuk ke dalam kamarnya adalah Ingfah, karena Bank tidak mengunci pintu untuk berjaga-jaga jika putrinya terbangun di tengah malam dan ingin pergi mencarinya.

"Kapan Paman Phai tiba, Ayah Bank?" Ingfah bertanya dengan suara yang jelas.

Gadis itu masih mengenakan piyama yang dikenakannya di malam hari.

"Dia tiba tadi malam." Jawab Bank, matanya masih merah karena tidur.

"Ah, Ayah Bank, tolong bantu Ingfah, Phai tidak mau melepaskannya." Gadis itu berteriak ketika Phai mencoba berbalik, dan merentangkan tangannya untuk mencegahnya pergi, menempatkan tubuhnya di antara Phai dan Bank.

"Beritahu Paman Phai." Bank berkata sambil tersenyum.

"Paman Phai, lepaskan Ingfah." Ingfah langsung berbicara dengan suara merdu, membuat Phai sedikit tersenyum.

"Paman bisa memeluknya, Ingfah harus menciumnya terlebih dahulu agar mempunyai kekuatan untuk membebaskan dirinya." Kata Phai sambil membelai pipi gadis itu.

Ingfah menoleh ke arah Phai sebelum mencium pipinya. Phai tertawa dan melepaskan keponakannya. Gadis itu bebas untuk duduk. Ingfah langsung duduk sambil tersenyum.

"Aku tersinggung. Kamu mencium putriku." Bank berkata, meskipun dia tidak serius.

"Apakah kamu ingin aku mengambilnya kembali?" tanya Phai.

"Oh, itu akan menjadi sebuah penghinaan." Bank berkata dengan bercanda.

"Kalau begitu cium aku saja. Tidak ada salahnya." Ucap Phai bercanda, karena wajar saja kalau mereka saling menggoda seperti itu.

"Jika kamu menciumku, kamu harus menyiapkan mas kawinnya." Bank juga bercanda tentang pintu kamar tidur. membuka.

"Kemarilah, nenek sudah kembali." ucap ibu Bank yang datang menjemput cucunya.

"Halo, Bibi Asa." Phai segera duduk dan mengangkat tangannya untuk menghormati ibu Bank.

"Aku tahu kamu tidur di sini. Aku melihat mobil diparkir di depan rumah." ucap ibu Bank sambil tersenyum, karena mereka dekat.

"Tadi malam aku terlalu malas untuk pulang ke rumah, jadi aku tidur di sini." jawab Phai.

"Kembali tidur. Aku akan mengantar Ingfah mandi dan berpakaian untuk mengantarnya ke sekolah." Kata ibu Bank penuh pengertian, mengetahui bahwa Bank pulang terlambat setelah toko tutup.

"Ingfah ingin Daddy Bank dan Paman Phai membawanya." kata Ingfah buru-buru.

"Ya." jawab Phai.

"Apakah kamu tidak akan kembali tidur?" Bank bertanya, karena mereka hanya tidur sekitar 3 jam.

"Aku bisa tidur nanti. Lebih baik aku mengantar keponakanku ke sekolah. Aku sudah lama tidak melakukan ini." kata Phai.

"Kalau begitu aku bantu Ingfah mandi dulu. Kamu dan Phai harus mandi." kata ibu Bank, sebelum membawa cucunya keluar dari kamar Bank.

"Sebenarnya, aku bisa membawa putriku sendirian. Tidurlah dan istirahatlah." Bank berkata dengan hati-hati.

"Aku ingin membawanya, bukankah itu bagus?" Phai bertanya, yang mana Bank mengangguk, sebelum keduanya mencuci muka, tetapi tidak mandi karena mereka akan kembali tidur.

LS : Phai & Bank End' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang