Bab 9-2 : Gun bukanlah orang yang mudah

892 44 20
                                    

"Ya. Tidurlah. Jangan khawatir."

"Aku tidak terlalu peduli."

"Kuharap itu benar. Ciuman selamat malam."

"Selamat malam, tendang kamu kalau begitu."

"Kamu menggangguku sebelumnya. Sekarang kamu ingin mengusirku." Pembicara membiarkan dirinya berbaring di tempat tidur, sementara aku mencoba menghilangkan rasa panas dari mataku.

Setelah sekian lama, aku membiarkan diriku berbaring. Aku mencoba memejamkan mata dan tidur. Kali ini kita harus mulai menghitung domba lagi. Satu domba... Dua domba... Tiga domba...

Domba ke 257. Domba ke 2...

Ketak!

Suara memutar kenop pintu bergema di gendang telingaku. Meski tidak terlalu besar, tapi aku tetap langsung mengetahuinya karena aku belum tidur. Banyak pertanyaan yang memotivasiku untuk perlahan memaksakan diri membuka kelopak mata. Butuh beberapa saat bagiku untuk melihat dengan jelas gambar di depanku.

Namun tidak ada waktu tersisa ketika seseorang di sebelahku memanfaatkan kesempatan untuk bersembunyi di bawah selimut. Aku terdiam, tidak mampu berkata apa-apa saat melihat wajah tampan itu hanya berjarak beberapa senti dariku.

Tubuh terasa dua kali lebih hangat setelah ditopang oleh lengan yang berat. Otak masih belum memprosesnya dengan baik. Tapi sekarang setahuku, Yotha tidak tidur di kamarnya, tapi dia satu ranjang denganku.

Buddha Namo Amitabha... Aku sangat merindukannya bahkan aku memimpikannya?

Tak hanya itu, dalam mimpi ia juga mengenakan piyama berbentuk penguin berwarna putih kesayangannya.

"Bolehkah aku tidur bersama?" Kata yang lain, hampir berbisik. Sedemikian rupa sehingga aku bisa merasakan suaranya berbicara dan bernapas dengan penuh semangat.

"Aku kesal."

"Berjanjilah kamu akan tidur nyenyak dan tidak terombang-ambing." Wow, suara yang bagus. Selembut pelembut kain.

Yotha pasti kesurupan.

Ini jelas-jelas palsu.

"T...tapi bagaimana dengan Faifah."

"Fai tertidur. Jangan beritahu dia."

"Masalahnya adalah..."

"Aku mengantuk."

"Kalau begitu kembali ke kamarmu dan tidur."

"Ngantuk. Aku akan tidur sekarang." Lakukan apapun yang kamu suka.

"Kamu tidak membawa bantal. Kamu tidak membawa selimut. Barang ini bukan milik bersama."

"Aku akan membawanya besok."

"Menurutmu masih ada hari esok?"

"Jika kamu tidak menginginkannya, kembalilah dan tidur bersama di kamar kita."

"Tidak pergi."

"Kalau begitu terserah kamu."

Sepertinya dia tidak mau mendengarkan lagi jadi dia menarikku ke pelukannya lebih erat dari sebelumnya.

Hoi!

Hatiku hampir mati. Teman tidak melakukan itu. Teman tidak boleh membuat jantung berdebar kencang. Aku berkata pada diriku sendiri, terlepas dari kenyataan bahwa aku masih berbaring diam, membiarkan orang lain berbagi tempat tidur tanpa mendorong.

Aku membenci diriku sendiri sampai mati.

Tempat tidurnya hanya lebarnya 3 kaki (hampir 1 m), sangat sempit sehingga hampir mustahil untuk bernapas.

[END] PF10L - YGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang