Bab 4

44 5 0
                                    

Setelah membelikan mangga untuk wanita muda itu, suasana hati Pin tampak lebih baik. Hal ini membuat Bank sedikit lega. Setelah selesai makan, Phai berniat. mengajak Ingfah melihat buku cerita, tapi Pin ingin jalan-jalan melihat perlengkapan bayi.

"P'Pin, jika kamu perempuan, kamu bisa mendapatkan beberapa barang dari Ingfah. Masih banyak item yang tidak aku gunakan. Aku masih memilikinya. Tidak. Aku tidak memberikannya kepada siapa pun." ucap Bank dengan penuh harapan. Phai berpikir itu hal yang bagus.

"Tidak, aku ingin membeli sesuatu yang baru untuk bayiku, Phai, ayo jalan-jalan dan melihat barang-barang bayimu." wanita itu mengajak kekasihnya.

"Bolehkah aku mengajak Ingfah melihat buku dulu?" tanya Phai.

"P'Phai, ajak P'Pin melihat barang-barang bayi. Aku akan mengajak Ingfah melihat sendiri buku ceritanya. Sampai jumpa lagi." Bank memotong pembicaraan karena tidak ingin ibu hamil itu marah. Phai sedikit mengernyit, karena dia sudah berjanji pada Ingfah bahwa dia akan mengajaknya berbelanja.

"Aku bisa menjelaskannya pada Ingfah." Bank tahu apa yang dia pikirkan. Jadi dia membantunya berbicara menggantikannya. Ada sedikit keraguan di wajahnya.

"Kamu bisa pergi ke toko buku setelahnya Lihatlah." Bank menawarkan lagi. Phai mengangguk sebelum berjongkok di depan Ingfah.

"Ingľah, paman akan mengajak Bibi Pin membeli barang dulu. Lalu kita akan pergi ke toko buku. Ingfah akan memilih bersama ayahnya Bank." Tanpa berkata apa-apa , Ingfah menoleh ke arah ayahnya.

Bank tersenyum.

"Ayo pilih dulu. Biarkan Paman Phai dan Bibi Pin pergi berbelanja." kata Bank.

Ingfah pun mengangguk sambil tersenyum lebar. Phai tersenyum bahagia, sebelum Bank menggandeng tangan putrinya dan berjalan menuju toko buku. Phai mengajak Pin mencari perlengkapan bayi.

"Phai sepertinya sangat menyukai Ingfah." Kata Pin sambil berjalan menuju melihat semuanya bersama-sama .

"Um, Ingfah lucu, dia gadis yang baik juga." Bank dan orang tuanya mengajarinya dengan baik. kata Phai sambil tersenyum.

"Dan jika kamu mempunyai anak laki-laki , apakah Phai akan lebih mencintainya daripada Ingfah?" Tanya wanita itu, Phai mengerutkan keningnya enteng.

"Wah, aku di sini." Kata Phai sambil membelai perut gadis itu dengan tangannya.

"Itu semuanya. Pin ingin tahu siapa yang lebih Kamu cintai antara anak Kamu dan Kamu keponakan perempuan." Pin bertanya lagi.

"Ini berbeda, Pin. Ketika kita mempunyai anak, kita harus mendedikasikan energi fisik kita dan mental terlebih dahulu kepada anak-anak. Tetapi kita juga bisa menjaga keponakan kita. Tidak peduli siapa yang lebih kita cintai, kita bisa mencintai secara setara, tapi terserah kita untuk memprioritaskan siapa yang paling penting." Pin mengangguk tanpa berkata apa-apa lagi.

"Aku belum punya yang ini di rumah." Gadis itu mengambil buku cerita dan menyerahkannya kepada ayahnya.

"Ini, tunjukkan pada ayah." Bank katanya sambil mengambil buku itu dari putrinya dan membukanya untuk melihat sekilas, ternyata sebenarnya tidak ada Rumah.

"Kalau begitu ambillah buku ini juga." Bank berkata, Ingfah segera mengangguk sambil tersenyum.

"Jadi ini suara keponakan paman." Suara terengah-engah memanggil menyebabkan Ingfah dan Bank berbalik untuk melihat sebelum melihat itu adalah Pom.

"Ao Pom, apakah kamu berbelanja?" Bank menyapanya, sementara Ingfah mengangkat tangannya untuk menghormati Pom tanpa Bank harus mengatakannya.

"Ibuku menyuruhku datang dan membeli beberapa barang di supermarket. Jadi aku datang untuk melihat sebuah buku dan mendengar suara Ingfah, maka aku datang untuk melihatnya." Jawab Pom sebelum menjemput Ingfah. Ingfah sebergegas meletakkan tangannya di wajahnya Pom.

LS : Phai & Bank End' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang