•
•
💞
•
•
Happy Reading•••••
Pukul 13.40 waktu Korea.
Jung berdiri di ujung lorong dekat dengan tempat parkir mobil. Anak itu tengah menunggu jemputan supir yang sudah di tugaskan oleh kedua orang tuanya, dan di lorong yang sama terlihat seorang murid wanita tengah berdiri juga sambil memeluk sweeter berwarna biru muda miliknya. Jung yang menyadari si puan, pun lantas menoleh, mengamati baik-baik murid wanita tersebut dari jarak yang tidak terlalu jauh itu.
"Cewek itu──" lesung pipit Jung pun terlukis, anak remaja ini terlihat begitu senang saat melihat sang pujaan.
"Dia mau pulang ya?" Jung menerka-nerka.
"Gue mau negor gak enak banget!" gumam Jung sendirian.
Lalu tidak lama dari Jung selesai mengucapkan kalimatnya. Terlihat mobil berwarna silver memasuki area sekolah, menghampiri parkiran dan berhenti tepat di depan Jung.
Yaps. Itu supir Jungkook.
"Ayo den.." pak Hwan memanggil Jung saat jendela mobilnya terbuka. Spontan Jung mengerjap cepat saat mendengar itu, dan berkata, "O──, Iya pak Hwan." Jung kembali melihat ke arah wanita itu, memastikan lagi jika wanita itu masih ada disana.
"Pak Hwan..." tubuh remaja itu sedikit membungkuk, "Bisa tolongin saya gak?" Jung sedikit berbisik saat mengatakan itu. "Apa den..?" tanya pak Hwan yang juga merendahkan suaranya.
"Itu loh pak." Jung menoleh ke arah wanita itu lagi. Dan tolehan Jung di ikuti oleh pak Hwan.
"Itu kan ada cewek." pak Hwan mengangguk. "Bisa gak mintain nomer telfon dia, pak?" kepala pak Hwan memutar dan langsung menatap bingung ke arah Jungkook.
"Maksudnya gimana den?" Jung merapatkan dirinya agar bisa bicara dengan jelas dengan pak Hwan.
"Minta tolong buat mintain nomer cewek itu."
"Nanti saya kasih uang kopi deh pak,"
"Asal pak Hwan bisa dapetin nomernya."
Jung tersenyum lebar, matanya kembali melirik ke arah wanita itu diam-diam. Sementara pak Hwan masih bingung dengan permintaan Jung yang agak aneh.
"Gimana pak?"
"Mau gak pak?"
"Saya bisa kasih uangnya lebih kalo pak Hwan mau"
Jung mengedipkan mata untuk menggoda pak Hwan. "Gimana pak? Mau kan?"
Pak Hwan pun menimang permintaan Jung, sampai akhirnya lelaki paruh baya itu mengangguk setuju. Pak Hwan turun dari mobil, menghampiri gadis remaja itu dengan rada ragu.
"Permisi.." kata pak Hwan, sampai membuat murid itu menoleh. "Oh- iya." jawab gadis itu yang kebingungan.
Sementara di samping mobil, Jung sedang tersenyum, ia berharap pak Hwan mendapatkan apa yang ia mau.
"Saya boleh gak ya minta nomer telfon adeknya."
"Em───" pak Hwan sempat melirik ke arah Jung sejenak.
"Buat apa ya pak?" tanya gadis itu yang menambah rasa bingungnya.
"Buat──── emm...."
"Buat nanyain soal tugas dek." pak Hwan menyembulkan senyum canggungnya. "Tugas? Tugas sekolah kah?" tanya gadis itu lagi. Dan langsung di beri anggukkan oleh pak Hwan. Sempat membuat ragu, tapi akhirnya si gadis pun memberikan nomer ponselnya cuma-cuma. Karena ia berfikir ya memang benar untuk tugas sekolah.
Setelah dapat, pak Hwan kembali ke mobil. Sebelum ia lajukan mobilnya, pak Hwan memberikan sobekan kertas yang gadis itu beri dengan coretan nomer yang terjajar 11 angka disana.
Jung melebarkan senyumnya bukan main. Ia juga sempat menciumi sobekan kertas itu, harumnya yang tercium membuat lelaki bermata bulat ini menambah rasa senangnya.
*****
Dirumah. Jung masuk kedalam kamarnya dengan senang. Ia buru-buru mengambil ponselnya dan mencatat nomer telfon yang pak Hwan kasih tadi saat di sekolah.
"Gampang juga ternyata dapetin nomer tuh cewek." ucap Jung yang masih sibuk mengetik di benda pipih itu.
"Eh- kok!" Jung agaknya terkejut. "Loh... ini nomer siapa?" kedua matanya kembali mengamati lagi dengan baik nomer tersebut. "Lah..." lagi, Jung kembali tercengang.
"Ini mah bukan nomer dia..."
Saat Jung telah mencatat nomer ponsel tersebut, Jung memang mengirimkan pesan singkat, alih-alih mengetes siapa tau gadis itu membalas nya. Iya sih dibalas, tapi siapa sangka yang membalas pesan itu malah orang tua dari si perempuan.
Jung tidak mau membalas lagi pesan itu, karena ia juga bingung harus membalas apalagi, terlebih tujuannya memang bukan itu. "Ah── pak Hwan. Katanya ini nomer tuh cewek! Tapi kenapa yang ngebales bukan dia, ini mah orang tuanya." Jung melempar ponselnya asal, merasa kecewa dengan ekspetasinya, Jung pun beranjak berdiri melepas jaket serta seragam sekolahnya dengan sedikit kasar.
*****
Sementara disisi lain. Tepatnya dirumah si gadis.
Gadis yang Jung bicarakan. Ia biasa di kenal sabagai Y/n. Wanita dingin yang sulit di dekati oleh siapapun.
Lima belas menit setelah sampai di rumah, kamu yang sudah selesai berganti baju pun segera keluar, mengambil makanan untuk mengisi perutmu.
Diruang tengah, ada Ziyu, mamamu yang tengah asik memegang ponsel sambil bersandar di sofa empuk yang menghadap ke arah Televisi.
"Kok ada yang chat mama ya? Siapa ya?" tutur Ziyu saat beberapa waktu setelahnya. Wanita paruh baya itu mendapatkan pesan dari nomer baru, entah siapa. Ia menatap sekali lagi pesan itu baik-baik, melihat foto profil yang ada di kontak tersebut.
"Perasaan mama gak ngasih nomer mama ke siapapun deh." kata Ziyu lagi.
Sementara kamu yang tengah mengisi perut, sontak menoleh.
"Siapa ma?" sahutmu dari meja makan.
"Ini loh... nomer baru, tapi foto profilnya anak kecil."
"Mana alay banget lagi fotonya." tambah Ziyu yang masih fokus pada benda pipih itu.
"Hah? Anak kecil?───" menoleh lagi sambil mengingat-ngingat sesuatu.
"Iya nih.. kamu liat." Ziyu bangun dari duduknya, berjalan ke arahmu yang masih duduk di ruang makan. Lalu benda pipih itu Ziyu letakan di samping kananmu sehingga memperlihatkan foto lelaki muda di dalamnya.
"Loh, iya.."
"Emang dia chat apa ma?" kepalamu sedikit naik, menatap Ziyu dengan penuh tanya. "Chat gini." Ziyu memperlihatkan isi chat nomer tersebut.
»------------«
•
•
•
Bersambung..
💞
•
•
•
»------------«
Jangan lupa vote dan komen
💓
KAMU SEDANG MEMBACA
JILID STORY
Ficção Adolescente⚠️CERITA INI BAKAL ADA PART 21+⚠️ Yang merasa masih di bawah umur, dilarang untuk baca! Mature 🔞 DILARANG PLAGIAT!!📌