❁s.i{7}❁

1.2K 125 10
                                    

.⋆。⋆☂˚。⋆。˚☽˚。⋆.

°
°
°

Chika mendekap anaknya tanpa perintah kedua kelopak matanya mengeluarkan cairan bening yang berkilauan, Chika menangis tersedu dengan tubuh anaknya yang terlihat mengejang kesakitan, Chika adalah ibu paling bodoh dan berengsek di dunia bahkan sekedar menjaga anaknya Chika tidak sanggup melakukannya.

"Pufft! hahahaha !! Mama nangis ?" Ara berhenti berakting sepertinya anak itu tidak bisa menahan tawanya lebih lama. "Mama cengeng banget sih" lagi Ara berucap di sela-sela tawanya.

Sedangkan Chika tampak seperti orang kebingungan, kedua netra-nya melihat kearah anaknya yang kini seolah pudar dalam pandangannya. Kedua tangannya terangkat untuk merengkuh tubuh mungil anaknya seperti sia-sia Chika tak berhasil menarik Ara dalam dekapannya. Saat manik mata Chika menatap telapak tangannya yang bergetar kepala Chika menggeleng, rasa sesak melilit rongga dadanya seolah bagian paru-parunya terhimpit dan tak bisa bergerak.

Tubuh Chika bergerak mundur dan semakin mundur, dengan posisi duduk dirinya mendorong tubuhnya yang lemah kehilangan udara untuk bersandar. Kedua bola mata cokelat miliknya masih menatap Ara di hadapannya yang kini menampilkan raut wajah khawatir, Chika menggeleng saat pandangannya masih memperlihatkan tubuh Ara yang seolah menembus.

"Engga-engga!!! Tolooongg!!! Jangan!!! Kumohon!!!" Chika berteriak kedua tangannya dengan kencang memukul dan meremas rambutnya dengan kasar.

Ingatan-ingatan asing mulai memenuhi isi kepalanya, suara detikan jarum jam selaras dengan teriakan sang bunda yang menjerit histeris, juga tangisan kecil milik bayi mungil yang tak bersalah ikut memekakkan telinga Chika. Bantingan barang suara tabrakan perkumpulan Lego yang berserakan! Serta wajah asing yang memohon di bawah kakinya terlihat dengan jelas di kepala Chika.

"Tekanan darah menurun dokter! 44-55 mmHg!"

"Saturasi Oksigen 77% pernfasan 20×/menit!!??"

"Detak jantungnya menghilang dokter!!!"

Suara asing yang hadir di dalam diri Chika seakan pluit yang melengking berusaha menginterupsi Chika agar terus mengingat hal yang telah Chika lupakan! Chika menangis histeris dirinya semakin menenggelamkan kepalanya dalam lipatan lutut.

"Maaf kan aku! A-aku juga mami ayyara! Tolong Chika maafkan aku!!"

"JANGAN MATI SEBELUM AKU MENGHUMUMMU SIALAN!!!"

"DIA ANAKKU! AKU MAMI AYYARA!!"

Ara mencoba mendekati tubuh Mamanya, entah mengapa mamanya itu seakan meringkuk dan melukai dirinya sendiri, panggilannya di hiraukan oleh Chika jiwa Chika seperti melayang berpindah tempat lalu terjebak di dalam kenangan mengerikan.

"Mama! Mama kenapa ? Ma_ sadar mama!!"  Ara mengoyang kedua bahu Chika sedikit keras berusaha agar Chika tersadar dari lamunannya. "Maafin Ara ma... Maafin ara_ Ara cuma bercanda, hiks ..."

Chika kembali mendengar suara Ara, suara yang mengembalikan Chika pada dunianya kepala Chika mendongak dan melihat didepannya ada Ara yang berlutut sambil menangis tersedu, buah hatinya baik-baik saja! Ya! Semestanya dalam keadaan baik-baik saja. "Sayangnya mama_ k-kamu gak papa ?" Chika menangkup pipi gembul Ara, setelah kedua netra-nya saling bertemu Chika mendekap Ara dalam dekapan eratnya. "Jangan pergi sayang, tetap di sini bersama mama selamanya"

°self and Illusion° [ Mama Season 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang