𝟸. 𝙺𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝙳𝚒𝚊

27 9 1
                                    


~Sepuluh tahun yang lalu~

"Sana berikan!" Syifa menyikut lengan gadis keras kepala yang masih setia memperhatikan remaja lelaki di depan sana.

"Biar dia selesai dulu." Dari bangku di tepi lapangan, Mylfa saksikan kepiawaian Aksa menembak bola ke dalam keranjang basket. Terlihat keren dan memanjakan mata.

"Dasar tidak peka! Kalau kau berikan, Aksa pasti senang. Dia sudah lama menyukaimu."

"Itu, 'kan, menurutmu. Aksa tidak pernah bilang begitu," kelitnya berdusta.

"Dia tak bilang langsung karena takut kau tolak, Sayang! Satu kelas memperhatikan gerak-gerik anak itu. Setiap ada di dekatmu, sorot matanya berbeda. Seperti berbinar-binar pertanda suka. Tangannya kadang merangkulmu dari belakang walau tidak kena." Cubitan kecil mendarat di pipi Mylfa.

"Siapa tahu, dia memang suka begitu. Aku tak mau terbawa perasaan." Ia membohongi diri, menolak berharap lebih.

Syifa berdecak kesal sebab sahabatnya tak pernah merespon Aksara. "Kau menghindari dia terus. Sudah kubilang jangan terlalu memikirkan penyakitmu. Jalani hari seolah tidak ada beban."

"Mana bisa, Syif! Umur tidak ada yang tahu. Aku juga muak kepikiran terus," rengeknya kecewa.

Syifa kehabisan kata. Dia telah berjanji untuk tidak bercerita kepada siapapun tentang penyakit sahabatnya. Ketakutan mengakibatkan Mylfa mengubur rasa suka pada Aksara. Syifa justru sangat menyayangkan. Bujukan tak mempan membuat keputusan Mylfa berubah.

"Heh, lihat! Kakak kelas mendekati Aksa. Sudah kubilang antar minumnya. Dia bisa kepincut kakak itu nanti!" omelnya geram selagi memantau.

"Biarlah. Dia suka salah satu dari mereka juga tak masalah."

Aksara sedang berbincang. Raut wajahnya terlihat menahan terik matahari. Sesekali siswa itu memaju-mundurkan kaki bergantian seraya menyugar rambut.

Kedongkolan Syifa tak terbendung. Ia berdiri seraya melambaikan kedua tangan. "Aksa, Mylfa mau ke situ!"

Rombongan kakak kelas kompak melihat asal suara terus berbisik membicarakan gadis yang dirumorkan sebagai kekasih Aksara.

Siswa tampan di seberang bersemangat. "Sini, Myl!" ajaknya.

Mylfa terlonjak kaget. Sebelum beranjak, dia menatap sinis Syifa yang kini terkikik. Tak lama, rombongan siswi di dekat Akasara berlalu menjauh.

Lelaki yang kehausan itu menenggak air pemberian Mylfa sambil menyeka peluh lalu mengibaskan tangan agar terasa berangin.

Gadis itu menawarkan sebungkus tisu. "Ambil, Sa."

Aksa langsung mengapit bola berlanjut mendekat. "Tolong, bantu lap. Kedua tanganku sudah memegang ini." Keringat mengalir dari dahinya.

Pandangan Mylfa turun pada barang yang dipegang Aksara. Letakkan saja, apa susahnya?

"Please, Girl!" rayunya tanpa mengalihkan pandang. "Kau tak mau menolongku?" Tatapan melas meluluhkan Mylfa.

Aksara tersenyum puas. Senang ketika gadis itu menyeka wajahnya. Ia segera meletakkan barang bawaan kemudian menutupi kepala gadis itu supaya tak terkena sinar matahari. Mylfa menghela napas. Sorakan teman mereka pun terdengar ricuh sekali seperti sedang menonton pertandingan.

Saka sibuk merogoh saku. "Handphone-ku di mana?!"

"Cepat videokan, Syif!" jeritnya heboh menyaksikan momen langka di depan mata. Mereka berdua berjalan mendekati pasangan remaja itu agar hasil rekaman terlihat lebih jelas.

Dua Rasa Satu Cinta • Hyunsik XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang