meet for the second time

39 32 20
                                    

sekarang waktunya pulang Michelle sudah dijemput oleh supirnya dan tinggal lah rose yang berjalan sendiri di Koridor yang sepi.

Rose terus berjalan melalui koridor yang sepi, setiap langkah terasa berat dengan beban kesendirian. Entah berapa lama waktu berlalu sebelum ia akhirnya sampai di pintu keluar sekolah.

Karena fokusnya menatap ke bawah saat berjalan, Rose tak sengaja menabrak seseorang yang berjalan di hadapannya. Ia kaget dan segera menengok untuk melihat siapa yang ditabraknya.

Mata Rose terbuka selebar mungkin saat menyadari bahwa yang ditabraknya adalah rayden. Ia merasa malu dan panik sehingga suaranya terasa lemah saat ia mencoba bicara.

"Maaf, benar-benar aku tidak bermaksud menabrakmu sebelumnya," kata Rose sambil menunjukkan ekspresi bersalah.

rayden tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, aku tak apa-apa kok. Itu hanya tabrakan kecil saja."

rayden tersenyum saat tangan Rose reflek terasa mengenai dadanya, tepatnya di bagian yang mana ia ditabrak sebelumnya. Hatinya terasa merona saat menyadari sentuhan Rose.

Tanpa sadar, Jayden tersenyum saat menyadari posisi tangan Rose yang masih berada di dadanya. Wajahnya menunjukkan sedikit ekspresi nakal saat dia berkata, "Hei, kenapa kau terus memegang dadaku seperti itu?"

Rose merona saat menyadari bahwa tangan ia masih berada di dada rayden, rasanya canggung sehingga ia buru-buru menarik tangannya. Meski tangannya sudah terlepas dari dada rayden, tapi Rose terus memandang ke bawah seperti malu.

Jayden tertawa melihat ekspresi malu dari Rose, yang belum bisa mengangkat wajahnya dari bawah. "Hei, tidak perlu malu,"

Wajah Rose masih merona akibat malu, sementara Jayden terus tersenyum melihatnya. "Kau tak perlu terus melihat ke bawah seperti itu, tahu," katanya dengan sedikit mengejek.

Rose yang merasa bahwa Jayden sudah beberapa kali mengejeknya sebelumnya akhirnya tak berkuasa untuk lagi menahan rasa kesal. Oleh karena itu, ia akhirnya menengok ke atas dan berseru, "Sudah cukup mengejekku, rayden!"

Melihat ekspresi kesal yang terlihat jelas di wajah Rose, rayden hanya membuat seringai mengejek dan berkata, "Haha, apa yang terjadi? Malu, ya?"

Wajah Rose kini terlihat lebih kesal saat Jayden mengejeknya untuk kedua kalinya. Namun, ia tidak mau kalah dan menyyahut dengan keras, "Tidak, aku tidak malu!"ucap nya bohong.

rayden tersenyum jahat saat melihat Rose terlihat kesal akibat seringai nya sebelumnya. "Oh, benarkah?" katanya dengan nada mengejek. "jadi wajahmu yang memerah kenapa? kamu terserang demam tiba tiba? " ucap rayden dan itu menambah emosi rose lebih meningkat. dia kan tidak sengaja kenapa harus terus membahas nya pikir rose.

Melihat ekspresi kesal dari Rose akibat pesannya sebelumnya membuat Jayden merasa ingin kembali mengusiknya, namun Rose terlihat ingin cepat-cepat pergi. Ia tertawa kecil lagi saat melihatnya, sebelum bertanya. "Mau kemana kamu?"

Ketika Rose mendengar pertanyaan rayden, dia bisa merasakan jengkelnya meningkat. Sudah jelas kalau dia ingin pergi dari sini, tapi kenapa rayden malah bertanya seperti itu?

Rose menggenggam tangan menjadi tinju saat jengkelnya meningkat, membuatnya terdengar lebih tajam saat ia berbicara dengan sengaja keras ke arah Jayden, "Tidak usah terlalu kepo. Aku mau pergi dari sini"

Jayden tersenyum sambil mengejek saat melihat raut kesal di wajah Rose sebelum dia meninggalkan dirinya. Meski begitu, hatinya juga merasakan sesuatu saat melihat Rose meninggalkan.

Rose hanya sempat berjalan beberapa langkah saja sebelum dia mendengar panggilan dari Jayden. Ia menghentikan langkah dan memutar ke arahnya

Dengan senyum jahat, Jayden terus memanggil nama Rose. "Hei, Rose, tunggu sebentar."

raydan mengambil ponselnya dari saku dan mengaktifkan fitur pengenal wajah sehingga layar ter-unlock. Ia kemudian memberikan ponselnya kepada Rose, berharapnya perempuan itu akan menyadari maksud dari tindakannya.

Ekspresi bingung terlihat jelas di wajah Rose saat ia menerima ponsel dari Jayden. Ia penasaran dengan tindakannya dan mengapa dia memberikan ponselnya kepadanya.

Rose menerima ponsel dari rayden dengan ekspresi bingung. Ia bertatapan sejenak dengan rayden sebelum akhirnya bertanya, "Kenapa kamu memberikan ponselmu padaku?"

rayden hanya menyengir bodoh saat Rose bertanya mengapa dia memberikan ponsl kepadanya. Ia menghela nafas sebelum menjawab, "Sebenarnya mudah saja, aku ingin kamu memasukkan nomor teleponmu ke ponselku."

Rose merona saat rayden memberitahu bahwa ia ingin memasukkan nomor teleponnya ke ponselnya. Ia mencoba terlihat terlihat keren sebelum akhirnya berkata dengan tegas, "Oh, untuk apa?"

rayden tertawa kecil saat melihat ekspresi malu dari Rose. Ia sebelum tersenyum menjawab dengan santai, "Untuk apa lagi, kalau bukan untuk menghubungimu?"

"aku tidak suka berbagi nomorku untuk seorang buaya seperti kamu" jawab rose dengan wajah sok galak.

rayden hanya tertawa saat mendengar keluhan dari Rose. "Heh, aku bukan buaya," katanya dengan nada geli dalam suaranya.

"kamu memang buaya" ucap rose lagi

rayden tertawa lagi ketika Rose terus bertanya dengan julukan "buaya". Ia bahkan tidak peduli dengan penghinaannya. "Oh ya, aku buaya," katanya sambil tersenyum jahat.

"Buktinya?" tanya rayden dengan seringai jahatnya saat Rose terus mengatainya "buaya". dia menuntut bukti agar gadis kecil di depannya ini kelimpungan.

Rose menjadi bingung saat rayden bertanya mengenai alasan untuk memanggil dia "buaya". Ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menarik napas dalam-dalam sehingga ia menjawab dengan jelas, "Karena... karena kamu sering menggoda perempuan"

rayden tertawa terkekeh mendengar jawaban Rose. Ia seolah menyyahuti Rose dengan nada mengejek, "Heh, apa salahnya menggoda perempuan?"

Ekspresi keterkejutan terlihat jelas di wajah Rose saat mendengar jawaban yang diutarakan rayden dengan santai. Ia tak percaya dengan ucapan rayden sehingga ia bertanya bersemangat, "Apa maksudmu, tidak masalah?! Itu sangat kejam!"

rayden hanya memberikan seringai jahat saat mendengar kekhawatiran Rose. Ia mencoba membuatnya lebih marah sehingga ia berkata, "Kamu ini benar-benar terlalu polos?"

Ekspresi marah terlihat jelas di wajah Rose saat mendengar ucapan rayden dengan membuatnya terdengar bodoh. Ia menggenggam tangan menjadi tinju sehingga ia berkata dengan jelas, "Apa maksudmu, aku polos?!"

rayden tertawa lagi, menyaksikan ekspresi marah dari Rose. Ia bersandar ke dinding di belakangnya sementara ia berkata dengan santai, "Ya, kau sangat polos. Mudah sekali untuk di goda."

Rose perlahan mulai menyesal bahwa beberapa saat sebelumnya dia sempat kagum dengan rayden. Saat ini, ia hanya bisa melihat sisi negatifnya sehingga membuatnya semakin kesal.

rayden mengingatkan tentang pesta malam nanti di rumahnya sehingga membuatnya kembali senyumnya. Ia tertawa seraya berkata, "Heh, ingat kalau nanti malam ada pesta di rumahku?"

rayden tertawa kembali saat melihat reaksi Rose yang malas. Ia jelas sudah tahu mengenai sikapnya, tetapi ia ingin membuatnya lebih kesal sehingga ia berkata dengan kepala mengejek, "Aku sudah tahu jawabanmu, kau pasti bakal malas untuk datang."

Rose hanya bisa tersenyum sinis saat rayden berusaha membuatnya lebih kesal dengan ucapan dan ekspresinya. Ia menjawab dalam nada datar, "Ya, aku malas."

rayden tertawa lagi saat mendengar jawaban dari Rose, sehingga ia mencoba membuatnya lebih kesal hingga meluapkan emosinya. Ia berkata dengan kepala mengejek, "Apa kamu tidak berminat dengan pesta di rumahku? Pasti banyak anak baru yang keren akan datang nanti."

rayden tertawa saat melihat Rose segera meninggalkannya. Ia kembali bersandar ke dinding sementara ia kembali mengingatkan kepada Rose dari jauh, "Jangan lupa, nanti kau harus datang ke pesta di rumahku!" teriak rayden dengan suara kencang.

Fiery HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang