12. Villa

1.1K 128 51
                                    


Ahyeon, yang tak sadarkan diri, diangkat dengan tergesa-gesa ke dalam sebuah mobil berwarna gelap. Di dalamnya terdapat tiga pria: satu duduk di kursi kemudi, sementara dua lainnya dengan cekatan memindahkan tubuh lemah Ahyeon ke kursi belakang. Mereka bergerak dengan tenang namun efisien, memastikan tak ada seorang pun yang mencurigai keberadaan mereka. Rencana ini telah dirancang dengan teliti selama berminggu-minggu, setiap detail dipertimbangkan untuk menjamin keberhasilan. 

Mobil itu melaju kencang, meninggalkan hiruk-pikuk kota menuju jalan-jalan yang sepi dan gelap. Perjalanan berlangsung sekitar dua jam, di mana hanya suara deru mesin yang menemani mereka. Ahyeon tetap terkulai lemah, tak menunjukkan tanda-tanda sadar. Rahasia di balik keadaannya terletak pada segelas minuman yang ia terima di acara tadi—campuran obat tidur dengan dosis tinggi yang cukup untuk melumpuhkan tubuh Ahyeon sepenuhnya. 

Setelah perjalanan panjang, mobil akhirnya berhenti di depan sebuah villa tua yang tersembunyi di tengah hutan. Bangunan itu berdiri sunyi, dikelilingi oleh pepohonan lebat yang menambah kesan menyeramkan. Tanpa buang waktu, mereka membawa tubuh Ahyeon masuk ke dalam villa dan membaringkannya di sebuah kamar kecil di lantai atas. Di tempat tidur yang sama, terlihat seseorang lain yang juga tergeletak dalam kondisi serupa. Setelah memastikan semuanya sesuai rencana, mereka keluar dan mengunci pintu kamar itu rapat-rapat dari luar. 

Di ruang tamu villa, suasana mencekam terasa di udara. Salah satu pria, dengan raut wajah gelisah, memecah keheningan. "Lo yakin kita nggak bakal ketahuan? Gue nggak tenang, ini terlalu berisiko."

Pria lain yang terlihat lebih tenang menatapnya dengan dingin. "Aman. Gue udah atur semuanya. Kita tinggal jalani sesuai rencana." Nada suaranya tegas, namun tak banyak membantu menenangkan rekan yang ketakutan. 

Namun, kegelisahan pria pertama semakin memuncak. "Tapi keluarga Jung. Mereka itu bukan orang biasa. Kalau mereka tahu kita nyentuh Ahyeon, kita bakal tamat! Gue gak mau mati gara-gara ini!" katanya dengan suara tertahan, hampir berbisik. 

Ucapan itu langsung memancing amarah pria kedua. Dengan langkah cepat, ia mendekat, menatap tajam rekannya yang gemetar ketakutan. "Diem, brengsek! Kalau lo takut, lo bisa pergi sekarang juga. Tapi ingat satu hal—sekali lo keluar, lo gak bakal pernah bisa kabur dari gue."

Ancaman itu membungkam pria pertama. Ia menunduk, tak berani membalas. Ia tahu dirinya telah terjerat dalam rencana ini, terlalu dalam untuk mundur. Dengan napas berat, ia memilih untuk diam, meski rasa takut terus menghantuinya. 

Di luar, suara angin yang menggoyang dedaunan menambah kesan sunyi dan menegangkan. Di villa terpencil itu, misteri kelam mulai terbentuk. Setiap orang yang terlibat kini menjadi bagian dari permainan berbahaya tanpa jalan keluar, sementara di kamar lantai atas, dua nyawa yang tak berdaya terperangkap dalam ketidakpastian nasib. 

































Di sisi lain ditempat Ruka, Pharita, dan Asa berada, suasana penuh ketegangan. Mereka telah memeriksa semua rekaman CCTV, berharap menemukan jejak Ahyeon. Namun, hasilnya nihil. Tak ada satu pun petunjuk berarti yang terlihat. Rekaman hanya menunjukkan Ahyeon digendong oleh dua pria bertopi hitam, mengenakan jaket gelap dan masker, berjalan keluar dari gedung. Tidak ada satu pun kamera yang menangkap kendaraan apa yang membawa Ahyeon pergi. 

Asa menangis tersedu-sedu, hampir kehilangan kendali atas dirinya. Ia tak tahu harus berbuat apa. Kedua orang tua Ahyeon tak bisa dihubungi. Asa merasa buntu—ia tak mungkin melaporkan kejadian ini ke polisi tanpa izin dari keluarga Ahyeon. 

Di sisi lain, Pharita berusaha keras menenangkan Asa. Ia memeluknya erat, mencoba memberikan sedikit ketenangan meski hatinya sendiri dipenuhi kecemasan. Sementara itu, Ruka tampak sibuk dengan ponselnya, mencoba menghubungi Aurora. Tidak butuh waktu lama hingga sambungan telepon tersambung. 

Lowkey.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang