Bab 3

50 3 0
                                    


Usai menentukan tanggal pernikahan, Phai sibuk mempersiapkan acara karena tiba"tiba ia menyuruh Pin pulang kerja karena ingin Pin tetap di rumah dan membesarkan putranya. Pin kembali ke Bangkok untuk meninggalkan pekerjaannya, sekitar 15 hari kemudian dia kembali ke rumahnya di Kanchanaburi.

Selama periode ini, Phai tidur di rumah Pin dan terkadang mengajak Pin tidur di rumahnya karena dia ingin merawat pengantin mudanya saat dia mual di pagi hari. Ia juga menemani Pin ke perawatan kehamilan. Di tengah hiruk pikuk persiapan acara dan pembagian undangan, Phai jarang sekali sempat mengunjungi Bank atau Ingfah seperti biasanya. Hal ini membuat Bank sangat terluka, tapi dia mengerti. Dia juga memberi tahu Phai bahwa jika ada yang bisa dia bantu terkait pernikahan tersebut, harap beri tahu dia karena Bank akan dengan senang hati membantu.

"Phai, apakah kamu mempersiapkan pernikahannya?" kata ayah Bank, ketika suatu sore Phai tiba di rumah Bank.

"Aku sudah lebih dari setengah siap." Phai menjawab sambil tersenyum.

"Jadi, bagaimana kabar pacarnya?" tanya ayah Bank.

"Saat ini, dia menderita sakit perut yang parah. Faktanya, hari ini kita harus melihat menu makanan Cina. Tapi karena dia sakit, dia tidak bisa pergi. Jadi aku datang untuk mengundang Bank untuk pergi bersama aku. jawab Phai.

"Oh, dia ada di dalam kamar. Dia mungkin belum bangun. Di pagi hari, ketika aku bangun untuk mengambil Ingfah, aku melihat dia mengeluh tentang hal itu pelanggan menyebabkan masalah tadi malam, jadi dia menutup toko setelah jam 3 pagi." jawab ayah Bank. Phai mengangguk.

"Jadi bolehkah aku meminta izinmu untuk naik?" Phai berkata sambil tersenyum.

"Minta izin, kenapa? Rumah ini seperti milikmu. Mendaki." kata ayah Bank sambil tersenyum.

Phai segera naik ke kamar Bank. Dia membuka pintu dengan mudah, karena Bank tidak menguncinya. Di dalam ruangan, cahaya dari luar balkon menyinari tirai.

Phai menyalakan lampu di tengah ruangan dan melihat bahwa Bank tergeletak di bawah selimut. Hanya sehelai rambut hitam kecil yang muncul. Phai menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Dia sudah hampir seminggu tidak bertemu Bank dan Phai sangat merindukan Nongnya.

"Hey bangun." Phai duduk di tepi tempat tidur. Ia kemudian berpura-pura membelai tubuh Bank melalui selimut dan mengguncangnya kuat-kuat.

"Ugh..." Bank mengeluarkan suara kesal ketika seseorang mengganggunya selama itu Aku.

"Bajingan Bank, sesuai." Phai panggil lagi.

Sebelum Bank bisa menggeliat wajahnya muncul dari selimut, cemberut.

"P'Phai... Kenapa kamu menggangguku?" Bank berbicara dengan lembut.

"Aku datang untuk mengundang Kamu melakukan sesuatu, ikut aku. jawab Phai.

Bank sedikit mengernyit Memudar.

"Apa kamu baru saja memikirkanku? Kamu menghilang selama seminggu. Ingfah selalu bertanya tentangmu." Bank mengeluh.

[T/NonaR. Cuma Ingfah yang ketinggalan, di Bank?]

"Kamu tahu aku sibuk dengan pernikahan akhir"akhir ini. Jadi kenapa kamu tidak mengajak Ingfah menemuiku? tanya Phai. Banknya sedikit diam.

"Aku membawanya ke rumahmu beberapa hari yang lalu, tapi ibumu bilang kamu membawa P'Pin ke rumah kerabat P'Pin

"Lalu kenapa kamu tidak meneleponku dulu?" tanya Phai. 

"Di Thong Pha Phum." Jawab Bank, membuat Phai terdiam beberapa saat.

waktu sunyi.

"Aku meneleponmu, tapi panggilannya tidak bisa tersambung. Bank menjawab.

LS : Phai & Bank End' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang